Pendidikan Lampost : Rabu, 2 Februari 2011
JAKARTA (Lampost): Wakil Ketua DPR Pramono Anung menyayangkan sikap Kementerian Pendidikan Nasional yang tidak menarik buku serial Lebih Dekat dengan Presiden SBY yang diedarkan di sekolah.
“Komitman Kemendiknas dalam mencerdaskan bangsa patut dipertanyakan. Buku itu seharusnya segera ditarikan kembali. Kalau Kemendiknas tidak menarik buku tersebut, tidak mencerdaskan anak bangsa,” kata Pram, di Gedung DPR, Selasa (1-2).
Menurut Pram, buku itu dibuat oleh orang yang hendak mencari muka di hadapan Presiden SBY. Padahal, keberadaan buku ini justru makin memperburuk citra SBY.
“Ini kerjaan orang yang cari muka dan ini menjadi beban bagi Presiden SBY. Munculnya buku ini makin meruntuhkan citra SBY,” kata dia.
Pram berharap Mendiknas segera menarik buku tersebut, yang dinilai berbagai pihak sebagai kampanye dini untuk kemenangan Partai Demokrat (PD).
“Mendiknas harus segera mencabut peredaran buku tersebut. Saya yakin orang akan melihat ini sebagai upaya memitoskan dan mempersiapkan sesuatu untuk Pak SBY dan ini tidak baik,” kata Pram.
Sehari sebelumnya, Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh memastikan tidak menarik peredaran buku profil Presiden SBY di sejumlah sekolah di Jawa Tengah. Buku tersebut telah melalui proses yang benar dan sekarang bukan lagi era mengharamkan peredaran buku tertentu.
"Jadi tidak akan ditarik karena bukan buku haram. Buku ini juga bukan buku najis. Buku ini yang boleh-boleh saja karena statusnya sama dengan buku-buku lain," kata Muhammad Nuh, di Kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Senin (31-1).
Nuh menjelaskan sebenarnya ada 4 kelompok buku baik yang diedarkan kepada guru atau siswa. Buku pertama buku teks, di mana setiap siswa harus miliki buku teks yang pengadaannya melalui BOS.
Kedua, buku pegangan guru yang buku ini untuk guru. Buku ketiga. yakni buku pengayaan yang diletakkan di perpustakaan karena sifatnya untuk memberikan pengayaan bagi siswa para guru. Yang keempat adalah buku untuk siswa yang isinya soal-soal.
"Nah, buku yang diributkan adalah buku nomor 3. Dalam buku ini tahun 2009 sudah dievaluasi ada 807 judul buku. Itu isinya macam-macam. Yang penting buku itu tadi bisa memberikan inspirasi baik dari murid atau gurunya," kata Mendiknas.
Dia memberi gambaran, buku yang diedarkan di tegal itu, di dalamnya juga ada buku tentang Bung Karno mencari Tuhan, ada juga buku Sultan Hasanudin dan buku-buku lain, termasuk buku apa saja yang bisa lolos bagi pengayaan siswa.
"Kenapa ini kami dorong sebagai ragam dari buku-buku itu agar semua anak-anak semakin tertantang dan bisa memberikan inspirasi. Saya kira itu duduk perkaranya. Jadi ini tidak ada instruksi Presiden atau kemauan Kemendiknas, tidak ada," kata dia.
Dia menambahkan, 807 judul buku yang diterbitkan tersebut sebelumnya telah dikaji oleh tim independen yang timnya bukan hanya satu. Kemudian dikaji apakah buku itu layak untuk pengayaan atau tidak. Selanjutnya tim berikan rekomendasi dan bisa diajukan menjadi buku pengayaan.
"Dari situ menteri tetapkan buku yang sudah layak untuk buku pengayaan, dan buku ini dievaluasi dari tahun 2009," kata dia.
Buku-buku tersebut akan ditarik atau bagaimana? "Ingat buku Pramudya Ananta Tour? Apakah sekarang zamannya tarik-menarik seolah buku itu haram? Jadi biarkan buku itu, kalau prosedurnya sudah benar. Yang penting tempatkan pada posisinya," kata dia. (S-1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar