Jumat, 25 Februari 2011

LINTAS: 1.250 Pelajar Indonesia Studi di Belanda

Pendidikan Lampost : Jum'at, 25 Februari 2011


JAKARTA—Indonesia merupakan negara dengan posisi yang sangat penting bagi perguruan-perguruan tinggi di Belanda. Berdasar data Nuffic Neso Indonesia untuk tahun akademik 2009—2010, menunjukkan jumlah mahasiswa Indonesia di Belanda berada pada posisi ke-11.

Di tingkat Asia, jumlah pelajar Indonesia menduduki posisi kedua terbanyak setelah China dengan 1.250 orang. Jumlah pelajar yang menempuh program master (S-2) mendominasi tingkat pendidikan mahasiswa Indonesia di Belanda dengan jumlah mencapai 70%, diikuti program bachelor (S-1) 21%, short course 7%, serta doktoral (Ph.D.).

Team Coordinator Promotion Nuffic Neso Indonesia Ariono Hadipuro mengatakan saat ini Pemerintah Belanda masih terus berupaya membuat pendidikan tinggi Belanda mudah diakses oleh institusi pendidikan tinggi dan mahasiswa internasional dari luar Belanda, termasuk Indonesia.

Berdasar catatan Nuffic Neso, The Times Higher Education Supplement (THES) menempatkan 85% universitas riset di Belanda masuk dalam 200 universitas terbaik di dunia.

"Program studi yang ditawarkan seluruhnya dalam bahasa Inggris," kata Ariono seperti dikutip dari Kompas.com. (S-2)

IPB Diberi 6 Bulan Teliti Ulang Bakteri

JAKARTA—Institut Pertanian Bogor (IPB) diberi waktu 6 bulan untuk meneliti ulang susu berbakteri Enterobacter sakazakii yang saat ini tengah meresahkan masyarakat. Untuk penelitian ulang tersebut, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menyatakan siap mendanai IPB.

Hal itu disampaikan Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh pada konferensi pers di Gedung A, Kemendiknas, Jakarta, Rabu (23-2) malam. Mendiknas meminta agar penelitian itu dilakukan secepatnya ke seluruh merek susu yang beredar di pasaran dengan mendesain ulang metode penelitian.

Mendiknas mengatakan persoalan kandungan bakteri pada susu formula ini semakin meresahkan masyarakat. "Dari segi pendanaan, kami (Kemendiknas) siap hari ini. Penelitian dimulai dari 24 Februari. IPB sudah mulai membuat desain penelitian dan dilanjutkan proses penelitiannya hingga enam bulan ke depan," ujarnya.

Sementara itu, Rektor IPB Herry Suhardiyanto bersedia menyanggupi permintaan Mendiknas tersebut. Namun, ia menegaskan yang berhak mengumumkan hasil dan merek adalah BPOM. "Usulan seperti itu tadi sempat disampaikan saat kami rapat dengan DPR, maka dari itu untuk jalan keluarnya kami akan melakukan penelitian tetapi hasilnya disampaikan oleh badan pengawas makanan BPOM," kara Rektor seperti dikutip dari Kompas.com. (S-2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar