Selasa, 29 Maret 2011

Dana RSBI Harus Diaudit

Pendidikan Lampost : Selasa, 29 Maret 2011


BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pengelolaan keuangan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) di Provinsi Lampung harus diaudit karena setiap tahun mendapat kucuran dana cukup besar.

Saat ini terdapat 28 sekolah RSBI di Lampung yang mendapat kucuran dana baik dari Pemerintah Pusat, pemerintah daerah maupun kabupaten/kota. Tak hanya itu, dalam pengelolaannya, RSBI juga berhak memungut sumbangan dari orang tua siswa yang jumlahnya relatif lebih besar.

“Sudah selayaknya pengelolaan keuangan RSBI harus diaudit, baik secara internal maupun eksternal. Apalagi sistem pengelolaan RSBI saat ini tidak jelas,” kata Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Lampung Sutopo Ghani Nugroho, di Bandar Lampung, Senin (28-3).

Pada 2010 lalu, Dewan Pendidikan pernah mengevaluasi RSBI di Lampung. "Jumlah dana yang dikelola RSBI cukup besar. Per tahun per sekolah minimal mendapat dana hibanh Rp450 juta rupiah, dengan perincian Rp300 juta dari dana APBN, Rp100 juta dari APBD provinsi, dan sisanya dari APBD kabupaten atau kota," kata dia.

Jika di Lampung ada 28 RSBI, dalam setahun setidaknya Rp12,600 miliar dana yang diinvestasikan untuk pendidikan sektor ini. Seandainya diasumsikan RSBI telah berjalan selama empat tahun, dana yang diinvestasikan pemerintah mencapai Rp50,4 miliar.

Mengingat besaran dana serta adanya pungutan kepada masyarakat, Sutopo berpendapat RSBI sudah selayaknya diaudit. Menurut dia, masalah dalam pengelolaan keuangan di RSBI tidak adanya standar yang jelas, yang ditetapkan oleh pemerintah.

"Mereka hanya mengucurkan dana ke pihak sekolah. Mengenai penggunaannya untuk apa tidak ada acuan dari pemerintah. Yang ada saat ini hanya laporan rutin. Seharusnya, pemerintah memberi acuan berapa persen untuk infrastruktur dan berapa persen untuk menunjang mutu pendidikan," kata dia.

Dengan tidak adanya acuan tersebut, Sutopo menuturkan pengelolaan RSBI di Lampung tanpa arah dan tujuan yang jelas. Berbeda dengan pengelolaan RSBI di Jawa Timur atau di Kota Surabaya, di sana jelas terlihat dana RSBI diprioritaskan kepada peningkatan mutu pembelajaran.

"Di sana fasilitas gedung tidak berubah apalagi berpindah, tapi proses pembelajarannya sangat kental terasa bertaraf internasional. Siswa aktif di kelas bahkan memiliki banyak waktu di laboratorium. Guru-guru di sana, bahkan dimagangkan hingga ke luar negeri," kata dia.

Oleh karena itu, berdasarkan hasil evaluasi Dewan Pendidikan terhadap RSBI di Lampung hasilnya belum memuaskan. Hampir seluruh sekolah belum ada yang memenuhi syarat S-2 untuk guru RSBI dan penggunaan bahasa Inggris yang masih lemah. (MG14/S-1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar