Sabtu, 15 Januari 2011

SBY SEDANG MEMASAK TIWUL

citra tiwul





FOTO PAMERAN: SBY sedang memasak tiwul menjadi salah satu foto yang dipamerkan. (dok.detik)



===============================

Kasus meninggalnya enam bersaudara kakak beradik dalam satu keluarga akibat mengkonsumsi tiwul di Mayong Jepara Jawa Tengah, menurut Pengamat Sosial Imam Prasodjo, karena tidak adanya akses bagi keluarga miskin untuk mendapatkan pangan. ”Meskipun kita sudah swasembada beras tapi rakyat miskin tidak dapat mengaksesnya maka sama saja. Kasus seperti ini mungkin saja terjadi,” tutur dia saat dihubungi Republika, Rabu (5/1). Hal ini berarti terjadi ketimpangan.



Selain tidak adanya akses keluarga miskin untuk mendapatkan pangan seperti beras miskin (raskin), permasalahan ini kemungkinan juga disebabkan karena masalah distribusi yang tidak merata.”Kemungkinan bahan pangan tertimbun di satu tempat dan tidak terdistribusi,” tutur Imam.



Dijelaskan juga jika distribusi sudah bagus tapi tidak ada akses juga bisa menyebabkan kasus-kasus seperti ini terjadi.”Di negara kaya di luar negeri pun jika distribusi tidak berjalan mungkin saja terjadi,” kata Imam.



Di sisi lain, terjadinya kasus ini menandakan tidak berjalannya mekanisme sosial di masyarakat.”Seharusnya masyarakat bisa melakukan sesuatu untuk membantu mereka,” tutur Imam. Dan RT atau RW bisa memantau warganya.



Terkait pernyataan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono bahwa angka kemiskinan menurun, Imam mengatakan, menurun bukan berarti hilang. Bahkan ia mengatakan, masih banyak rakyat miskin yang tercecer dan belum terdata. Agung mengatakan, angka kemiskinan hingga Maret 2010 mencapai 13,3 persen menurun dibanding tahun 2009 sebesar 14,1 persen. (republika.co.id, 5/1/2011)

===============================




Puisi Karya Anwari WMK

12 Januari 2011



TIWUL



bertahun-tahun nak

kita makan tiwul

bila beras tiada

kita makan tiwul



berenam kalian bersaudara

terpelintir nasib makan tiwul

sejak kalian kecil

di rumah ini

tiwul itu milik kita

bersama getir yang nestapa



hanya tiwul itu

cuma tiwul itu



kini,

berenam kalian terbaring

menggenapi liang lahat

tiwul terakhir itu beracun

menamatkan hidup kalian

hingga sayap-sayap takdir

datang menjemput

untuk kematian nan pilu



bagaimana bisa kuceritakan

jiwa tersentak getir

hati remuk redam

saat airmata tlah punah

menangisi kepergian kalian

tanpa pernah rela

mengucapkan selamat jalan



anakku,........ anakku,.....

sampaikan maafku pada ilahi

hanya mampu

memberi kalian tiwul



hanya tiwul itu

cuma tiwul itu



2011



Catatan:

Puisi ini dilatarbelakangi oleh wafatnya enam orang anak pasangan Jamhamid dan Siti Sunayah warga Desa Jebol, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tersebab makan tiwul, persis pada penghujung tahun 2010.

Tidak SukaSuka · Komentari · Bagikan



=======================================



o

Dedy Nur

Saya membaca beritanya bang anwari. Sudah kering air mata ini menyaksikan keperihan hidup yang dijalani oleh rakyat kecil, aku teringat keluarga sendiri yang dulu sering mengkonsumsi makanan yang mirip tiwul itu, saya menyebutnya Ubi yang t...umbuh disela_sela pohon bambu.



Thanks atas Catatannya, ini akan sangat berarti bagi mereka yang bisa menikmati makanan yang sehat.



SalamLihat Selengkapnya

Rabu pukul 4:14 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Rosman Mulyanto Keluarga saya dulu pernah punya pembantu asal daerah Kebumen__karena biasa makan Tiwul__disuruh makan nasi gak mau__krn dia tidak merasa kenyang...walaupun makan nasi 1 bakul kecil.

Rabu pukul 5:49 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...

o

Mohamat Firmandaru merinding... kasihan mereka, mungkin tiwul tau kematian menghentikan penderitaan kemiskinan...entahlah.. semoga penguasa peduli.. terimakasih Pak Anwari, salam pagi :)

Rabu pukul 5:52 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Andy Zarathustra

Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang sama tuanya dengan peradaban manusia. Oleh karena itu, founding fathers telah begitu gamblang mengamanatkan di dalam UUD 1945 bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Saya mendu...ga para penyelenggara negara masih banyak yang "buta aksara" dan gagal menyelamatkan fakir miskin dan mengentaskannya dari kemiskinan struktural. Maka yang terjadi adalah: "Kemiskinan (struktural) dipelihara oleh negara". Yang kaya semakin kaya, yang miskin tambah sengsara. Lalu, apa solusinya??? Kita telah kehabisan kata-kata. Konsep dan strategi telah menggunung hingga menjulang ke angkasa. Kata-kata tak lagi melahirkan wisdom dan actions. Demikianlah negeri antah berantah yang konon disebut zamrud khatulistiwa. Konon ..... saudara-saudara. Sekali lagi konon....Lihat Selengkapnya

Rabu pukul 6:26 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...

o

Dahlan Damrah KEMISKINAN + KEBODOHAN ITU DISERTAI KETIDAKADILAN DARI PARA PENGUASA KELOP MENJADI DERITA NESTAPA SEBUAH BANGSA, LALU SIAPA GERANGAN YANG AKAN MENJADI TANGAN TUHAN.....ATAS BANGSA INI.....? DENGAN LINANGAN AIR MATA AKU BERTANYA PADA MU, KARENA INI BUKAN LAGI KESEDIHAN TAPI DUKA NESTAPA. Salam.

Rabu pukul 6:39 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...

o

Dimas Agus Setiawan

‎-miris sekali ku mambacakaryamu mas



ketika perut bergeliat

kantong kosong

apapun ku terima

...asal bisa mengganjalnya

tidurkupun pulas

pulas dak tak kenal batas

dalam kesederhanaan dan kebersamaan

kita, satu keluarga bermimpi bersama

melepas derita dunia

tak sengajaLihat Selengkapnya

Rabu pukul 7:10 · SukaTidak Suka

o

Slamet Junaedi KETE TAPAN TUHAN MESTI TERJADI, WALAU TERASA ANEH DAN JANGGAL.

Rabu pukul 7:12 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Emma Laily Sufi trenyuh melihat nasib mereka, tp pemerintah daerah setempat membantah kalo ada warganya yang berada di bawah garis kemiskinan, ah..tiwul itu hanya makanan selingan mereka aza kok... benarkah begitu...jangan berkilah lah pak...

Rabu pukul 7:16 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Yadhi Rusmiadi Jashar Kemiskinan dan kebodohan sudah jadi barang biasa di negeri ini. Menjadi jualan laris manis dan objek strategis saat pemilihan. Kemiskinan dan kebodohan betapapun mirisnya dapat kita terima sebagai realita yang harus segera dicarikan solusinya. Yang biadab dan tidak dapat diterima adalah Pemiskinan dan pembodohan.

Rabu pukul 7:36 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Deva Del Amor aku terkesima pak Anwari dengan puisi ini.... Sejak kecil lingkungan keluargaku berpenghasilan gaplek yang menjadi bahan dasar tiwul,,,, dengan TIwulah para masyarakata sekitar ku mempertahankan hidup,, dan ketika puisi mengisahkan satu keluarga yg meningal karena keracunan makan tiwul,, sungguh sangat nestapa, semoga ketidakadilan perekonomian negeri kita segera mendapat perbaikan agar rakyat tidak kelaparan akibat kekurangan makan ,,,

Rabu pukul 7:59 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Ahmad Ubaidillah Zen tiwul, tuhan yang lain...

Rabu pukul 8:23 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Dewi Risnawati Anwari Seperti biasa, puisi2mu selalu membuat hatiku tercekat. Memotret keadaan negeri ini dengan jitu. ... Btw, Pak Wiranto wkt makan tiwul, kok gpp ya? (Maaf Mas, saya sdh nggak bisa komen lagi. Komen2 di atas semua sdh mewakili suara hati saya)

Rabu pukul 9:12 · SukaTidak Suka

o

Marwan Republik Padli

kni ank mreka hnya tnggal 1...

dlu ad kcerian yg riuh skrng tnggal snyi....

tiwul tw cma kmtian yg bsa mnghntikan pnderitaan mreka dri kmiskinan...

ap ge hdup d negeri ne...

smua tak ad yg pdli...

...program yg kta na u/ mngentaskn kmisknan..

nyata na mmprkaya pra yg brkuasa...

Lihat Selengkapnya

Rabu pukul 9:12 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Erny Susanty kehidupan yg keras dan dengan kemampuan yg sangat rendah akhirnya kerasnya hidup mengalahkan mereka...miris.. :(

Rabu pukul 9:19 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Juan Fidel Itulah Indonesia, untuk sekedar makan aja susah. Tiwulpun jadi pemangsa. Sementara para Tuyul tuyul pemerintah dan penguasa bebas berkeliaran, mau tak mau tiwul jalan keluar untuk mengisi perut orang miskin. Dilematis.....Memprihatinkan memang...., sementara kalau di negara luar makanan pun diteliti pemerintahnya apakah makanan tersebut layak makan atau tidak. Parahnya di Indonesia makan yang sudah tidak layakpun dimakan karena kemiskinan. raskin aja dijadikan ajang korupsi. Sampai kapan ini akan terus berlangsung?

Rabu pukul 11:15 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Hendra Guo Saya hanya bisa menggaris bawahi "kita makan tiwul bila beras tiada". Itu menandakan bahwa beras/nasi bukan satu-satunya makanan utk hidup. Masih ada/banyak alternatif (makanan) lain yg bs mengisi perut diwaktu lapar. Hanya saja (kembali mengutip) "tiwul terakhir itu beracun", itu sudah diluar batas/dugaan insan yang telah berusaha semaksimal mungkin untuk bertahan hidup.

Rabu pukul 11:34 · SukaTidak Suka

o

Hidayat Tf Terima kasih.



Salam.

Rabu pukul 11:43 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Rahim JAbbar Sedih mendengar berita pilu tentang saudara (=sedarah) kita yang terpinggirkan dalam kehidupan berbangsa. Kapankah akan tersentuh hati para petinggi?

Rabu pukul 11:54 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Puput Ariatna

Puisi bapak mengingatkan saya dgn keluarga yang terkena racun tempe, modisnya hampir sama.

Bahkan ini lebih parah sedesa trsbt jg kena wabhnya.

Ini dkarenakan minimnya pengetahuan rakyt tentang mknan yg layak tdknya di konsumsi.

Trimaksh pak.

S...mg bapk dan keluarga sll dalam rahmatNya.Lihat Selengkapnya

Rabu pukul 13:11 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Rajasa Sang Amurwabhumi Air mata telah tergebahpunah , yang ada hanya rindudendam yang tak berkesudah kepada REJIM yang berkuasa !!

Rabu pukul 13:43 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Desy Sembiring Ya Tuhan...limpahkanlah rahmat kemurahan hati bagi mereka yang berkelebihan, agar kiranya mau membantu mereka yang berkekurangan..Amin..

Rabu pukul 13:51 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Rasul Karim kemiskinan bagi rakyat kecil di negeri ini adalah sahabat paling setia, hanya kematian saja yg memisahkan mereka sepertin yg terdapat dalam puisi bapak ini, bagi pemimpin kemiskinan harus tetap dipelihara sebagai dagangan untuk memperbaiki citra dan mempertahankan kekuasaan, inilah kenyataan dalam negeri kita ini...

Rabu pukul 14:43 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Masruhin A. Ibrahim sampai kapanpun kemiskinan di negeri ini tidak bisa diatasi selagi petinggi dan pemimpinnya menggunakan kesempatan jabatannya untuk sarana memperkaya diri... Inilah kenyataan yang terjadi di negeri ini.... Thanks pak....

Rabu pukul 15:02 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...

o

Yulia Riska ternyata tiwul yang mereka harapkan bisa menghilangkan rasa lapar malah membuat mereka harus kehilangan nyawa..... trims pak

Rabu pukul 16:49 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Sakidaka Vendra 楊金達 memprihatinkan...........

Rabu pukul 16:51 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Saiful Zidan anehnya pemerintah malah memberitakan bahwa pengentasan kemiskinan naik dari tahun ketahun,sungguh ironis jika tiap tahun naik tapi kematian karena kelaparanpun terus bertambah...

Rabu pukul 17:26 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Hari Yanti iya pk. yg kaya semakin kaya.yg miskin semakin miskin. jaman sdh berobah..........

Rabu pukul 17:55 · SukaTidak Suka

o

Slamet Junaedi MB BAHAN DASARNYA KETELA POHON GONDORUWO.

Rabu pukul 19:30 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Alwin Makalunsenge Sungguh ironis memang,negeri yg subur dan kaya akan sumber daya alam,tapi yg menikmati cuma segelintir orang...sementara rakyat sebagai pemilik negeri ini sungguh memiriskan,bahkan sekedar makanpun begitu sulit,sampai2 harus mati secara mengenaskan karena keracunan tiwul...Ya Allah..masih adakah keadilan dinegeriku ini?

Rabu pukul 19:58 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Ratih Tritamanti

Kehidupan di sana sini,kaya.miskin..

Si miskin, nasib malang menimpamu ...bertahan hidup dengan tiwul... tiwul yang tidak dipahami mereka, mengandung racun...

Kemiskinan...oh Indonesiaku negeriku yang makmur...

Kapankah kemakmuran akan dinikma...ti seluruh rakyatmu?

Lihat Selengkapnya

Rabu pukul 20:23 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Avit Fahrian Gak di daerah gak di kota,suara jerit lambung kelaparan di mana2...menilik kebiadaban penguasa ¥ĝ buta hati tuli telinga tetap saja tdk ada perubahan yg bermakna__rakyat miskin makin merajalela,¥ĝ kaya Ɣª makin kaya ¥ĝ miskin Ɣª makin miskin,,itu kata bung rhoma...tidak ada perubahan.trimaksih sudah berbagi pak anwari...salam hangat.

Rabu pukul 21:06 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Avit Fahrian Gak di daerah gak di kota,suara jerit lambung kelaparan di mana2...menilik kebiadaban penguasa ¥ĝ buta hati tuli telinga tetap saja tdk ada perubahan yg bermakna__rakyat miskin makin merajalela,¥ĝ kaya Ɣª makin kaya ¥ĝ miskin Ɣª makin miskin,,itu kata bung rhoma...tidak ada perubahan.trimaksih sudah berbagi pak anwari...salam hangat.

Rabu pukul 21:10 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Marthyna Dwikania

Turut berduka atas meninggalnya keluarga tsb ..kalau dulu makan tiwul itu biasa , karena masyarakat kita sama2 miskin . tapi skrng begitu timpang , perbedaan klas hdp yg begitu tajam ... sebenarnya banyak masyarakat kita yg kaya dan mungkin... bisa mengangkat sdrnya yg kurang mampu dgn Zakat , sodaqoh dsb ..

mungkin kita jg bisa melaksanakannya .

trims pak Anwari.Lihat Selengkapnya

Rabu pukul 23:34 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Coy Aceh Putra ‎....sangat mengharukan kisahnya....

persada tercinta....gap antara si miskin dan sikaya masih saja terjadi....

trimakasih Pak Anwari.

Kamis pukul 2:37 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Fachruddin M. Dhani Luar biasa, mengharukan, ditunggu puisi berikutnya .... ?

Kamis pukul 18:51 · SukaTidak Suka

o

Mohamad Zaidan Fitri Potret Kemiskinan yang masih banyak Menimpa Saudara2 kita...seharusnya kita mengerti, bahwa masih banyak saudara2 yang masih hidup dibawah garis kemiskinan...Semoga "kita" dan para pemimpin2 menyadari akan hal ini...

Kamis pukul 19:52 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o

Rusman St Sinaropanjang tragedi kaum marjinal.....

9 jam yang lalu melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

*

Tulis komentar...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar