Jumat, 11 Februari 2011

Mendayakan Fungsi Otak kiri dan kanan dalam Proses pembelajaran

Oleh : Tgk. Jufri, S.
Dosen Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
STAI Al-Aziziyah Samalanga Bireuen dan Mahasiswa Master Program Psikologi UGM Jokjakarta.

Latar Belakang
Masyarakat umumnya lebih mementingkan analisis, logika, matematika dan jarang sekali memperhatikan atau kurang mengoptimalkan fungsi belahan otak kanan dalam pembelajaran (Khoo, Adam 1999). Pada kenyataannya memang sejak awal pendidikan mata pelajaran yang memakai fungsi belahan otak kanan hanya sedikit, seperti kesenian dan musik. Sehingga upaya untuk mendayagunakan belahan otak kanan atau memaksimalkan fungsi belahan otak kanan untuk pembelajaran.

Sementara itu para pendidik yang umumnya adalah populasi dengan pola otak kiri, seperti juga pada dominasi otak kiri lainnya, mempunyai kelemahan berupa kesulitan untuk dapat memahami bahwa orang lain mempunyai cara pandang yang berbeda dalam memproses keadaan. (Freed 1997) Sebenarnya kedua belahan otak kiri dan kanan sama penting dan kuatnya. Mereka saling melengkapi satu dengan yang lain.

Pelajar sudah memiliki pengalaman belajar beberapa tahun. Sayangnya pengalaman belajar mereka tidak selalu menyenangkan dan menarik (Malouf Doug, 2000). Banyakyang mengeluh materinya membosankan, kering, dan pembelajaran hanya di belakang meja, sangat formal. Bagaimana merancang materi pengajaran yang menarik? Ini berkaitan dengan pendekatan atau strategi pembelajaran.Kalau sampai saat ini pembelajar lebih banyak menggunakan belahan otak kiri, apa yang terjadi kalau sekarang mereka memakai kedua belahan itu sekaligus ? Tentunya secara teoritis pembelajar akan memiliki kekuatan otak yang ganda, karena memakai semua kapasitas otak yang dimilikinya. Bahan ajar yang diciptakan ini memakai strategi mengoptimalkan seluruh kapasitas otak pembelajar

Dalam makalah ini saya akan menguraikan mengenai proses belajar pada umumnya, perbedaan individu dengan otak kiri, otak kanan dan keduanya, proses belajar pada otak kiri dan otak kanan dan bagaimana menyusun kegiatan pembelajaran kreatif dan bervariasi yang membuat otak keduanya bekerja

I. Otak Manusia

Tahukah Anda bahwa otak manusia adalah aset yang paling berharga yang dimiliki manusia, terkadang kita lupa bahwa semua gerakan manusia, semua pemikiran manusia bahkan perasaan manusia dikendalikan di otak bukan di hati ?. Manusia hanya menggunakan keseluruhan fungsi otak hanya 4-5% saja, bayangkan dengan orang jenius yang menggunakan fungsi otak sebesar 6-7%. Lalu kemana fungsi otak manusia 96-95% ?. Otak manusia adalah salah satu penyusun saraf dan pusat kecerdasan berpikir. Otak manusia menurut daya kerjanya dibagi 2 bagian, otak kanan dan otak kiri.

Otak manusia adalah protoplasma yang paging komplek yang pernah dikenal di alam semesta ini. Inilah satu-satunya organ yang berkembang, sehingga ia dapat mempelajari dirinya sendiri.Selain itu di dalam tubuh manusia otak merupakan organ yang vital, karena otaklah yang mengatur seluruh sistem yang ada dalam tubuh manusia, sehingga tetap berjalan serasi dan seimbang. Untuk itu tugas kita sekarang adalah mempelajari perkembangan otak, agar dapat teroptimalkan dengan baik.

Pada tahun 1950, guru besar psikologi di institut Teknologi California, Roger Sperry menemukan bahwa otak terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri.Setiap belahan otak memiliki spesialisasi dalam kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa Persilangan dan interaksi antar kedua belahan.Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional. Sisi ini sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.

Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif an holistik. Cara bepikirnya sesuai dengan cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan ( merasakan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.

Kedua belahan otak tersebut penting untuk dioptimalkan, sehingga adanya keseimbangan tugas diantara belahan otak kanan dan belahan otak lain.Karena rumitnya susunan saraf dan sel-sel otak, maka otak seringkali dibandingkan dengan sistem mesin dan perangkat listrik, dan bahkan lebih jauh dari itu. Sebagai perbandingan kemampuan seluruh jaringan telepon di seluruh dunia, bila disatukan, ekuivalen dengan kemampuan yang dimiliki otak seukuran hanya satu butir kacang tanah.

Otak manusia apabila dioptimalkan dengan baik, maka jumlah neuronnya dapat mencapai 100 milyar. Namun apabila tidak ada pengulangan atau tanpa adanya proses belajar dan peningkatan pengetahuan yang berkala dan berkesinambungan, maka myelin akan hilang dan informasi yang ada dalam otak pun akan hilang, atau meminjam istilah dari buku Quantum Learning "otak membersihkan rumahnya" dan set-sel otak pun akan berkurang terus-menerus. Untuk itu otak harus tetap dijaga terus menerus untuk menambahkan dan mengaktifkan dendrit-dendritya.

Satu lagi yang perlu kita ketahui, bahwa berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Profesor Mark Rozenweig mengenai kemampuan otak manusia, menyatakan bahwa jika otak senantiasa dirangsang berapapun usianya, maka otak tersebut akan membentuk lebih banyak akson-akson pada setiap dendrit yang akan meningkatkan jumlah total hubungan-hubungan yang terdapat di dalam otak manusia. Hal ini menggugurkan anggapan bahwa semakin bertambah usia maka akan semakin berkurang kemampuan otak untuk dikembangkan. Dan kunci penghubung antara dendrit itu adalah myelin, yang merupakan protein lemak yang dikeluarkan otak untuk melapisi, meminyaki hubungan antar dendrit. Ketika kita mempelajari suatu informasi baru, maka terjadilah hubungan antar dendrit dan setiap kita mendapatkan informasi baru atau adanya pengulangan maka terjadilah hubungan dan apabila ada rangsangan cukup dari lingkungan, maka akan mengaktifkan kembali hubungan dendrit itu. Dan melalui pengulangan sel-sel tersebut menjadi terhubung dan termyelenisasi, sehingga memudahkan dalam mengingat informasi.
Kita baru mulai sadar bahwa otak manusia merupakan superkomputer biologis (komputer canggih ciptaan Allah), dan kita baru mendekati ambang penemuan kemampuannya yang masih luar biasa. Dari hash penelitian telah memperlihatkan bahwa kapasitas otak yang kita manfaatkan selama ini berapakali tidak sampai 1% dari kapasitas total otak kita. Berarti masih besar potensi otak yang belum termanfaatkan.

II. PERBEDAAN PADA INDIVIDU DENGAN OTAK KIRI, OTAK KANAN DAN KEDUA OTAK. (Freed 1997)

A. INDIVIDU DENGAN OTAK KIRI

Informasi diproses secara dengar (auditory); Orang ini senang berbicara dan menuliskan sesuatu. Informasi yang didapat sedikit-sedikit, untuk mengetahui sesuatu secara gambaran utuh. Mudah menangkap peraturan peraturan pada mengeja, tata bahasa, pemisahan kata dan mudah memahami bahasa asing. Pola berpikirnya runtut ( sequensial), sangat logis dan analitik, senang membuat daftar. Senang membuat aturan dan menaati aturan. Belajar lebih berhasil dengan mengetahui langkah demi langkah yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dibanding bila didemonstrasikan. Ingatan disimpan dalam bentuk nama dan kata kata dibandingkan dengan diimajinasikan.

Biasanya sangat reliable, prestasi disekolah baik. Menyukai sesuatu yang dikenalnya dan yang dapat diperkirakannya. Tidak menyenangi tantangan, ide baru dan perubahan pada rutinitas. Mempunyai kecenderungan untuk menerima dan menghargai apa yang didengar dan dibaca daripada bertanya dan berpikir secara mandiri. Mengerjakan sesuatu lebih memilih dalam kelompok dibanding bekerja sendiri. Akan berhasil dalam pekerjaan rutinitas, tapi tidak berhasil bila memerlukan kreatifitas untuk penyelesaian masalah.

B. INDIVIDU DENGAN OTAK KANAN
Tipe pembelajaran visual (melalui rangsang mata). Dia akan belajar dengan gambar lalu membuat dengan caranya sendiri Intuitif dan prosesnya acak (tidak berurutan) Informasi terutama disimpan dalam bentuk gambar. Ingatan visualnya kuat, ingatan dengarnya lemah. Ingatan dalam imajinasi dapat bertahan dalam waktu yang lama Terdapat keterlambatan dalam memproses sesuatu yang didengar, karena kata yang didengar harus diubah menjadi gambar mental (mental picture).

Bila mengingat seseorang atau kejadian, akan ingat imajinasi orang tersebut dan dapat mengingat detail kejadian Kurang mampu untuk menampilkan sesuatu secara logis, atau pekerjaan yang berhubungan dengan bahasa.Lebih memilih menggambar dan berkreasi dibanding menulis dan bicara. Senang mengerjakan beberapa pekerjaan pada saat yang bersamaan. Menyukai pekerjaan dimana mereka dapat bergerak bebas dan tidak perlu duduk diam. Tidak menyukai aturan, impulsif dan sering bertanya.

Menyenangi tantangan baru, penuh ide, sangat kompetitif dan perfeksionis. Seorang genius yang kreatif, menyenangi seni dan musik Cara berpikirnya menyeluruh (holistik), proses belajar secara menyeluruh untuk mengetahui bagian bagian kecil (whole to part learners) Berpikirnya spasial (ruang) dan 3 dimensi Keterampilan didapat dari demonstrasi, tidak dari penjelasan tahapan tahapan yang harus dilalui.

C. INDIVIDU DENGAN OTAK KIRI-KANAN
Mempunyai kemampuan untuk memindahkan pekerjaan sesuai dengan otak yang dibutuhkan. Bila melibatkan proses membaca dan melakukan pekerjaan yang logis, dapat berlaku secara efisien dan secara berurutan. Mempunyai kemampuan kreatif misalnya menggambar, memainkan musik Mempunyai kemampuan (menyeluruh) holistic untuk menyelesaikan masalah yang besar dan perhatian detail. Mempunyai kemampuan untuk mengorganisir dari otak kiri dan kemampuan kreatif dan brilliant dari otak kanan.

III. PROSES BELAJAR PADA OTAK KIRI DAN OTAK KANAN

1. BACA-TULIS- EJA PADA OTAK KIRI .(Njiokiktjien 1997, NJiokiktjien 2003)

a. Pemahaman dan pengenalan apa yang dilihat. Mula mula anak belajar membaca melalui proses penglihatan, dimana bentuk huruf dan kata harus dicamkan dan diingat; kemudian bentuk tersebut diidentifikasi, diingat dan dihubungkan dengan bunyi huruf/kata.

b. Hubungan antara deret huruf dan deret bunyi Setelah ada proses pemahaman tentang apa yang dilihat, didalam otak deretan huruf akan dirubah menjadi deretan bunyi, sehingga terjadi perekaman kata. Deretan huruf ini akan masuk dalam proses didaerah pendengaran sehingga terjadi pemanggilan bunyi

c. Menganalisa apa yang didengar. Perbendaharaan kata pada permulaan bahasa bicara diwujudkan sebagai kesatuan bunyi,kemudian anak tahu bahwa satu kata terdiri dari beberapa bunyi tersendiri. Anak harus belajar untuk menganalisa apa yang didengar. d. Pemahaman apa yang dibaca. Bila sudah terdapat kemajuan dalam proses membaca, bacaan tersebut harus dapat dimengerti sehingga dapat membuat ringkasan atau jalan pikiran dari apa yang telah dilihat. Untuk tahapan ini anak tidak boleh ada kesulitan dalam menemukan kata, dapat bicara dengan lancar, mempunyai tata bahasa yang digunakan.

BACA-TULIS- EJA PADA OTAK KANAN (Freed, 1997)

a. Mengeja (Visual Spelling) Proses berpikir pada individu dengan otak kanan adalah secara visual dan spasial(penglihatan dalam ruang). Anak dapat membedakan konsonan tapi sulit untuk membedakan vocal tertentu. Karena proses berpikirnya dalam ruang, mudah terjadi inverse huruf, dan terlihat seperti cermin. Karena penglihatannya 3 dimensi, maka kata yang dilihat dapat terimajinasi berotasi (dari arah atas, bawah, seperti cermin). Bentuk kata yang dilihat , diimajinasikan, lalu diingat. Setelah itu baru dapat dieja kedepan atau dieja mundur. Agar lebih mudah terperhatikan kata tersebut harus ditulis berwarna dengan masing suku kata diberi warna yang berbeda. Perlihatkan keanak selama 20 detik agar dapat terekam dipikirannya. Anak akan sulit untuk menuliskan apa yang dilihat karena harus melihat kebawah, yang mempengaruhi proses pemanggilan kembali imajinasi visualnya. Setelah menguasai dengan satu kata, ditingkatkan dengan gabungan beberapa kata atau satu kalimat.

b. Membaca Proses membaca dimulai dengan melihat kata, diubah menjadi gambar didalam pikirannya, lalu diucapkan dengan kata. Hal ini akan sulit dikerjakan karena konsentrasi anak lebih mudah beralih, informasi diproses dengan acak dan pandangan dapat melompat atau mundur dari kata yang harus dibaca. Jadi proses membaca menjadi tidak lancar; akan ada kata yang terlewati dan baris yang terlompati. Bila anak ini mengerti konsep untuk mengubah kata menjadi gambar didalam pikirannya (mental picture), anak akan dapat membaca dalam hati. Pola belajar yang whole to part, mengakibatkan ketidak mampuan dalam belajar huruf bunyi (fonem). Anak biasanya baru dapat membaca dikelas 3, setelah perbendaharaan kata yang dilihatnya banyak. Metode phonic yang memecah kata menjadi huruf bunyi seperti yang diajarkan secara konfensional dan memerlukan proses pendengaran dan berurutan, hanya dapat dipakai untuk pola belajar otak kiri atau ke 2 otak (part to whole). Pada otak kanan dipakai metode bahasa yang menyeluruh (whole language), dimana ini akan merangsang anak untuk senang membaca dan mengerti (komprehensif), baru kemudian memperbaiki detail (ejaan dan tata bahasa). Anak diperlihatkan kata utuh dan dibacakan utuh untuk kemudian direkam dalam pikirannya (jangan dibiarkan anak untuk menebak).

c. Membaca dalam hati Individu dengan pola belajar dengan otak kanan adalah seorang pembaca dalam hati yang ulung, dan dapat membaca dengan cepat, karena membaca adalah komprehensif (pemahaman) dan komprehensif adalah visual (sesuatu yang dapat dilihat). Pada individu dengan pola belajar memakai otak kiri walau dapat membaca cepat, belum tentu pemahamannya baik. Untuk memahami apa yang dibaca , harus dengan membaca perlahan (silent) dan pelan pelan (slowly), sehingga kata kata tersebut akan masuk kedalam pikirannya. Biasanya menggunakan catatan , sehingga penyimpanan informasinya sistimatik. Individu dengan otak kanan akan membaca dengan cepat, melakukan scanning terhadap kata kata yang ada, sehingga mendapatkan gambaran detailnya. Mula mula dibacakan, lalu disuruh untuk merubah kata kata tersebut menjadi gambar mental.
d. Menulis. Merupakan hal yang paling sulit untuk dikerjakan karena koordinasi motorikhalus umumnya juga terganggu. Orientasi visualnya yang multidimensi membuat kecenderungan untuk melakukan kesalahan dalam menyalin huruf dan angka. Terdapat kesulitan dalam mengalihkan dari gambar yang ada dipikirannya kedalam kertas dalam bentuk kata, membentuk huruf, ejaan, pemisahan kata, karena terjadi distorsi dari mental picturenya. Pada otak kiri, berpikirnya secara symbol dan dalam bentuk kata, sehingga mudah untuk menerjemahkan pikirannya ke kertas. Pada otak kanan, sejak awal anak cenderung perfeksionis. Jadi bila terdapat kesalahan menulis yang harus diperbaiki membuatnya tidak mau menulis. Anak disuruh berbicara lambat, lalu kita menuliskan kata tersebut, beri tanda baca dan pemisahan kata; dengan demikian dia mengerti bagaimana cara menulis. Kemudian kita berbicara dengan lambat, anak disuruh menuliskan. Bila terdapat kesalahan perbaikilah kata tersebut secara kata yang utuh.

2. BERHITUNG PADA OTAK KIRI (Njiokiktjien 1997, Njiokiktjien 2003).

a. Dapat menghitung dan mempunyai pengertian bilangan. Sebelum anak mampu berhitung, harus ada pengertian tentang jumlah dan pengertian tentang perbedaan diantara jumlah tersebut. Saat balita anak belajar berhitung dalam situasi fisik dan konkrit, menghubungkan jumlah tersebut dengan bahasa yang diucapkan yaitu bilangan2 kemudian disusul dengan angka angka. Pengertian bilangan ( pengertian jumlah tanpa ada benda fisik /konkrit yang dapat dihitung) harus sudah dimiliki pada usia 5 tahun.

b. Bahasa pada proses berhitung Membagi atau merubah suatu jumlah, pengertian ditambah dan dikurangi, lebih besar dan lebih kecil perlu diajarkan selama perkembangan bicara dalam bentuk gerakan dan penglihatan. Salah satu syarat untuk dapat berhitung adalah tidak mengalami gangguan perkembangan berbahasa.

c. Mengerjakan simbol simbol hitungan. Syarat lain untuk berhitung adalah mengenal bentuk lambang hitungan, sehingga proses berhitung dapat berlangsung. d. Proses berhitung sentral Operasi matematika (tambah, kurang, kali dan bagi) akan dipelajari pada ahir periode manipulasi secara konkrit. Operasi matematika tidak tergantung dari simbul tertulis.

e. Faktor lain pada berhitung. Perhatian, pencaman dan daya ingat jangka pendek yang baik perlu untuk mencongak. Juga perlu daya ingat yang baik tentang apa yang didengar verbal. Pada mencongak juga diperlukan imajinasi penglihatan (visual) selama hitungan hitungan belum mampu dilakukan secara otomatis. Pada operasi yang lebih besar diperlukan keberuntunan, yang satu dulu, baru yang lain dan diperlukan urutan yang tepat serta perencanaan.

PADA OTAK KANAN (Freed, 1997)

Proses pembelajaran secara berlatih (drill), pengulangan dan ujian dengan waktu yang terbatas, hanya sesuai untuk individu dengan otak kiri. Karena pola belajar pada otak kanan adalah visual, maka ilustrasikan konsep matematika secara visual misalmya menghitung uang, menggunakan sempoa. Kekuatan individu ini terdapat pada intuisi matematika, sedangkan perhitungan arithmatika yang sederhana merupakan sisi kelemahannya. Proses pembelajaran dengan menarik minat mereka dengan memperkenalkannya pada konsep matematika yang kompleks misalnya bilangan negatif, kuadrat, akar, tenaga (power), sebelum ahirnya diperkenalkan pada konsep dasar yaitu penjumlahan, pembagian sederhana, perkalian. Kegiatan tersebut dapat berupa menghitung volume air yang ada di botol, mengetahui berapa lama kereta api dapat menempuh jarak bandung- jakarta bila kecepatannya tertentu, kegiatan memasak dengan cara menakar menggunakan cangkir dan sendok akan mengajarkankonsep volume, pecahan, perkalian. Setelah dapat memahami proses perhitungan sederhana dan persamaan, dengan mudah akan dapat memahami sesuatu yang lebih abstrak dan konsep yang sulit ( misalnya geometri, kalkulus) Proses berpikirnya visual; hindari anak disuruh menulis, tidak perlu menghitung dengan jari, dalam suasana relax, tidak ada tekanan karena pembatasan waktu, lakukan latihan mental matematika yang melibatkan keberuntunan secara auditori dan konsep matematika. Dengan cara ini akan memotong daerah kelemahan anak (proses dengar) dan merubahnya menjadi kekuatan menggunakan kemampuan visualnya. Latihan mental matematika ini juga memanfaatkan kemampuan visual tanpa gangguan untuk menuliskan atau menunjukan cara (langkah) penyelesaian. Jangan memberi soal yang berlebihan ; cukup 5-10 soal dengan masalah yang berbeda.

III Pemberdayaan Otak Kanan

Teknik memberdayakan otak kanan dalam proses pembelajaran menurut Linda V Wiliam ( 1983) dapat ditempuh melalui teknik berpikir visual, fantasi, bahasa evoratif, pengalaman langsung ( eksperimen laboratorium, perjalanan lapangan, manipulasi bahan obyek riil, simulasi maupun bermain peran ), pembelajaran multisensoris, dan musik. ( Depdiknas, 2004 : 9 )¬

1. Bepikir Visual

Proses pembelajaran akan lebih efektif apabila pendidik menyampaikan berbagai materi pembelajaran menggunakan gambar ( visual ). Peserta didik lebih mudah memahami berbagai gagasan yang ditangkap melalu gambar, peta, diagram, bagan, dan pemodelan. Misalnya dalam materi pembelajaran Sains ( Ilmu Pengetahuan Alam ) menjelaskan materi berbagai jenis binatang, peserta didik jauh lebih mudah memahami jika diungkapkan melalui gambar. Contoh lain dalam materi pembelajaran Matematika mempelajari bangun ruang diungkapkan melalui model balok, kubus, tabung dan seterusnya. Pemikiran yang diungkapkan dengan gambaran fisik membantu peserta didik mengingat suatu kosa kata atau definisi dari pada membaca dan menghafalkan definisi.

Dalam pendekatan pembelajaran Quantum (Quantum Learning) ada tiga macam modalitas siswa, yaitu modalitas visual, auditorial dan kinestetik. Dengan modalitas visual dimaksudkan bahwa kekuatan belajar siswa terletak pada indera ‘mata’ (membaca teks, grafik atau dengan melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial terletak pada indera ‘pendengaran’ (mendengar dan menyimak penjelasan atau cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada ‘perabaan’ (seperti menunjuk, menyentuh atau melakukan). Jadi, dengan memahami kecenderungan potensi modalitas siswa tersebut, maka seorang guru harus mampu merancang media, metode atau materi pembelajaran kontekstual yang relevan dengan kecenderungan potensi atau modalitas belajar siswa.

2. Fantasi

Fantasi merupakan bentuk lain dari pemikiran visual. Fantasi yaitu kemampuan untuk menghasilkan dan memanipulasi gambaran dalam alam pikiran atau mental. teknik pembelajaran ini digunakan untuk menerjemahkan materi pembelajaran yang disajikan secara verbal menjadi gambaran-gambaran mental. Fantasi membantu untuk memahami fenomena yang tidak dapat dialami sendiri oleh peserta didik. Misalnya pada peristiwa fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan. Peserta didik membayangkan dirinya sendiri sebagai sebuah pohon yang sedang mengambil ( menghirup ) udara ( CO2 ) melalui stomata ( Mulut daun )

3. Bahasa Evokatif

Bahasa evokatif adalah bahasa yang mampuy menggugah rasa. Penggunaan bahasa evokatif dapat menimbulkan lebih dari satu pemahaman, tergantung pada pengalamn subyektif pendengar. Bahasa evokatif akan menggugah rasa jika dibaca secara prosais, sehingga berkesan sensual dan memunculkan lebih dari satu makna. Bahasa evokatif bukan menyatakan tetapi menduga. Misalnya pernyataan “Hatinya seputih salju”, akan menimbulkan gambaran yang sedikit berbeda untuk setiap pendengar. Proses pembelajaran dengan menggunakan bahasa evokatif merupakan pendekatan verbal yang dapat memberdayakan otak kanan. Teknik pembelajaran ini seberapa jauh dapat memainkan peran tergantung kemampuan dan profesiaonalitas pendidik.

4. Pengalaman Langsung

Proses pembelajaran pengalaman langdung dapat memberikan gambaran secara menyeluruh kepada peserta didik. Pembelajaran ini untuk memenuhi pilihan otak kanan akan pola-pola gambaran secara menyeluruh. Teknik pembelajaran pengalaman langsung dapat dialakukan melalui eksperimen di laboratorium, perjalanan lapangan, simulasi, maupun berman peran. Teknik ini membutuhkan waktu agak lama tetapi mempunyai peran yang besar terhadap pemberdayaan otak kanan, karene peserta didik dapat memunculkan ide-ide kreatif yang memungkinkan dapat membangun intuisi pada dirinya.

5. Pembelajaran Multisensoris

Pembelajaran milti sensoris maksudnya adalah teknik pembelajaran yang amenggunakan banyak indera. Kita mengenal lima gaya belajar yaitu : visual (penglihatan), auditori (pendengaran), kinestetik (gerakan), olfoktori (penciuman), dan gustatori (pengecapan). Dari kelima gaya belajar ini yang dominan diguanakn adalah visual, auditori, dan kinestetik. Proses pembelajaran lebih cepat dipahami siswa jika lebih banyak panca indera yang terlibat dalam pembelajaran. Berarti pendidik harus bisa mengakomondasikan ketiga gaya yang dominan dalam proses pembelajaran. Di sisni peran alat bantu dan ketepatan pemilihan metoe sangat dibutuhkan.

6. Musik

Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (Iearning is fun) dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara belajar sambil mendengarkan musik akustik ( musik yang diputar dengan lembut ) dapat menimbulkan konsentrasi belajar peserta didik, juga berguan untuk memberdayakan otak kanan. Teknik pembelajaran ini sangat tepat digunakan dalam pembelajaran bahasa asing (listening) meskipun tidak terbatasa pada bidang itu.

Penelitian- penelitian membuktikan bahwa musik memberikan banyak manfaat kepada manusia atau siswa seperti merangsang pikiran, memperbaiki konsenstrasi dan ingatan, meningkatkan aspek kognitif, membangun kecerdasan emosional, dll. Musik juga dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri, yang berarti menyeimbangkan perkembangan aspek intelektual dan emosional. Siswa yang mendapat pendidikan musik jika kelak dewasa akan menjadi manusia yang berpikiran logis, sekaligus cerdas, kreatif, dan mampu mengambil keputusan, serta mempunyai empati. Namun, pendidikan formal di Indonesia tidak menekankan keseimbangan antara aspek intelektual dan emosi. Keadaan ideal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan pembenahan untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia melalui kurikulum pendidikan musik sebagai mata pelajaran wajib di tingkat SD dan SLTP.

Penelitian menunjukkan bahwa musik dapat memberikan rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan secara kognitif dan kecerdasan emosional (EQ). Roger Sperry (1992) dalam Siegel (1999) penemu teori Neuron mengatakan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik sehingga neuron yang terpisah-pisah itu bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak, sehingga terjadi perpautan antara neuron otak kanan dan otak kiri itu.

Idealnya seseorang dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan sosial emosional. Daniel Goleman (1995) melalui bukunya yang terkenal "Emotional Intelligences (EQ)", memberikan gambaran spectrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Sebagaimana dikatakan oleh para ahli, perkembangan kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh rangsangan musik seperti yang dikatakan Gordon Shaw (1996).

Penutup
Optimalisasi kinerja otak kiri dan otak kanan dalam pengajaran menjadi sangat penting. Artinya, tidak hanya menekankan pada kemampuan otak kiri saja, namaun juga mengembangkan kemampuan otak kanan. Tidak hanya otak kiri, memberdayakan otak kanan dalam proses pembelajaran perlu dilakukan dan ditingkatakan intensitasnya. Pemberdayaan otak kanan sangat penting dalam membangun kecerdasan peserta didik. Peserta didik yang cerdas secara intelektual dan emosional mempunyai peluang yang lebih besar dalam memperoleh keberhasilan di sekolah. Otak kanan sangat penting dalam menunjang keberhasilan di sekolah. Oleh karena itu agar proses pendidikan di sekolah dapat berhasil, maka pendidikan harus mengacu pada pembejaran kedua belahan otak secara menyeluruh.

Daftar Pustaka

Anwar Fuady,M.Ed., Drs. 2008. Paradigma Baru DalamP endidikan danPembelajaran Learning Is Fun.
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki, 1999. Quantum Learning. Bandung : Kaifa
Efendi, Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung : Alfabeta
Edy, Ayah, 2007. Anak yang Berpikir dengan Otak Kanannya. http://ayahedy.com/index.php?option=com_content&task=view&id=42&Itemid=27
Freed J . The Left-Right Brain Continum. In: Right Brained Children in a Left Brained
Muliana, Drs. 2005. Perlunya Pemberdayaan Otak Kanan dalam Proses Pembelajaran. Majalah CANDRA, Edisi 6, hlm. 10-11.
http://gurupkn.wordpress.com/2008/04/27/paradigma-baru-dalam-pendidikan-dan-pembelajaran-learning-is-fun/
Njiokiktjien . 1988. Attention and Memory Development. In Pediatric Behavioural Neurology. Suyi Publicaties : Amsterdam.
Sugihartono dkk. 2007. Psikologi Pendidikan . Yogyakarta : UNY Press.
.........2007. Musik Merupakan Stimulasi Terhadap Keseimbangan Aspek Kognitif Dan Kecerdasan Emosi.
http://mesin2001.blogspot.com/2007/04/penelitian-penelitian-membuktikan-bahwa.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar