Sabtu, 22 Januari 2011

Suharto Mengajar Siswa Dengan Berdiskusi

Pendidikan Lampost : Sabtu, 22 Januari 2011

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Suharto mengayunkan kakinya masuk ke dalam kelas. Seketika suasana riuh berganti menjadi hening. Senyum kecilnya segera mengembang. Mata pelajaran PKn di kelas IPS3 pun segera di mulai.

Tak seperti guru kebanyakan. Memulai kelas hari itu tak berarti langsung ke materi pelajaran. Matanya segera menyapu ke seluruh isi kelas. Dia mencoba mengukur kesiapan murid-muridnya menerima pelajaran. "Jika ada yang belum fokus ke kita berarti kelas belum bisa dimulai," ujar Suharto mengenalkan metodenya mengajar.

Jika ada yang belum "cun in" kata dia, biasanya pria kelahiran Lampung Tengah itu segera menghampiri beberapa muridnya. "Pendekatan psikologis mutlak diperlukan karena ini adalah proses pembelajaran dan bukan sekadar mengajar," kata dia.

Kelas yang diajar Suharto terlihat sebagai kelas diskusi. Ia memulai pelajarannya hanya dengan sedikit pengantar. "Anak-anak hari ini kita belajar tentang demokrasi. Apa itu demokrasi? Silakan lihat cuplikan berikut ini," kata dia.

Melalui laptop yang selalu dibawanya, Suharto biasa menyajikan materinya melalui infokus. Hari itu pelajaran tentang demokrasi diawali dengan pemutaran video. Berita tentang pemilu, pilkada, pemilihan presiden baik nasional maupun internasional silih berganti.

"Proses pembelajaran di kelas bukan lagi proses transfer of knowledge atau transfer pengetahuan. Pembelajaran di kelas saat ini lebih kepada learn how to learn, bagaimana mengajarkan siswa untuk belajar," ujarnya.

Suharto mengatakan usai menyaksikan proses demokrasi tadi anak-anak kemudian diajaknya berdiskusi dan mengemukakan pendapat. Memadukan antara materi yang baru saja mereka saksikan dan berbagai informasi yang mereka kumpulkan sebelumnya.

"Seminggu sebelum pelajaran tentang demokrasi, anak-anak telah mengumpulkan berbagai materi tentang demokrasi. Baik dari internet, media cetak maupun berbagai buku teks yang mereka temui," kata Suharto.

Ia mengatakan metode ini menempatkan murid sebagai siswa aktif. Mereka dapat memanfaatkan sumber informasi dan media informasi di sekitar mereka untuk belajar. Peran guru tak lagi sebagai sumber pembelajaran. "Kami hanya fasilitator. Membantu cara berpikir mereka dengan benar."

Suharto mengibaratkan caranya mengajar tak ubahnya mengajarkan seorang anak belajar sepeda. "Ketika kita mengajarkan sepeda, kita tidak ikut naik dan menggoes sepedanya. Kita cukup mengajarkan bagaimana menjaga keseimbangan, selebihnya dipraktekkan sendiri," kata dia.

Suharto yang mengawali kariernya sebagai guru honorer di SMA Perintis Bandar Lampung pada 1991 silam ini mengatakan ciri guru sukses adalah siswa yang aktif. Jika siswa pasif, diam dan bahkan takut bertanya berarti dia telah gagal dalam proses pembelajaran.

Ia mengatakan guru memang harus tetap berwibawa. Namun, jangan sampai kewibawaan itu justru menjadi jarak bagi anak didik untuk bertanya, berdiskusi bahkan mengemukakan permasalahannya, baik terkait dengan persoalan di kelas maupun persoalan lainnya.

"Saya dedikasikan diri saya untuk anak-anak. Mereka bebas menemui saya di mana pun, di kelas, di ruangan saya, di rumah bahkan di jalan sekalipun. Karena dengan ikatan emosional dan hubungan personal yang kuat, proses pembelajaran di kelas akan jauh lebih berhasil," kata dia.

Pria yang pernah menjadi kepala sekolah berprestasi tingkat nasional untuk jenjang SMA pada 2008 ini mengatakan di mana pun ia ditempatkan, kedekatan dengan murid-muridnya sudah menjadi keharusan. Demikian halnya ketika ia menjabat sebagai kepala sekolah baik di SMA Perintis maupun di SMAN 7 Bandar Lampung. "Karena kepala sekolah itu hanya sekadar jabatan. Namun ia tetaplah seorang guru yang harus mampu membimbing anak-anaknya untuk aktif belajar."

Ia memilih menjadi guru ketika profesi ini tak sefavorit sekarang. Pilihan itu ia tetapkan pada 1983. Usai menempuh pendidikan sebagai lulusan terbaik I di SMPN Kalirejo, Lampung Tengah. Profesi guru ia pilih dengan menempuh pendidikan di SPGN Pringsewu dan berhasil menjadi lulusan terbaik Provinsi Lampung pada 1986. (MG14/S-2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar