Rabu, 19 Januari 2011

MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. Pengertian Administrasi

Menurut etimologi, administrasi berasal dari kata ad + ministrare. Ad berarti intensif, sedangkan ministrare artinya melayani, membantu, dan memenuhi. Sedangkan administrator berarti memberikan pelayanan prima. Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka administrasi dapat diartikan dengan melayani secara intensif. Berikut beberapa pengertian administrasi menurut beberapa ahli.
1. Administrasi dalam definisi sempit dinyatakan sebagai suatu pekerjaan yang bersifat tulis menulis
(ketatausahaan dan kesekretarisan) (Sumantri, 1990: 10).
2. Administrasi dalam pengertian luas dapat bermakna sebagai proses kerjasama dari sekelompok orang dengan cara-cara yang paling efisien (berdaya guna) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Sumatri: 1990).
3.Administrasi sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang
didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
{Sondang P. Siagian dalam Sumantri (1990: 10)}.

4. Administrasi dapat diartikan sebagai ilmu atau seni mengelola sumber daya 7M+1M, yaitu man,
money, material, machine, methods, marketing, minutes dan information (Usman: 2009).

5.Segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan tertentu (The Liang Gie).

B. Pengertian Manajemen

Secara etimologi, manajemen berasal dari bahasa latin, yakni asal kata manus yang berarti tangan dan
agree yang berarti melakukan, sehingga jika digabungka keduanya berarti menangani.
Manajemen menurut Sumantri (1990: 44) dapat diartikan sebagai proses penggerakan kerjasama dengan orang lain dan segala fasilitas yang diperlukan. Kemudian menurut Parker dalam Stoner & Freeman (2000) manajemen merupakan seni melaksanakan pekerjaan melalui orang lain. Terakhir, menurut Usman (2009), manajemen diartikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4) sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen ialah proses menggerakan tindakan-tindakan dalam usaha kerjasama manusia sehingga tujuan yang telah ditentukan benar-benar tercapai.
C. Persamaan dan Perbedaan Administrasi dengan Manajemen
Menurut Panglaykim dan Tanzil (1986: 34), jika manajemen menetapkan kebijaksanan yang harus dituruti, maka administrasi yang menyelenggarakannya. Sedangkan menurut Sutisna (1987), dalam pemakaian secara umum administrator dan manajer dikatakan sama. Persamaan lain yakni administrasi dan manajemen sama-sama menjalankan fungsi ‘to control’ yang berarti mengatur dan mengurus.
Tidak semua orang menganggap istilah manajemen dan administrasi memiliki makna yang sama, dan pada kenyataannya memang tidak selamanya keduanya memiliki makna yang sama apalagi jika dihubungkan dengan konteks situasi lembaga. Umumnya, pada lembaga pemerintahan istilah yang dipergunakan adalah administrasi, sedangkan pada lembaga-lembaga komersil istilah manajemen lebih banyak digunakan. Istilah manajemen mempunyai makna yang lebih marketable dan bergengsi. Sejalan dengan itu, istilah administrasi khususnya dalam dunia pendidikan seakan-akan hanya diartikan sebagai pekerjaan tulis menulis, kearsipan/pembukuan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan ketatausahaan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Sutisna (1987) bahwa administrasi lebih cocok digunakan pada lembaga-lembaga pemerintah yang mengutamakan kepentingan sosial, sedang manajemen cocok untuk lembaga-lembaga swasta yang lebih mengutamakan komersial
D. Pengertian Pendidikan.
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar & proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
E. Definisi Manajemen Pendidikan
Batasan manajemen pendidikan dapat diambil berdasarkan 3 pendekatan. Pendekatan pertama menganggap manajemen pendidikan sebagai cabang ilmu manajemen, sehingga batasannnya adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirnya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Adapun secara proses, manajemen pendidikan didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Bila dikaji dengan pendekatan struktur atau tugasnya, maka manajemen pendidikan diartikan sebagai manajemen peserta didik, kurikulum, tenaga pendidik, dan kependidikan, keuangan, fasilitas, hubungan lembaga dengan masyarakat, pengorganisasian, ketatalaksanaan, dan supervisi pendidikan (Husaini Usman, 2004: 12). Sedangkan menurut Usman (2009) manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
F. Tujuan dan Manfaat Manajemen Pendidikan
1. Terwujudnya PBM yang PAKEMB (bermakna)
2. Peserta didik yang aktif mengembangkan dirinya
3. Memiliki kompetensi manajerial
4. Tercapai tujuan pendidikan secara efektif & efisien
5. Teratasinya masalah mutu pendidikan
6. Perencanaan pendidikan merata, bermutu, relevan & akuntabel
7. Meningkatnya citra positif pendidikan
G. Fungsi Manajemen Pendidikan

Ada banyak pendapat mengenai fungsi-fungsi manajemen, diantaranya yaitu Terry yang menyatakan
terdiri atas:
1. Planning (perencanaan), yakni menentukan garis- garis besar untuk dapat memulai usaha yang
terdiri atas apa yang akan dicapai, bagaimana mencapainya, kapan, dan lain sebagainya.
2. Organizing (menyusun), yakni rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
sebagaimana telah ditetapkan dalam perencanaan.
3. Actuating (menggerakkan untuk bekerja/pelaksanaan), untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas
pencapaian tujuan.
4. Controlling (pengawasan), yakni kegiatan dalam rangka memeriksa hal-hal apa yang telah dilakukan memastikan apakah pekerjaan telah berjalan sebagaimana mestinya, serta mengetahui hambatan- hambatan yang menghalangi tercapcainya tujuan.
Pendapat lainnya dalah Fayol yang merumuskan fungsi manajemen sebagai to plan, to organize, to command, to coordinate, dan to control. Adapula pendapat dari Gullick yang merumuskan fungsi manajemen secara lebih detil lagi, yakni dengan planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, budgeting (Hartati Sukirman, 1999: 5). Namun demikian, pada prinsipnya fungsi-fungsi yang dipaparkan para pakar tersebut memiliki benang merah yang sama. Hanya saja, masing-masing dari
mereka memiliki pengembangan yang sedikit berbeda yang tujuannya mempermudah
pengimplementasian ilmu manajemen di dunia nyata.
H. Peranan Manajemen Pendidikan
Menurut Husaini Usman (2004: 13), manajemen pendidikan selaku rangkaian kegiatan pengelolaan di
bidang pendidikan, berperan dalam:
1.Tertunjangnya suasana PBM
2. Tertunjangnya profesi tenaga pendidik
3. Tercapainya tujuan secara efektif dengan sumber daya terbatas
4. Tertunjangnya profesi administrator pendidikan
Kegiatan manajemen pendidikan akan sangat menunjang kelancaran PBM, baik ditilik dari segi fasilitas, administrasi kelas, dan lain sebagainya. Adapun bagi tenaga pendidik atau guru, tugas mereka bukanlah sekedar sebagai pemberi materi terhadap peserta didik. Guru juga hendaknya memiliki kompetensi melakukan tugas-tugas administrative atau manajerial. Bagaimanapun juga, kegiatan pbm tidak dapat terlepas dari rangkaian manajemen pendidikan. Peranan manajemen pendidikan lainnya adalah dalam pencapaian tujuan secara efektif dengan sumber daya terbatas. Akibat dari kelangkaan, maka manusia dituntut mampu mengelola sumber daya agar tidak menjadi kendala pemanfaatan sumber daya itu sendiri. Bagi administrator atau manajer pendidikan, tentu saja peranan manajemen pendidikan sangat berlaku, karena sesuai dengan tugas mereka yang harus mampu mengelola sumber daya-sumber daya yang terbtas guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
I. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
Bidang garapan atau ruang lingkup yang terdapat dalam manajemen pendidikan meliputi :
1. Manajemen peserta didik
Peserta didik selaku input dalam lembaga pendidikan merupakanpusat dari seluruh kegiatan dalam manajemen pendidikan. Oleh karenanya peserta didik hendaknya menjadi prioritas utama dalam pengambilan kebijakan di bidang pendidikan. Kegiatan yang termasuk dalam bidang ini adalah pencatatan peserta didik mulai dari saat penerimaan sampai dengan keluarnya dari sekolah.
2. Manajemen tenaga kependidikan
Manejemen tenaga kependidikan adalah segenap proses penataan pegawai yang meliputi semua proses atau cara memperoleh pegawai, penempatan dan penugasan, pemeliharaan dan pembinaan, evaluasi, sampai pada pemutusan hubungan kerja.
3. Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian
tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi pbm.

4. Manajemen fasilitas pendidikan
Manajemen fasilitas pendidikan adalah segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan pengadaan, pendagunaan, dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien
5. Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Manajemen pembiayaan pendidikan merupakan kegiatan pengelolaan yang meliputi penataan sumber, penggunaan, dan pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan pada umumnya
6. Manajemen Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat
Masyarakat merupakan laboratorium pendidikan yang tidak ternilai harganya. Masyarakat juga merupakan stakeholder pendidikan, dimana keberlangsungan proses pendidikan juga bergantung pada masyarakat. Untuk itu, lembaga pendidikan tidak dapat terlepas dari masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Manajemen hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat merupakan kegiatan penataan yang berkaitan dengan kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat untuk menunjang pbm di sekolah
7. Manajemen Organisasi Lembaga Pendidikan
Dalam setiap organisasi pastilah terdapat struktur tugas dan berbagai macam konsekuensi akibat adanya pembidangan tugas tersebut. Hal inilah yang menjadi garapan manajemen organisasi lembaga pendidikan, yaitu segenap kegiatan mengorganisasikan lembaga pendidikan yang termasuk diantaranya adalah pengelolaan fungsi kepemimpinan
8. Manajemen Ketatalaksanaan dan Sistem Informasi Lembaga Pendidikan
Kegiatan pencatatan berakibat pada perlunya penataan data atau informasi, agar pada saaat informasi tersebut diperlukan dapat diperoleh dengan mudah, cepat, dan tepat. Manajemen ketatalaksanaan dan Sistem informasi Lembaga Pendidikan berupaya untuk mencapai hal tersebut, dengan kegiatan yang meliputi pencatatan, pengolahan, penggandaan, pengiriman, dan penyimpanan semua bahan atau informasi yang temasuk dalam data lembaga pendidikan
9. Supervisi Pendidikan
Kehadiran supervisi pendidikan diharapkan membantu tercapainya tujuan pendidikan secara efisien, khususnya melalui pembinaan profesionalitas guru. Namun trend pendidikan terakhir tidak selalu mengartikan supervisi pendidikan memiliki sasaran satu-satunya berupa guru, melainkan juga melibatkan tenaga-tenaga kependidikan lainnya. Batasan supervisi pendidikan yang selama ini akrab adalah suatu usaha untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki situasi belajar mengajar dan pada kenyataannya kelancaran pbm tidak semata bergantung pada guru melainkan pula tenaga kependidikan lainnya.
Perencanaan Pendidikan
A. Pengertian Perencanaan Pendidikan
1.Mengarahkan proses kegiatan pada tujuan yang hendak dicapai (Suryosubroto).
2.Pedoman proses kegiatan pendidikan agar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

B. Tujuan Perencanaan Pendidikan
1. Standar pengawasan
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
2. Tahu mulai, pelaksanaan dan selesai
3. Tahu siapa yang terlibat
4.Sistematis biaya dan kualitas kegiatan
5. Hemat biaya, waktu, tenaga
6. Memberi gambaran komprehensif
7. Memadukan beberapa subkegiatan
8. Mendeteksi hambatan
9. Mengarahkan pencapaian tujuan
C. Manfaat Perencanaan Pendidikan

1. Standar pelaksanaan dan pengawasan
2. Pemilihan berbagai alternatif terbaik
3. Penyusunan skala prioritas
4.Hemat pemanfaatan resources
5.Penyesuaian terhadap lingkungan
6. Memudahkan koordinasi dengan pihak terkait
7. Minimalisir pekerjaan yang tidak pasti

D. Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan

1. Waktu
a. Jangka panjang
b. Jangka menengah
c. Jangka pendek
2. Spasial
a. Nasional
b. Regional
c. Tata ruang
3. Dimensi jenis
4. Tingkat waktu

E.Macam PendekatanPerencanaan Pendidikan

Dapat dilihat dari aspek di bawah ini.
1.Efektivitas biaya (Cost effectiveness approach)
2. Optimalisasi pemanfaatan biaya (Cost & benefit approach)
3. Kebutuhan tenaga kerja (Manpower approach)
4. Keperluan masyarakat (Social demand approach)

F. Model Perencanaan Pendidikan

1. Komprehensif , Yaitu menganalisis perubahan-perubahan dalam system pendidikan secara menyeluruh.
2. Keefektifan biaya Yaitu menganalisis proyek dengan criteria efisiensi dan efektivitas
3. PPBS (Planning, Programming, Budgeting System) Model ini banyak digunakan di perguruan tinggi negeri
4. Target setting Untuk memproyeksi tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu


PENGORGANISASIAN

A. Pengertian Organisasi
1. Struktur birokrasi (weber dalam stoner & Freeman (1995)
2.Proses kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien
(Usman, 2009)
B. Tujuan dan Manfaat Pendidikan
1. Mengatasi keterbatasan kemampuan dan Resources
2. Mencapai tujuan scr efektif & efisien , wadah SDM & Teknologi
3. Mengembangkan potensi dan pembagaian pekerjaan
4. Mengelola lingkungan & mencari keuntungan bersama
5. Wadah menggunakan kekuasaan & mendapatkan penghargaan
6. Wadah pemenuhan kebutuhan manusia yg semakin banyak
7. Wadah menambah pergaulan & memanfaatkan waktu luang
C. Tipe Organisasi

Dibagi kedalam dua tipe, yaitu:
1. Organisasi organis, ciri-cirinya:
a. Kompleksitas tinggi,
b. Sentralisasi rendah
c. Formalitas rendah
d.Produksi rendah
e. Adaptasi tinggi
f. Terbuka
g. Efisensi rendah
h. Fokus strategi inovasi

2. Organisasi mekanistis
a. Kompleksitas rendah
b. Sentralisasi tinggi
c. Formalitas tinggi
d. Produksi tinggi
e. Adaptasi rendah
f. Tertutup
g.Efisensi tinggi
h. Fokus strategi efisiensi

D. Tahapan Pengembangan Organisasi

1. Kreativitas
2. Kepemimpinan baru
3. Pendelegasian
4. Koordinasi – kolaborasi
5. Inovasi
E. Struktur Organisasi di Sekolah
Elemen penting struktur adalah puncak struktur, jajaran tengah, jajaran operasional, staf pendukung, dan struktur teknologi. Struktur sekolah sangat beragam ada yang sederhana, birokrasi mesin, birokrasi professional. Namun kebanyakan adalah gabungan. Organisasi mengakomodasi konflik ini dengan membentuk struktur yang longgar, mengembangkan struktur kewenangan ganda, atau terlibat dalam sosialisasi
MANAJEMEN KURIKULUM

A. Konsep Dasar Kurikulum
Kurikulum merupakan komponen dalam pendidikan karena ia merupakan kumpulan materi yang mengandung makna tertentu, antara lain tujuan, bentuk materi, dan lain sebagainya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan sebagaimana mestinya. Untuk itu, masing-masing jenis, jalur, dan jenjang pendidikan akan memiliki kurikulum yang berbeda-beda, karena disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, dan tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum tidak boleh menyimpang dari tujuan nasional, tujuan institusional (standar kompetensi lulusan), maupun tujuan kurikuler (standar kompetensi dalam tiap-tiap mata pelajaran), dan pengajaran/instruksional baik yang bersifat umum maupun khusus (kompetensi dasar dan indikator).
Lunenberg dan Ornstein (2000: 433) mengemukakan bahwa kurikulum dapat didefinisikan dalam berbagai pengertian: sebagai rencana, dalam kaitan dengan pengalaman, sebagai suatu bidang studi, dan dalam kaitan dengan mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan pengertian kurikulum yaitu “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
B. Pengertian Manajemen Kurikulum
Lunenberg & Orstein (2000) mengatakan manajemen kurikulum yaitu proses perencanaan kurikulum
(planning the curriculum), pelaksanaan kurikulum (implementation the curriculum), dan penilaian terhadap
pelaksanaan kurikulum (evaluating the curriculum).
C. Komponen Kurikulum
1. Tujuan
2. Isi/materi
3. Proses media
4. Evaluasi
D. Jenis-Jenis Pengorganisasian Kurikulum
1.Kurikulum terpisah-pisah (separated subject curriculum)
2. Kurikulum berhubungan (correlated subject curriculum)
3. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
E. Tahap Pelaksanaan Manajemen Kurikulum
1. Perencanaan kurikulum
Perencanaan kurikulum harus memperhatikan karakteristik kurikulum yang baik, baik dari segi isi, pengorganisasian maupun peluang-peluang untuk menciptakan pembelajaran yang baik akan mudah diwujudkan oleh pelaksana kurikulum. Meliputi:
a. Perumusan tujuan
b. Perumusan materi
c.Perumusan metode dan strategi
d. Penentuan alat evaluasi
e. Penyajian kurikulum
2.Pelaksanaan kurikulum


Merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran

3.Penilaian kurikulum (Evaluasi)
Dimaksudkan untuk melihat atau menaksir keefektifitasan kurikulum yang digunakan oleh guru yang
mengaplikasikan kurikulum tersebut

4. Pengembangan kurikulum
Pada umumnya perubahan kurikulum terjadi selama sepuluh tahun sekali, dan sifatnya tidak drastis. Hal ini dilakukan guna menyesuaikan dengan tuntutan pembangunan daerah dan nasional, dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, dan lain sebagainya.
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai pengembangan kurikulum dengan lebih detail. Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga
implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan
operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
a. Beberapa Istilah Dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum dikenal ada lima istilah, yaitu pengembangan kurikulum
(Curriculum development), perbaikan kurikulum (Curriculum improvement), perencanaan
kurikulum (Curriculum planning), penerapan kurikulum (curriculum implementation), dan
evaluasi kurikulum (curriculum evaluation).
b.Mengapa Pengembangan Kurikulum Dibutuhkan?
Latar belakang pengembangan kurikulum didasarkan pada sepuluh alasan yang sudah diyakini kebenarannya dan menjadi argumentasi dan kesimpulan. Alasan-alasan tersebut adalah
1) Perubahan itu tak terelakkan dan penting karena melalui perubahan bentuk kehidupan
tumbuh dan berkembang.
2)Kurikulum itu sebagai produk dari masyarakat.
3) Perubahan yang terjadi secara bersamaan dan ada perubahan setelah ada kurikulum
baru.
4)Perubahan kurikulum terjadi karena ada perubahan dalam masyaakat.
5) Perubahan kurikulum merupakan kerja sama semua kelompok.
6) Perubahan kurikulum merupakan proses pengambilan keputusan.
7) Perubahan kurikulum bersifat berkelanjutan dan tiada akhir.

8) Perubahan kurikulum merupakan proses yang komperehensif
9) Pengembangan kurikulum dilaksanakan secara sistematis.
10) Pengembangan kurikulum beranjak dari kurikulum yang sudah ada/kurikulum yang
sudah ada.

c. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Ada dua pendekatan dalam pengembangan kurikulum yaitu berbasis pada
kabupaten/kota dan berbasis pada sekolah. Pada masing-masing pedekatan mempunyai
beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan-kelebihan pada pendekatan yang berbasis pada kabupaten/kota adalah kesamaan antar sekolah dimungkinkan sehingga memudahkan koordinasi, memudahkan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas selaku pembina sekolah. Sedangkan kelemahan-kelamahan pada pendekatan pengembangan kurikulum berbasis kabupaten/kota adalah tidak menutup kemungkinan belum secara tepat menyentuh perbedaan karakteristik antar sekolah, juga sangat dimungkinkan tidak memuaskan pelanggan. Pendekatan berbasis pada sekolah dalam pengembangan kurikulum memiliki kelebihan-kelebihan di antaranya kurikulum disusun sesuai karakteristik sekolah, dan lebih banyak memberdayakan di level sekolah. Sedangkan kelemahan-kelemahan pada pendekatan tersebut adalah mempersulit pengawasan dan pembinaan oleh pengawas karena keragamannya, mempersulit mutasi siswa karena perbedaan kurikulum antar sekolah.
d. Landasan Pengembangan Kurikulum
Terdapat tiga landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofi, landasan psikologi, dan landasan sosiologi. Masing-masing landasan sangat berperan dalam langkah pengembangan kurikulum.
1) Landasan Filosofi
Terdapat lima aliran filsafat pendidikan, yaitu filsafat perenialisme,
essensialisme, eksistensialisme, progresivisme, dan konstruktivime. Aliran
filsafat perenialisme, essensialisme, eksistensialisme merupakan aliran filsafat
yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis.
Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model
Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak
diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
2) Landasan Psikologi
Terdapat dua landasan psikologi yang digunakan dalam pengembangan
kurikulum, yaitu psikologi belajar (psychology of learning) dan psikologi
perkembangan. Psikologi belajar digunakan sebagai landasan dalam men-screen
tujuan pembelajaran umum/standar kompetensi/SK (tentative general objective) yang sudah dirumuskan untuk merumuskan precise education (kompetensi dasar/KD), dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar yang akan dirumuskan dalam kurikulum.
Sedangkan psikologi perkembangan lebih berperan dalam pengorganisasian
pengalaman-pengalaman belajar, yaitu pada tingkat pendidikan mana atau pada kelas berapa suatu pengalaman belajar tertentu harus diberikan karena harus sesuai dengan perkembangan jiwa anak.
3) Landasan Sosiologi
Sosiolologi mempunyai empat peranan yang sangat penting dalam
pengembangan kurikulum. Empat peranan sosiologi tersebut adalah berperan dalam
proses penyesuaian nilai-nilai dalam masyarakat, berperan dalam penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat, berperan dalam penyediaan proses sosial, dan berperan dalam memahami keunikan individu, masyarakat dan daerah.
Dalam merumuskan tujuan kurikulum harus memahami tiga sumber kurikulum
yaitu siswa (student), masyarakat (society), dan konten (content). Sumber siswa
lebih menekankan pada kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa pada tingkat
pendidikan tertentu yang sesuai dengan perkembangan jiwa atau usianya. Sumber
masyarakat lebih melihat kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat, sedangkan sumber konten adalah berhubungan dengan
konten kurikulum yang akan dikembangkan pada tingkat pendidikan yang sesuai.
Dengan kata lain landasan sosiologi digunakan dalam pengembangan kurikulum dalam
merumuskan tujuan pembelajaran dengan memperhatikan sumber masyarakat (society source) agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
e. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada
dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok:
1)Prinsip-prinsip umum: relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas
2)Prinsip-prinsip khusus:
a. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
b. Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
c. Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
d. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran
e. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam
pengembangan kurikulum, yaitu:
1) Prinsip relevansi
2) Prinsip fleksibilitas
3) Prinsip kontinuitas
4) Prinsip efisiensi
5) Prinsip efektivitas
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat
sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu:

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya.
2) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama,
suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5) Menyeluruh dan berkesinambungan.
6) Belajar sepanjang hayat.
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Ayuning Mustika Ati ll 0840 2241 036 ll P. AdP Reg
f. Model Pengembangan Kurikulum
1)The Administrative Model
Gagasan pengembangan kurikulum datang dari para administrator pendidikan
dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya,
membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Anggotanya, terdiri dari pejabat di bawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim ini adalah merumuskan
konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam
pengembangan kurikulum. Selanjutnya administrator membentuk tim kerja terdiri dari
para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, dan guru-
guru senior, yang bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih
operasional menjabarkan konsep-konsep dan kebijakan dasar yang telah digariskan
oleh tim pengarah, seperti merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional, memilih
sekuens materi, memilih strategi pembelajaran dan evaluasi, serta menyusun
pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru-guru. Setelah tim kerja selesai
melaksanakan tugasnya, hasilnya dikaji ulang oleh tim pngarah serta para ahli lain yang berwenang atau pejabat yang kompeten. Setelah mendapatkan beberapa penyempurnaan dan dinilai telah cukup baik, administrator pemberi tugas menetapkan berlakunya kurikulum tersebut.
2)The Grass Root Model

Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru
atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam sistem
pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass
roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam
model pengembangan yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga
penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.
g. Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum

1) Merumuskan Tujuan Pembelajaran (Instructional Objective)
Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap yang
pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah memahami tiga
sumber, yaitu siswa (source of student), masyarakat (source of society), dan konten (source of content). Tahap kedua adalah merumuskan tentative general objective atau standar kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi (sociology), kemudian di-screen melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan filsofi pendidikan (philosophy of learning) dan psikologi belajar (psychology of learning), dan tahap terakhir adalah merumuskan precise education atau kompetensi dasar (KD).
2)Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman Belajar (Selection Of Learning
Experiences)

Ada lima prinsip umum dalam pemilihan pengalaman belajar. Kelima prinsip
tersebut adalah pertama, pengalaman belajar yang diberikan ditentukan oleh tujuan
yang akan dicapai, kedua, pengalaman belajar harus cukup sehingga siswa memperoleh kepuasan dari pengadaan berbagai macam perilaku yang diimplakasikan oleh sasaran hasil, ketiga, reaksi yang diinginkan dalam pengalaman belajar memungkinkan bagi siswa untuk mengalaminya (terlibat), keempat, pengalaman belajar yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama, dan kelima, pengalaman belajar yang sama akan memberikan berbagai macam keluaran (outcomes).
3) Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (Organization Of Learning
Experiences)
Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan anak didik untuk belajar. Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting yang mendukung, yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik, dan kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian kurikulum bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu kurikulum menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk mempelajari, keseimbangan bahan pelajaran, dan keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan yang akan disampaikan.
4)Mengevaluasi Kurikulum (Evaluating)
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan
dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah
sangat esensial dalam pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu
proses membuat keputusan, sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data
sebagai dasar pengambilan keputusan.
Terdapat dua model evaluasi kurikulum yaitu model Saylor, Alexander, dan Lewis, dan model CIPP yang didisain oleh Phi Delta Kappa National Study Committee on Evaluation yang diketuai Daniel L. Stufflebeam.
Menurut model Saylor, Alexander, dan Lewis terdapat lima komponen kurikulum yang dievaluasi, yaitu tujuan (goals, subgoals, dan objectives), program pendidikan secara keseluruhan (the program of education as a totality), segmen khusus dari program pendidikan ( the specific segments of the education program, pembelajaran (instructional), dan program evaluasi (evaluation program). Komponen pertama, ketiga, dan keempat mempunyai konttribusi pada komponen kedua (program pendidikan secara keseluruhan). Pada komponen kelima, program evaluasi, disarankan sangat perlu untuk mengevaluasi evaluasi program itu sendiri, sebab hal ini suatu operasi idependen yang mempunyai implikasi pada proses evaluasi.
Pada model CIPP mengkombinasikan tiga langkah utama dalam proses evaluasi, yaitu penggambaran (delineating), perolehan (obtainin), dan penyediaan (providing); tiga kelas seting perubahan yaitu homeostastis, incrementalisme, dan neomobilisme); dan empat tipe evaluasi (konteks, input, proses, dan produk); serta empat tipe keputusan ( planning, structuring, implementing, dan recycling).
Evaluasi kurikulum merupakan titik kulminasi perbaikan dan pengembangan kurikulum. Evaluasi ditempatkan pada langkah terakhir, evaluasi mengkonotasikan akhir suatu siklus dan awal dari siklus berikutnya. Perbaikan pada siklus berikutnya dibuat berdasarkan hasil evaluasi siklus sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar