Jumat, 25 Maret 2011

Sekolah Abaikan Pendidikan Karakter

Pendidikan Lampost : Selasa, 22 Maret 2011


BANDAR LAMPUNG (LAMPOST): Pendidikan di sekolah saat ini lebih menekankan kemampuan riset dan intelektual. Akibatnya, karakter anak didik menjadi lemah.

Pengamat pendidikan Lampung, Herpratiwi, mengatakan pendidikan seharusnya menyeimbangkan antara proses dan output. Salah satu fungsi penting sekolah adalah memberikan pendidikan karakter pada siswa, yang hanya bisa dicapai melalui proses pembelajaran dan hasil belajar.

"Jadi, siswa tidak hanya dinilai kemampuan kognitifnya, tetapi juga emosi, perilaku, dan spritualitasnya," kata dosen FKIP Unila itu, Senin (21-3).

Sayang, banyak sekolah saat ini terjebak pada kemampuan intelektual semata. Dari pengamatan Lampung Post, beberapa SD di Lampung menekankan kemampuan riset dan sains daripada pendidikan karakter.

Beberapa SD favorit di Bandar Lampung lebih mengasah kemampuan siswa untuk melakukan penelitian sains. Sekolah ini umumnya menyediakan fasilitas mewah untuk siswa, mulai gedung, kelas ber-AC, laboratorium, dan kolam renang. Sehingga, sekolah berprestasi identik dengan kemewahan dan prestasi di bidang sains.

Kepala SDIT Permata Bunda Zulkarnain H.K. mengatakan dia pernah menjadi guru di salah satu SD di Bandar Lampung. Namun, dia kecewa melihat cara guru mengajar siswa. Saat siswa ujian, gurunya malah mengajarkan siswanya untuk mencontek. "Saya heran, malah guru yang mengajarkan anak nyontek. Ini kan salah. Seharusnya anak diajarkan jujur dan percaya diri," ujar Zulkarnain.

Sebab itu, kata dia, sekolah seharusnya mengutamakan pembangunan karakter pada siswa. Dia mencontohkan di sekolah yang dipimpinnya pembelajaran dan penilaian dilakukan secara integral, yaitu mengasah kemampuan spritual, emosional, dan intelektual.

"Kami mengutamakan pendidikan akhlak pada siswa. Akhlak itu ya jujur, mandiri, tanggung jawab. Anak-anak juga belajar secara aktif," katanya.

Terpisah, Sarjiyo, guru senior yang 37 tahun mengajar di SD, prihatin dengan perilaku siswa saat ini. Dia menilai lemahnya karakter siswa sekarang akibat cara guru mendidik kurang baik.

Sarjiyo yang dimintakan komentarnya di sela-sela rapat koordinasi kepala sekolah di SDN 2 Margasari, Lampung Selatan, Senin (21-3), mengatakan sebagian besar guru adalah lulusan SMA yang melanjutkan pendidikan sarjana. Sedikit yang menguasai psikologi pendidikan dan piskologi anak. Akibatnya, mereka tidak mampu menangani anak, terutama yang bermasalah.

"Saya berharap guru dibekali ilmu psikologi pendidikan dan anak, seperti saya saat duduk di bangku Sekolah Pendidikan Guru dulu. Ini penting agar mereka bisa memberikan pendidikan dan pengajaran dengan baik dan menanamkan pendidikan karakter. Karakter anak akan menentukan wajah bangsa di masa depan," kata dia. (UNI/RIN/S-1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar