Selasa, 01 Februari 2011

Pendidikan Wirausaha Dikenalkan sejak Dini

Ekonomi Lampost : Senin, 31 Januari 2011


BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pendidikan entrepreneurship (jiwa kewirausahaan) harus dikenalkan sejak dini kepada siswa. Pendidikan ini dikembangkan tidak semata-mata melatih siswa menjadi pengusaha atau pedagang, tetapi melatih siswa untuk memiliki kebiasaan menciptakan dan berinovasi serta melihat peluang untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai.

Demikian disampaikan Ketua Yayasan Sang Timur Sr. Marie Luise, P.I.J. dalam seminar bertajuk Menumbuhkan jiwa entrepreneurship melalui dunia pendidikan, dalam rangka Jubileum Fransita TK, SD, SMP Fransiskus Tanjungkarang di SMA Fransiskus, Sabtu (29-1).

Seminar yang dibuka Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung Sukarma Wijaya dan dihadiri Ketua Yayasan Dwi Bakti Bandar Lampung Sr. M. Lusie, F.S.G.M., Unit Pelayanan Teknis Tanjungkarang Pusat Hj. Sumarni, Kepala SMA Fransiskus Bandar Lampung Sr. M. Pauli, F.S.G.M. ini diikuti 200 peserta para guru di lingkungan sekolah Fransiskus di Bandar Lampung dan sekolah-sekolah negeri dan swasta lainnya.

Selanjutnya ia menjelaskan landasan pendidikan berbasis kewirausahaan, entrepreneurship-based education, adalah pembentukan sikap belajar yang berdasarkan creating and innovating habit (kebiasaan mencipta dan berinovasi).

Ia menjelaskan suatu negara mampu mencapai kemakmuran jika minimal 2% dari jumlah penduduknya memiliki jiwa entrepreneur. Dengan demikian, untuk jiwa mencapai kemakmuran Indonesia dengan jumlah penduduk 238 juta paling tidak harus memiliki lebih 4,4 juta entrepreneur.

Sementara berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, Indonesia baru memiliki SDM berjiwa entrepreneurship sekitar 400 ribu atau 0,18%. Jumlah yang masih sangat jauh dari standar minimal. "Untuk itu perlu terobosan untuk memasukkan pendidikan entrepreneurship pada jenjang kelas tertentu," ujarnya.

Sementara itu, Kepala SMA Fransiskus Bandar Lampung Sr. M. Pauli menambahkan seperti yang disampaikan pengusaha properti sukses Ir. Ciputra bahwa entrepreneur adalah seseorang yang mampu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Ia memaparkan setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa entrepreneurship sangat penting diajarkan di bangku sekolah.

Pertama, kebanyakan generasi muda tidak dibesarkan dalam budaya wirausaha. Inspirasi dan latihan usaha tidak banyak diajarkan di bangku sekolah. Kedua, tingginya pengangguran di Indonesia. Ketiga, lapangan kerja sangat terbatas, tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja. Keempat, pertumbuhan entrepreneur selain dapat menampung tenaga kerja, juga dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat secara luas.

Kelima, Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam, akan tetapi sumber daya alam tersebut tidak bisa dikelola dengan baik karena Indonesia kekurangan SDM entrepreneur yang mampu mengubah "kotoran dan rongsokan menjadi emas".

Ketua Panitia Ign. Budi Ruswanto menjelaskan seminar ini digelar atas keprihatinan makin rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) dan banyaknya pengangguran di Tanah Air. Untuk itu, Yayasan Dwi Bakti Bandar Lampung terpanggil guna memajukan dunia pendidikan dengan menciptakan seorang entrepreneur melalui kurikulum sekolah.

Dengan menggunakan metode pembalajaran yang kreatif, inovatif, sehingga siswa sebagai agen perubahan memiliki pemikiran yang terbuka. Siswa tidak hanya bergantung pada usaha mencari lapangan kerja, tapi justru sebagai pelaku usaha atau menciptakan lapangan kerja. (AST/E-1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar