Senin, 14 Maret 2011

4 Aspek RSBI Harus Dievaluasi

Pendidikan Lampost : Selasa, 15 Maret 2011




BANDAR LAMPUNG (Lampost): Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung Bujang Rahman menyarankan pemerintah mengevaluasi empat aspek utama penyelenggaraan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI).

Empat aspek itu, menurut Bujang Rahman, di Bandar Lampung, Senin (14-3), adalah perlunya filsafat pendidikan, kurikulum dan perangkat pembelajaran, sumber daya manusia yang berwawasan internasional, serta lingkungan belajar.

Jika empat pemikiran itu diimplementasikan dengan baik dan konsisten, ia meyakini dapat menghilangkan image RSBI hanya ditandai dengan papan nama sekolah berstandar internasional. Artinya, jaminan RSBI bukan atas dasar namanya saja, melainkan mutu penyelenggaraannya.

Bujang menjelaskan perlunya filsafat pendidikan adalah proses pendidikan di sekolah, termasuk RSBI, tidak boleh hanya berhenti pada kegiatan pengajaran dan pembalajaran, tapi yang lebih penting upaya pendidikan berupa internalisasi nilai. Khusus RSBI, harus mampu menginternalisasikan nilai-niliai global pada peserta didik.

Nilai-nilai global itu adalah kesadaran setiap warga negara sekaligus sebagai warga masyarakat dunia, dengan segala atribut globalisasi berupa sistem nilai yang diakui secara global.

"Dalam konteks RSBI, aspek tersebut harus diinternalisasikan kepada peserta didik agar tumbuh kesadaran global dan kebiasaan berpikir yang berwawasan global. Itulah sesungguhnya substansi atau filsafat pendidikan yang harus ditanamkan pada peserta didik di RSBI," kata Bujang.

Kurikulum dan perangkat pembelajaran di RSBI harus berskala internasional, dalam arti mendapat pengakuan secara internasional. Memang diakui tidak ada kurikulum internasional, dengan kata lain tidak ada kurikulum yang berlaku secara internasional untuk semua sekolah. Akan tetapi, muatan kurikulum itu dapat didesain berdasarkan isu-isu dan permasalahan global.

"Selain itu, untuk mendesain kurikulum dan perangkat pembelajaran yang bertaraf internasional dapat merujuk kepada lembaga pendidikan yang telah mendapat pengakuan secara global (bench marking)," kata dia.

Kurikulum dan perangkat pembelajaran yang memperoleh pengakuan internasional, menurut Bujang, sangat penting karena lulusan sekolah yang bertaraf internasional seharusnya dapat melanjutkan ke pendidikannya ke lembaga pendidikan (sekolah) di berbagai negara yang sudah lebih maju.

Di samping itu, sekolah yang bertaraf internasional harus terbuka bagi calon siswa dari berbagai negara.

Tentang sumber daya manusia di sekolah yang dapat dibedakan pada tenaga pendidik dan kependidikan, dan staf pendukung. Kedua jenis sumber daya ini harus bersinergi dengan baik.

Oleh karena itu, diperlukan pembinaan staf secara terpadu dan berorientasi pada perkembangan global.

Dengan kata lain, wawasan berpikir berskala global bukan hanya diperlukan bagi pimpinan sekolah dan guru, melainkan juga dari staf pendukung yang tidak kalah pentingnya dalam penyelenggaraan pendidikan yang berwawasan global.

Terlebih guru sebagai unsur terdepan penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus memiliki wawasan global. Dalam berimprovisasi, guru harus mampu memasukkan isu-isu dan permasalahan global dalam pembelajaran. Guru yang mengajar di RSBI bukan hanaya harus memiliki kemampuan dan kemahiran berbahasa Inggris, melainkan yang terpenting dalam pembelajarannya harus berwawasan global.

Dengan kata lain, menurut dia, seorang guru di sekolah bertaraf internasional harus memiliki mutu pembelajaran yang juga bertaraf internasional. Untuk itu, jika diperlukan dapat dilakukan seleksi khusus bagi guru yang akan mengajar di RSBI. Seleksi yang dimaksud tidak hanya seleksi kemampuan berbahasa Inggris, tapi seleksi terhadap mutu pembelajaran yang bertaraf internasional.

Adapun pemikiran keempat adalah perlunya dukungan lingkungan belajar yang bertaraf internasional. Sebagaimana kita ketahui ciri utama era globalisasi antara lain ditandai oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat dikatakan semua dengan sistem digital.

"Oleh karena itu lingkungan RSBI juga harus menggambarkan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti laboratorium, kontak dengan masyarakat luar khususnya orang tua, sistem pembelajaran yang online," kata dia. (MG14/S-1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar