Selasa, 15 Maret 2011

Mengagas Sekolah Kehidupan

Moh. Syahrul Zaky Romadloni


Tak banyak orang menyadari, khususnya kaum muslim, bahwasanya konsep pembelajaran dalam Islam adalah berlaku dalam seluruh waktu kehidupan. Kalau toh ada segelintir orang yang mengetahui bahwasanya Rasulullah SAW mewajibkan kaum muslim untuk menuntut ilmu dari buaian sang Ibu sampai liang lahat, kebanyakan dari mereka tidak mampu untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Justru yang menjadi pelopor pembelajaran seumur hidup adalah badan pendidikan PBB (UNESCO) yang mana mayoritas pengagasnya adalah non-muslim. Di Indonesia sendiri, pelopor pembelajaran seumur hidup adalah seorang Nasrani taat yang mempunyai wawasan sangat luas dan mempunyai cita-cita untuk membangun manusia Indonesia pembelajar. Dia bernama Andreas Harefa, seorang penulis, motivator, guru dan pengusaha sukses. Dia memutuskan untuk meninggalkan bangku kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada karena merasa gelisah dan gundah akan sistem pendidikan yang diterapkan di tingkat universitas. Gelisah, karena dia melihat banyak mahasiswa yang karakternya tidak layak sebagai mahasiswa. Gundah, karena dia menemukan banyak dosen yang metodologi pembelajarannya tidak memberikan kesempatan kepada mahasiwanya untuk berpikir kreatif.
sertifikasi

Andreas Harefa memaparkan bahwasanya dunia pendidikan modern dewasa ini telah mengekang kreativitas dan mempersempit paradigma kebanyakan manusia di dunia. Khususnya di Indonesia, sistem pendidikan yang diterapkan telah mempersempit persepsi masyarakat akan hakikat pendidikan. Mereka menilai bahwasanya pendidikan dan pembelajaran hanya bisa diterapkan dalam sekat kelas dan sekolah. Di luar itu, tidak akan ditemukan proses pembelajaran dan pendidikan.
Walhasil, paradigma seperti ini membuat mereka tidak kreatif. Ilmu yang didapatkan adalah ilmu yang mereka temui di sekolah. Padahal sekolah hanya merupakan salah satu medium untuk mendapatkan ilmu, dan di luar sekolah (baca: realitas kehidupan) justru knowledge source sangat tersebar banyak. Namun hal itu seringkali luput dari kebanyakan masyarakat Indonesia.

Parahnya, realita yang berkembang di khalayak ramai saat ini adalah mempersempitnya makna proses belajar mengajar di sekolah atau intstitusi pendidikan lainnya dengan hanya ditujukan pada selembar kertas yang bernama ijazah. Hal ini dapat dilihat dari berjamurnya protes dan demonstrasi atas pemberlakuakan Ujian Nasional. Selain itu, dewasa ini banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan yang tergabung dalam sindikat jual beli ijazah tanpa harus mengikuti proses pembelajaran; tahu-tahu sudah dapat gelar dan menerima ijazah. Sungguh ironis.

Jika ditelusuri ke belakang, para ilmuwan terkemuka lahir, berkembang serta berprestasi di luar sekat lembaga pendidikan. Memang ada di antara mereka yang berkembang dalam naungan lembaga pendidikan. Tapi, jauh sebelum sekolah ditemukan para ilmuwan lahir dari pengamatan mereka terhadap realitas kehidupan yang ada. Ilmuwan terkuno yang diketahui manusia Thales, seorang Yunani tidak dibesarkan di sekolah. Dia adalah seorang pelaut mencoba untuk menjawab esensi dari dunia dan kehidupan ketika ia melihat hamparan laut yang sangat luas. Lalu ia menjawab bahwasanya esensi atau subtansi dari dunia itu adalah air. Setelah itu tumbuh ilmuwan-ilmuwan lain yang kebanyakan lahir bukan atas didikan sekolah. Mesikpun sebagian dari mereka sekolah, tapi kebanyakan dari mereka mendapatkan pengetahuannya di luar sekat sekolah.

Kita mungkin masih ingat dengnan Thomas Alva Edison sang penemu berbagai macam alat elektronik. Ternyata ia dipecat dari sekolahnya karena tingkah lakunya yang aneh. Dan justru ia menelurkan karya-karyanya yang fenomenal setekah ia dikeluarkan dari sekolahnya, dan mengikuti pembelajaran homeschooling bersama ibunya di rumah.

Begitulah sistem pendidkan modern, selain melakukan aksi pencerdasan, pencerahan dan pemerdekaan, juga ada beberapa yang melakukan proses pembodohan, pengekangan dan penindasan. Di dalam kebanyakan sekolah banyak anak didik yang dikekang kreativitasnya, Kecerdasan telah disederhanakan dengan hanya diukur oleh angka-angka tanpa makna, yang belum tentu angka-angka tersebut adalah representasi dari kecerdasan mereka.

Maka sudah saatnya kini paradigma itu harus dirubah. Memang sekolah, saat ini adalah tempat utama untuk mengasah dan mencerdaskan otak kita. Di sekolah pula kita dapat mengetahui etika, ilmu pengetahuan dan moral. Tapi hal itu jangan mempersempit paradigma kita bahwasanya kita hanya bisa mendapatkan ilmu di sekokah saja. Sudah saatnya kita mencanangkan sebuah program pembelajaran seumur hidup yang tidak tersekat oleh ruang, waktu dan tempat. Dan saya menamankan lembaga pembelajaran itu sebagai sekolah kehidupan (school of life) atau universitas kehidupan (the university of life). Saya sangat setuju dan mendukung saudara Andreas Harefa yang pertama kali mencanangkan dan menyebarkan semangat pembelajaran di sekolah kehidupan, karena memang ilmu dapat diperoleh tanpa harus dibatasi oleh sekat ruang dan waktu. Pembelajaran adalah sebuah keharusan bagi setiap manusia dan muslim di mana saja dan kapan saja.

Konsep sekolah kehidupan adalah salah satu ide inovatif yang mengakomodasi anjuran Nabi Muhammad SAW. Dalam haditsnya, beliau mengatakan bahwasanya kewajiban bagi muslim untuk menuntut ilmu semenjak dari buaian ibu sampai ajal datang menjemput. Tersirat dari hadits tersebut bahwasanya proses pembelajaran harus belangsung sepanjang hidup (Long Life Education). Islam tidak menganggap bahwasanya pembelajaran hanya berlangsung di lembaga pendidikan sekolah atau universitas saja. Akan tetapi proses dan waktu pembelajran sangatlah terbentang luas tanpa dibatasi oleh sekat ruang dan waktu.

Hal ini jelas membawa semangat perubahan dari buruk ke arah yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu. Dari bodoh menjadi paham. Karena pada hakikatnya belajar adalah sebuah proses perubahan dari posisi tidak tahu menjadi tahu sehingga hidup kita akan bertransformasi ke arah lebih baik dari waktu ke waktu.

Selain itu program sekolah kehidupan adalah sebuah sekolah yang tidak berusaha untuk memperbudak dan menindas kita. Di sana kita dibebaskan untuk memilih disiplin ilmu yang kita kehendaki dan kita sukai. Kita bebas memilih untuk mengembangkan beberapa disiplin ilmu yang memang dirasakan cocok dengan karakter khas kita, sehingga kita bisa terbebas untuk berkembang dan tumbuh sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Sekolah Kehidupan atau Universitas Kehidupan adalah merupakan solusi dalam rangka menjembatani mahalnya biaya pendidikan di sekolah-sekolah maupun di unviersitas-univeritas di tanah air. Liberalisasi sistem pendidikan dan pengonversian beberapa lembaga pendidikan tinggi negeri ternama di Indonesia menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) menjadikan biaya pendidikan tidak terjangkau lagi bagi kalangan menengah ke bawah. Maka dalam sekolah kehidupan kita tidak dipusingkan lagi dengan biaya pendidikan yang melangit. Biaya yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran otodidak di lembaga ini hanya terbatas pada biaya pembelian buku. Itupun bisa ditanggulangi dengan sering mengunjungi perpustakaan-perpustakaan umum yang tersebar di tiap kabupaten/kota.

Dengan begitu, mahalnya biaya pendidikan di tanah air, tidak membuat kita putus asa dan berhenti menjadi cerdas. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas, meskipun banyak sekali keterbatasan mengelilingi hidup.

Program Sekolah Kehidupan adalah merupakan sebuah solusi atas problem pembangunan berkelanjutan di negara kita. Selama ini, kualitas SDM manusia Indonesia sering dijadikan kambing hitam atas tertinggalnya Indonesia dalam berbagai sektor kehidupan bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Pribadi-pribadi Indonesia yang memiliki program pembelajaran terpadu melalui Sekolah Kehidupan akan menjawab tantangan dunia bahwasanya manusia Indonesia mampu untuk berkompetisi dalam kancah internasional dan mengharumkan nama bangsa. Kombinasi antara Sumber Daya Alam Indonesia yang kaya raya dengan Sumber Daya Manusianya yang berkualitas, insya Allah akan membawa Indonesia keluar dari krisis multidimensi yang melanda negeri dewasa ini.

Langkah-langkah Pembelajaran
Sungguh luar biasa apabila setiap individu Indonesia memiliki program sendiri dalam rangka meningkatkan kualitas diri sendiri. Pada hakekatnya wacana universitas kehidupan hanya perlu dipahami secara substansinya bukan kulit luarnya. Artinya setiap program dalam rangka meningkatkan kualitas diri dengan melakukan proses pembelajaran baik itu di lembaga pendidikan atau diluar lembaga pendidikan dan tidak terbatas denga ruang dan waktu itu sama dengan mendukung wacana ini. Ide ini tidak perlu dilembagakan akan tetapi haruslah bisa menjadi sebuah kesadaran nasional bahwasanya sekolah bukanlah satu-satunya medium untuk meningkatkan diri dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Tentunya apabila program dan paradigma ini diikuti oleh mayoritas masyarakat Indonesia akan ada sebuah transformasi positif besar-besaran di negeri ini. Perubahan ini diharapkan akan membawa bangsa pada harkat dan martabat yang tinggi di kancah mancanegara.

Namun tentunya, wacana ini bukanlah sekedar isapan jempol belaka. Ada beberapa saran bentuk impelementasi. Program ini bukanlah program semu dan kabur tanpa bentuk, akan tetapi tentunya memiliki sasaran jelas dan terprogram. Ali Bin Abi Thalin pernah mengisyaratkan bahwanya kebathilan yang terprogram akan mengalahkan kebenaran yang amburadul. Meskipun program ini dirasakan baik dan bermanfaat bagi kemajuan masyarkat, akan tetapi kalau tidak terprogram dengan matang maka akan menjad sia-sia.

Sebagaimana paparan di atas, Sekolah Kehidupan adalah usaha untuk merubah paradigma bahwasnya proses pendidikan dan pembelajaran hanya dapat dilakukan di sekolah. Sekolah Kehidupan menganggap proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Tentunya ide ini tidak menafikan peran sekolah dalam menyediakan fasilitas pendidikan. Akan tetapi, program ini mencoba untuk memperluas area proses pembelajaran dan pendidikan.

Proses pembelajaran di Sekolah Kehidupan bisa dilakukan melalui beberapa cara. Salah satunya adalah pembelajaran melalui buku (literature research). Di beberapa universitas ternama luar negeri, para mahasiswa dibebankan untuk membaca buku sekian ribu lembar dalam satu bulan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan serta pengetahuan mahasiswa.
Literature research harus dilakukan secara berencana. Pembelajar yang sedang mengikuti proses pembelajaran melalui metode ini harus mempunyai perencanaan yang matang tentang buku apa yang akan dibaca, berapa buku yang harus dibaca dalam jangka waktu tertentu, dan disiplin ilmu apa yang akan didalami. Proses ini harus memiliki tujuan jelas, agar perkembangan wawasan kita dapat dilakukan secara sistematis dan terencana.

Proses literature research dapat dilakukan dengan membeli buku-buku secara beraturan. Pembelajar harus menyisahkan sebagian budgetnya untuk membeli buku-buku. Namun hal ini bisa menjadi alternatif kedua, karena disamping harga buku yang sangat mahal di Indonesia, dewasa ini telah tumbuh perpustakaan-perpustakaan umum sampai tingkat kabupaten/kota. Para mahasiswa pun kebanyakan jarang yang membeli buku akan tetapi mereka berkutat dan berkubang dengan buku-buku yang disediakan oleh perpustakaan unviersitas.

Namun perlu diingat bahwasanya literature research mempunyai beberapa kelemahan. Tidak selamanya apa yang termaktub dalam buku sesuai dengan realita yang sedang terjadi. Memang benar, buku merupakan sebuah medium untuk merekan fakta-fakta yang telah ditemukan. Namun, realitas kehidupan tidak stagnan. Kehidupan senantiasa dinamis dan berubah-rubah, sehingga kadangkala teori-teori yang termaktub dalam beberapa buku telah usang ditelan zaman.
Oleh sebab itu, literature research harus ditunjang dengan field research dan expirement. Harus ada beberapa usaha untuk mencocokan teori-teori yang ada di buku dengn keadaan atau realita yang terjadi di lapangan. Universitas-universitas ternama di luar negeri yang mengadakan program pasca sarjana lebih menganjurkan mahasiswanya untuk memilih field research daripada literature research. Hal disebabkan karena field research memiliki keakuratan yang lebih daripada literature research.
Melihat keadaaan lingkungan sekitar dan dan meneliti gejala-gejalanya memang sangat dianjurkan untuk memahami apa yang ada di depan kita. Perlu disadari bahwasanya ilmu pengetahuan bukan hanya terdapat di dalam buku saja, akan tetapi kebanyakan dari ilmu pengetahuan terdapat di lingkungan sekitar (experimental knowledge). Buku hanya miniatur kecil saja yang memuat sebagian kecil dari ilmu pengetahuan.

Namun, kadangkala tatkala mempelajari disiplin ilmu tertentu, kita mengalami kesulitan untuk mencerna ide dan pemikiran yang ada dalam buku atau lingkungan sekitar. Ataupun kita sering menemukan beberapa permasalahan empirik yang sulit ditemukan pemecahannya. Dalam hal ini, kita dianjurkan untuk memiliki relasi dengan ahli-ahli yang berkomperten dalam bidang tersebut.

Relasi dengan para ahli tentu sangat penting dalam meningkatkan wawasan kita. Kita bisa memerankan para ahli tersebut sebagai guru kita- meskipun toh hal itu tidak terikat dalam sebuah lingkungan sekolah atau universitas. Defenisi dari guru di sini adalah seseorang yang membimbing kita dan membantu kita untuk memecahkan permsalahan yang tidak dapat kita pahami sendiri. Seorang guru tentunya akan memperkaya wawasan kita dengan pemikiran-pemikirannya yang kadang tidak kita temukan dalam buku-buku atau realitas kehidupan.

Akhirnya, pembelajaran diakhiri dengan mendokumentasikan hasil-hasil pembelajaran dalam sebuah karya tulis ilmiah. Penulsian karya tulis ilmiah dimaksudkan untuk merekam poin-poin penting yang telah kita pelajari, agar kelak ketika suatu hari kita membutuhkannya, kita bisa dengan mudah mendapatkannya. Syukur-syukur dari hasil pembelajaran tersebut, kita bisa mengembangkannya dan membuatnya menjadi teori baru yang lebih berguna bagi masyarakat luas.

Dengan membuat langkah-lagkah seperti ini diharapkan seseorang yang mempunyai program sendiri dalam Unversitas Kehidupan dapat meningkatkan kualitas dirinya tanpa harus terbelenggu dan dibatasai oleh rumitnya proses yang ada dalam lembaga pendidikan formal.

Teknis Pembelajaran
Selayakanya lembaga pendidikan formal yang memiliki langkah-langkah dan program-program sistematis, sepantasnyalah Sekolah Kehidupan memiliki langkah-langkah yang sistematis dan terencana. Langkah-langkah pembelajarna yang telah dipaparkan di atas masih terlalu global untuk menjalankan roda pembelajaran di Sekolah Kehidupan. Untuk itu perlu ada gambaran mendetail tentang proses pembelajaran dalam tataran implementasi.

Gambaran yang akan dipaparkan ini sebatas saran dan wacana, yang pada tahap pelaksanaannya dalam tataran individu bisa disesuaikan dengan kesiapan individu tersebut untuk melaksanaanya. Bentuk dari impelementasi ini sangat tergantung dengan keadaan dan kesempatan yang dimiliki oleh individu pembelajar. Bisa jadi langkah yang diambil oleh si A tidak cocok untuk dilaksanakan oleh si B, karena di antara mereka mempunyai kesempatan dan kepentingan yang berbeda. Akan halnya gambaran yang akan diutarakan dalam ini adalah sebatas saran dan wacana agar pembaca mempunyai gambaran sekilas dan mampu utnuk merancang rencana studinya sendiri.

Dalam dunia perkuliahan dikenal istilah Sistem Kredit Semester (SKS). SKS diyakini dapat memacu semangat mahasiswa untuk merencanakan studinya dengan cepat. Dengan adanya sistem ini, mahasiswa diberi kemudahan untuk mengatur perencanaan pembelajarannya sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang dimiliki.

Sama halnya dengan sistem kredit semester yang berlaku di universitas-universitas formal di tanah air, sistem ini bisa diimplementasikan untuk mempermudah pembelajar dalam menyusun rencana studinya di Sekolah Kehidupan. Pembelajar dapat menyusun rencana pembelajarannya sendiri sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang dimiliki. Ada baiknya klasifikasi rencana studi disusun menurut disiplin ilmu tertentu. Sebagai contoh mata kuliah studi moneter dan mata kuliah ekonomi makro dimasukkan dalam konsentrasi disiplin ilmu ekonomi. Mental hygene dan mata kuliah psikiolgi pendidikan dimasukkan dalam konsentrasi program studi psikologi.

Penyusunan rencana studi ini sangat penting, karena kalau pembelajaran kita tidak disusun dan direncanakan dengan sistematis, maka hasil yang akan didapat akan ngambang dan tidak fokus. Lebih baik pembelajar mengonestrasikan diri pada satu disiplin ilmu yang menurut dia cocok baginya, supaya pengetahuannya tidak setengah-setengah. Menurut Marwah Daud Ibrahim dalam bukunya Mengatur Hidup dan Merencanakan Masa Depan, kita seharusnya mempunyai spesialisasi kemampuan. Artinya, kalau kita mau sukses dalam pembelajaran maka kita harus mempunya spesialisasi dalam bidang disiplin ilmu tertentu.

Namun ini tidak menjadi harga mati. Kalau toh kita mempunyai kemampuan dan kesempatan luas, bukan merupakan kesalahan apabila kita memilih berbagai disiplin ilmu sebagai spesialisasi. Dalam sejarah Islam klasik pun dikenal para ilmuwan yang memiliki pemahaman luas dalam berbagai disiplin ilmu. Ibnu Sina contohnya, selain memahami ilmu teologi, beliau juga memiliki pemahaman yang luas dalam bidang Matematika, Fisika, Kimia, Astronomi, bahkan musik. Namun, tentunya kita harus berkomitmen untuk mempelajari disiplin-disiplin ilmu yang kita pilih, secara mendalam sampai keujung-ujungnya. Agar kita tidak menjadi seorang pembelajar yang ngambang dan setengah-setengah.

Saya menganjurkan agar waktu yang digunakan untuk mempelejari satu paket materi mata kuliah di sekolah kehidupan selama 1 bulan bukan selama 6 bulan seperti yang berlaku dalam sistem kredit semester. Asumsinya, tidak seperti di sekolah-sekolah formal yang dikontrol oleh guru atau dosen, di Sekolah Kehidupan hanya berlaku pengontrolan dari sendiri. Jadi, semangat dan kesadaran kitalah yang akan membimbing kita selama proses pembelajaran. Maka, kalau masa studi terhadap satu paket mata kuliah berdurasi selama 6 bulannya tanpa gonta-ganti, dikhawatirkan akan kita akan terhinggapi kebosanan. Nah, solusinya materi pembelajaran bisa digonta-ganti dalam jangka waktu pendek agar kita tetap semangat dalam mempelajarinya.

Jadi, durasi waktu pembelajaran sangat fleksibel, disesuaikan dengan karakteristik diri kita. Apabila kita cepat bosan dalam menghadapi sesuatu yang sama dalam jangka waktu yang lama, maka kita dianjurkan untuk menentukan durasi yang tidak lama. Namun, apabila kita orang yang bertipe gigih untuk menghadapi sebuah materi sama dalam jangka waktu lama, maka silahkan anda menentukan durasi waktu yang lama.

Strategi Pembelajaran
Paparan di atas tentang metodologi dan mekanisme pembelajaran di universitas kehidupan adalah sebuah “keharusan” bagi para pembelajar. Maksudnya, kalau seorang pembelajar benar-bernar serius dan berkeinginan untuk meraih hasil positif dari pembelajarannya, maka ia sangat dianjurkan untuk memiliki langkah-langkah dan metodologi di atas agar proses pembelajar tidak ngambang dan terkatung-katung. Di atas saya telah memaparkan, bahwasanya langkah-langkah yang jelas akan sangat membantu dalam meraih hasil yang maksimal.

Namun selain dari langkah-langkah yang harus ditempuh di atas, ada beberapa strategi lain yang akan sangat mendukung dalam keberhasilan pembelajaran. Strategi ini bersifat komplementer dalam artian pelengkap bagi langkah-langkah pembelajaran yang telah dipaparkan di atas. Namun, strategi pembelajaran ini akan sangat membantu pembelajar dalam menyukseskan kegiatan pembelajarannya.
Seperti yang telah saya paparkan di atas, bahwasanya book hunting atau perburuan buku adalah sesuatu yang mutlak dilakukan oleh para pembelajar ilmu. Hal ini disebabkan karena buku adalah sumber primer pembelajaran. Ilmuwan-ilmuwan sendiri, baik klasik maupun modern, melakukan book hunting sampai batas yang tidak pernah kita pikirkan. Joel L. Kremer seorang peneliti Islam (Islamist) dari Chicago University mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan bidang peneliatiannya sampai ke beberapa negara seperti Israel, Palestina, Belanda dan negara-negara lainnya. Orang yang sedang melakukan riset doktoral dari berbagai universitas-universitas ternama di dunia, biasanya mencari sumber risetnya melintasi batas-batas negara, karena sumber-sumber buku primer tersebar di beberapa perpustakan-perpustakaan dunia. Azumardy Azra, seorang ilmuwan Indonesia yang cukup disegani di kancah mancanegara, mempunyai koleksi buku yang berjumlah ribuan yang didapatnya di berbagai belahan dunia. Bahkan dia mempunyai program tersendiri untuk menghunting buku-buku di berbagai negara.

Maka tak salah apabila seorang pembelajar di Sekolah Kehidupan menginvestasikan sebagian penghasilannya untuk mencari buku-buku baik itu membelinya atau meminjamnya di perpustakaan-perpustakaan.

Buku-buku yang menjadi sumber rujukan utama dalam pembelajaran sering kali termaktub dalam beberapa bahasa dunia. Maka akan sangat dianjurkan apabila pembelajar membekali dirinya dengan kemampuan bahasa asing yang mumpuni. Minimal seorang pembelajar menguasai 2 bahasa asing selain tentunya bahasa ibunya (mother tongue). Tentunya bahasa asing yang dianjurkan pertama kali untuk dipelajari adalah bahasa Arab dan Inggris. Bahasa Arab adalah bahasa utama untuk mempelajari buku-buku rujukan bertemakan Islam. Sedangkan Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang mana sebagai besar buku rujukan memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya.

Biasanya, ilmuwan-ilmuwan dunia menguasai lebih dari 5 bahasa asing. Bahkan, di International Islamic University Malaysia (IIUM) untuk membekali mahaiswanya dengan bahasa asing, diadakan kursus bahasa asing gratis. Dari bahasa latin sampai bahasa sanseketra yang sudah punah. Hal ini dianggap penting karena bahasa adalah kunci dari ilmu pengetahuan.

Seminar-seminar dan symposium-simposium akan sangat membantu juga dalam memperluas wawasan keilmuan sang pembelajaran dan memberikan nilai plus dalam proses pembelajaran. Suatu seminar biasanya membahas suatu masalah keilmuan secara mendetail dan terperinci serta disajikan oleh pakar-pakar yang berkompeten di bidangnya. Bahkan dari symposium-simposium tersebut tidak sedikit yang menghasilkan konklusi-konklusi baru dalam disiplin ilmu tertentu.

Seperti juga yang telah dipaparkan di atas, kadangkala dalam memelajari mata kuliah tertentu, seorang pembelajar menemui beberapa kesulitan atau masalah yang tidak bisa diatasi sendiri. Dalam keadaan seperti ini tentunya sangat dianjurkan bagi pembelajar agar mempunyai relasi atau link dengan beberapa ahli yang berkompeten dalam disiplin ilmu tertentu. Hal ini sangat penting, karena beberapa permasalahan keilmuwan ada yang tidak dapat dipecahkan kecuali dengan bimbingan orang yang berkompeten di bidangnya.

Manfaat relasi dengan orang-orang yang berkompeten akan sangat signifikan apabila sang pembelajar memanfaatkannya dari langkah pertama kali dia mau memulai pembelajaran. Alangkah lebih baik, apabila dia membuat rencana studi, mencari bahan-bahan, mencari metodologi pembelajaran yang tepat dan memecahkan permasalahan yang dia hadapai dengan dibimbing oleh mereka. Akan tetapi, permasalahannya kesediaan dan waktu mereka untuk membimbing adalah sesuatu yang mahal untuk didapat.
Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar