Pendidikan Lampost : Jum'at, 25 Februari 2011
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Dua pelajar Sekolah Pelita Bangsa memperoleh juara pertama kompetisi lomba bahasa Mandarin se-Lampung. Mereka adalah Auberta Tracy Tjahyadi dan Vero Nobellenskviah.
Auberta Tracy Tjahyadi meraih juara pertama lomba pidato bahasa Mandarin tingkat SD, sementara Vero Nobellenskviah juara I pidato bahasa Mandarin tingkat SMP.
"Pidatoku berjudul Sekolah Bisa Membuat Kita Jadi Lebih Maju. Aku mengajak anak-anak seusiaku rajin ke sekolah, karena sekolah itu menyenangkan dan membuat kita jadi lebih pintar," ujar Auberta kepada Lampung Post, Rabu (24-2).
Gadis cilik berwajah bulat ini mengatakan naskah dua halaman dan terdiri dari sembilan paragraf panjang itu telah ia susun dan ia hafal sejak dua bulan lalu. Ia membaca setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah. Satu hari ia biasakan membaca dua paragraf secara benar.
Sedangkan Vero mengatakan naskahnya tidak sepanjang Auberta, hanya 1,5 halaman kuarto dan hanya terdiri dari lima paragraf. Namun, pilihan tema tentang kepedulian terhadap sesama mampu mengantarkannya sebagai juara pertama dalam perlombaan tersebut.
Keduanya mengaku canggung ketika hendak tampil ke atas panggung, tetapi berkat pembinaan Louse Leo sebagai guru bahasa Mandarin di sekolah, mereka akhirnya mampu tampil optimal, lancar dalam mengucapkan, dan baik dalam mengekspresikan naskah yang dipidatokan.
Minggu lalu, Ikatan Alumni Sekolah Mandarin Hualian dan Yayasan Dharma Bhakti Telukbetung Bandar Lampung menggelar lomba pidato bahasa Mandarin.
Panitia pelaksanan, Loashi Steven, mengatakan lomba ini diikuti sekitar 118 anak, dari tingkat SD hingga SMA. Lomba ini digelar agar anak-anak sekolah dapat meningkatkan kemampuannya dalam bahasa Mandarin. Selain itu, untuk perkenalkan budaya dan sejarah China kepada anak-anak.
"Saat ini bahasa Mandarin telah menjadi bahasa kedua di dunia setelah bahasa Inggris, untuk itu sejak dini anak-anak sudah dipersiapkan agar dapat bersaing di masa depan," ujarnya.
Secara terpisah, Lanni Puspa, salah satu alumnus Sekolah Mandarin Hualian, menjelaskan yang melatarbelakangi perlombaan ini adalah akan diselenggarakannya temu kangen Sekolah Hualian pada April mendatang.
“Sekolah kami berdiri 65 tahun yang lalu, sekitar 1946, setahun setelah kemerdekaan. Di zaman Soeharto, karena kebijakan pemerintah sekolah kami terpaksa tutup pada 1996. Namun ratusan alumninya yang kini tersebar baik di Indonesia, Hong Kong, Singapura hingga China punya rencana untuk berkumpul," kata Lanni.
Ia melanjutkan dalam event alumni nanti akan diberikan kesempatan tiga anak mewakili tingkat SD, SMP, dan SMA untuk berpidato dengan bahasa Mandarin. Lomba ini bertujuan menyeleksi siapa saja yang berhak tampil dalam acara temu kangen alumni tersebut. (MG14/S-1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar