Sabtu, 18 Desember 2010

MEMPERCEPAT PENGENTASAN PENDIDIKAN (1)

Pendidikan Lampost : Sabtu, 18 Desember 2010

BAMBANG SUKMAJI

Guru MA Futuhiyyah 1, Mranggen, Demak, Jateng

Masalah pelik harus dihadapi mengatasi mutu pendidikan yang terpuruk. Setelah Indonesia menggenapi sistem pendidikan dengan berbagai instrumen yang menjadi faktor pendukung keberlangsunganya, seperti kurikulum yang representatif, guru yang profesional, sistem evaluasi yang komprehensif dan berstandardisasi, kita juga dihadapkan kompetensi peserta didik yang paling esensi.

Kompetensi peserta didik yang diharapkan semua pihak, adalah kompetensi di ranah knowledge, skillfull dan kompetensi internalisasi sikap, dan kepribadian siswa. Kemudian, life style dan kompetensi mengenai kepribadian (karakter), inilah yang paling mendasari kompetensi lainnya. Spesifikasi tersebut direkomendasikan mampu menjadi dasar akselerasi pengentasan di bidang pendidikan atau aspek lainnya.

Aspek karakter dalam pendidikan sangat penting sebab dengan mencermati hubungan antara karakter sebagian besar anak bangsa dengan karakter suatu bangsa. Kita telah mengetahui bahwa karakter dasar yang membudaya kokoh dalam sanubari anak bangsa yang inovatif dan normatif, serta karakter lainya yang menjadi dambaan kita menjadi modal utama sebuah bangsa untuk mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain. Wacana ini tentunya akan lebih kita terima, bila kita mencermati perbandingan karakter dasar Indonesia dengan bangsa lain. Kita mampu menyimpulkan bahwa adanya hubungan positif antara kemajuan berbagai bidang dengan karakter rakyatnya. Misalnya tentang budaya antri, budaya sopan santun di jalan, sportivitas dan lain sebagainya di negara-negara maju.

Di pihak lain, kita sering menjumpai sikap masyarakat yang sok jagoan di jalan raya tanpa memedulikan kepentingan dan keselamatan orang lain atau anarkis saat antri bergiliran untuk mendapatkan sesuat. Dengan latar belakang keprihatinan, menumbuhkan tekad di hati kita semua mengakhiri hal ini.

Semua itu untuk merealisasikan Indonesia yang ditopang anak bangsa yang santun, piawai di bidangnya, memiliki nasionalisme yang “tak lekang ditengah panas dan tak lapuk dimakan hujan”, memiliki kepedulian yang tinggi, jujur dan karakter positif lainnya.

Minat Baca

Kita bersandar pada ranah pendidikan yang mampu membentuk individu berkarakter dambaan. Bahkan demi penyelamatan martabat bangsa kita dituntut melangsungkan laju pembangunan pendidikan yang memadai, meski banyak masalah kita jumpai.

Minat baca masyarakat kita mestinya disoroti, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suayatno (praktisi pendidikan YLPI Duri).

Menurut laporan Bank Dunia, dan Studi IEA (International Association for the Evalution of Education Achievement) di Asia Timur, tingkat terendah membaca anak-anak dipegang oleh Indonesia dengan skor 51,7, di bawah Filipina (skor 52,6); Thailand (skor 65,1); Singapura (74,0); dan Hong Kong (75,5). Bukan itu saja, kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya 30 persen.

Data lain menyebutkan, seperti yang ditulis oleh Ki Supriyoko (Kompas, 2-7-2003), dokumen UNDP dalam Human Development Report 2000, angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5 persen. Sedangkan Malaysia sudah mencapai 86,4 persen, dan negara-negara maju seperti Australia, Jepang, Inggris, Jerman, dan AS umumnya sudah mencapai 99,0 persen. (Sumber: Pendidikan.Com)

Namun kita juga tidak serta merta menyudutkan masyarakat kita yang memprihatinkan minat bacanya,terutama untuk peserta didik yang ada di satuan pendidikan yang rata rata miskin “khazanah pustaka”.

Bila pada satuan pendidikan tersebut telah langka akan pustaka yang up to date, maka bisa kita bayangkan betapa tertinggalnya anak didik kita lantaran njauh dari jendela dunia. Selain itu rendahnya daya beli kita semua menyebabkan sebagian dari kita cenderung menepiskan kebutuhan untuk membeli judul buku terbaru. Bersambung.
Cetak Berita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar