Rabu, 02 Maret 2011

Era Konvergensi Sulit Bedakan Kerja dan Main

Pendidikan Lampost : Selasa, 1 Maret 2011

ERA MULTIMEDIA

DENPASAR (Lampost): Dr. Henry Subyakto, pengajar hukum media di FISIP Unair, mengingatkan perkembangan era baru digital konvergensi yang sudah memasuki masa revolusi komunikasi, juga menimbulkan kondisi yang sulit untuk membedakan antara bekerja dan main-main.

"Orang-orang di kantor, secara umum disebut bekerja. Tetapi kenyataannya sebagian waktu mereka tak terlepas dari main-main menggunakan komputer, laptop, dan telepon seluler dengan akses internet," kata Henry saat memaparkan perkembangan media massa kini dan mendatang di Perum LKBN Antara Biro Bali di Denpasar.

Sebaliknya, mereka yang menggunakan akses internet baik dengan komputer, laptop, atau telepon seluler di rumah, warnet atau di luar kantor lainnya, walaupun secara umum belum bisa disebut bekerja, banyak yang justru menghasilkan, layaknya orang bekerja, kata Henry yang juga staf ahli Menteri Komunikasi dan Informatika bidang media massa.

Pejabat yang hampir setiap minggu terbang ke berbagai kota dan daerah memenuhi undangan menjadi pembicara atau melaksanakan tugas Kemenkominfo itu menilai kini kondisi dunia kerja, termasuk di bidang media massa, berada pada masa transisi terkait keberadaan kantor dengan arti bekerja yang perlu disesuaikan.

"Rekan-rekan jurnalis atau yang menggeluti bisnis online, bisa bekerja di mana saja, tidak harus di kantor. Ke depan fungsi dari keberadaan kantor akan terus berkurang. Bahkan, mungkin kelak lebih dominan sebagai simbol," kata dia.

Terkait perkembangan media massa, dia menilai koran telah menjadi masa lalu seiring perkembangan era digital konvergensi. Seperti di Amerika Serikat, grafik pertumbuhan media online terus menanjak, televisi mendatar, sedangkan radio dan media cetak semakin menurun.

Menurut Henry yang juga Ketua Dewan Pengawas Perum LKBN Antara itu, grafik peningkatan pengguna internet di Amerika Serikat terus meningkat sebanding dengan penurunan pengguna media cetak. "Di kita juga terjadi kecenderungan seperti itu, hanya saja dengan tingkat pertumbuhan dan penurunan berbeda," ujarnya.

Dia juga memaparkan perkembangan indikator perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia tahun 2010, yang ditandai melonjaknya pengguna telepon seluler hingga 170 juta, penerima televisi di rumah 40 juta, internet 38 juta, jaring sosial Facebook 26,8 juta, pemakai telepon 25,6 juta, media cetak 16 juta, dan pengguna broadband atau pita lebar sudah mencapai 10 juta.

Karakter perkembangan masyarakat di era digital konvergensi yang cenderung membawa peralatan komunikasi yang mudah dibawa (portable), semakin bersikap personal dan berpartisipasi secara langsung seperti melalui jejaring sosial, akan semakin mendorong tegaknya demokrasi.

”Namun, hal itu tak terlepas dari penguasaan berbagai media oleh kaum kapitalis liberalis yang cenderung memanfaatkan media untuk tujuan kepentingan politik, bisnis atau hal lainnya,” ujarnya. (ANT/S-1)
DENPASAR (Lampost): Dr. Henry Subyakto, pengajar hukum media di FISIP Unair, mengingatkan perkembangan era baru digital konvergensi yang sudah memasuki masa revolusi komunikasi, juga menimbulkan kondisi yang sulit untuk membedakan antara bekerja dan main-main.

"Orang-orang di kantor, secara umum disebut bekerja. Tetapi kenyataannya sebagian waktu mereka tak terlepas dari main-main menggunakan komputer, laptop, dan telepon seluler dengan akses internet," kata Henry saat memaparkan perkembangan media massa kini dan mendatang di Perum LKBN Antara Biro Bali di Denpasar.

Sebaliknya, mereka yang menggunakan akses internet baik dengan komputer, laptop, atau telepon seluler di rumah, warnet atau di luar kantor lainnya, walaupun secara umum belum bisa disebut bekerja, banyak yang justru menghasilkan, layaknya orang bekerja, kata Henry yang juga staf ahli Menteri Komunikasi dan Informatika bidang media massa.

Pejabat yang hampir setiap minggu terbang ke berbagai kota dan daerah memenuhi undangan menjadi pembicara atau melaksanakan tugas Kemenkominfo itu menilai kini kondisi dunia kerja, termasuk di bidang media massa, berada pada masa transisi terkait keberadaan kantor dengan arti bekerja yang perlu disesuaikan.

"Rekan-rekan jurnalis atau yang menggeluti bisnis online, bisa bekerja di mana saja, tidak harus di kantor. Ke depan fungsi dari keberadaan kantor akan terus berkurang. Bahkan, mungkin kelak lebih dominan sebagai simbol," kata dia.

Terkait perkembangan media massa, dia menilai koran telah menjadi masa lalu seiring perkembangan era digital konvergensi. Seperti di Amerika Serikat, grafik pertumbuhan media online terus menanjak, televisi mendatar, sedangkan radio dan media cetak semakin menurun.

Menurut Henry yang juga Ketua Dewan Pengawas Perum LKBN Antara itu, grafik peningkatan pengguna internet di Amerika Serikat terus meningkat sebanding dengan penurunan pengguna media cetak. "Di kita juga terjadi kecenderungan seperti itu, hanya saja dengan tingkat pertumbuhan dan penurunan berbeda," ujarnya.

Dia juga memaparkan perkembangan indikator perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia tahun 2010, yang ditandai melonjaknya pengguna telepon seluler hingga 170 juta, penerima televisi di rumah 40 juta, internet 38 juta, jaring sosial Facebook 26,8 juta, pemakai telepon 25,6 juta, media cetak 16 juta, dan pengguna broadband atau pita lebar sudah mencapai 10 juta.

Karakter perkembangan masyarakat di era digital konvergensi yang cenderung membawa peralatan komunikasi yang mudah dibawa (portable), semakin bersikap personal dan berpartisipasi secara langsung seperti melalui jejaring sosial, akan semakin mendorong tegaknya demokrasi.

”Namun, hal itu tak terlepas dari penguasaan berbagai media oleh kaum kapitalis liberalis yang cenderung memanfaatkan media untuk tujuan kepentingan politik, bisnis atau hal lainnya,” ujarnya. (ANT/S-1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar