Pendidikan Lampost : Sabtu, 26 Februari 2011
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Lebih dari 90 persen guru sekolah dasar (SD) di Bandar Lampung tidak menguasai ICT (information, computer, and technology). Akibatnya, mereka tak mampu menggunakan fasilitas yang disiapkan Kemendiknas yang hanya bisa diakses melalui komputer.
Sedikitnya jumlah guru SD yang menguasai ICT terlihat dari minimnya guru yang bisa menyampaikan materi pembelajaran menggunakan berbagai perangkat multimedia di sekolah.
Bahkan, banyak guru kebingungan saat diminta mengunduh atau mencari berbagai informasi seperti buku sekolah elektronik dan fasilitas pendidikan lainnya di website Kemendiknas.
Guru SD yang sedang menempuh pendidikan di universitas terbuka (UT) juga kesulitan mencari berbagai bahan ajar, padahal semua bisa diunduh di internet dan laman-laman milik UT.
Kepala Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) Bandar Lampung Irlan Soelaeman mengatakan sebagian besar guru SD, terutama yang dari pelosok Lampung, tidak mampu mengakses berbagai bahan belajar di internet. Ironisnya lagi, banyak guru tidak mengetahui jadwal ujian karena tak mampu mencarinya melalui laman UT.
Sementara itu, Ketua MKKS SD Kota Bandar Lampung Nusyirwan Zakki mengakui lebih dari 90% guru SD belum melek teknologi. "Hanya guru-guru di sekolah swasta favorit dan SD negeri yang sudah maju yang melek teknologi. Padahal, keberadaan teknologi saat ini sangat penting untuk menunjang suksesnya pembelajaran di kelas," kata Nusyirwan.
Tak Tersentuh
Secara terpisah, Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Lampung Sutopo Ghani Nugroho mengatakan di negara maju peningkatan mutu guru pendidikan dasar menjadi prioritas utama membangun sektor pendidikan. Di Indonesia, peningkatan kualitas guru SD justru menjadi sektor yang tak tersentuh.
Ia menilai dari metode pengajaran hingga penguasaan teknologi informasi guru SD kita masih sangat lemah.
"Tak tersentuhnya guru pendidikan dasar di Indonesia akibat beberapa faktor, dari awal mula perekrutan, jenjang pendidikan, jumlahnya yang paling banyak, hingga sebarannya yang sampai ke pelosok pelosok membuat mereka seperti tak tersentuh," kata dia.
Topo mengatakan di negara maju seperti Jepang, pembangunan sektor pendidikan dasar menjadi prioritas pertama. Guru SD di sana yang justru terlebih dahulu disarjanakan. Sarana prasarana sekolahnya pun merata dari tingkat kota hingga ke pelosok kota sehingga tidak ada diskriminasi dalam pendidikan dasar.
Di Indonesia, menurut dia, kondisinya jutsru terbalik. Sebagian besar guru SD kita belum S-1. Sarana prasarana sekolah juga sangat timpang antara di kota dan di pelosok perdesaan. Padahal, pendidikan dasar adalah layanan yang harus diterima seluruh rakyat, beda dengan pendidikan menengah atas yang dinikmati hanya sebagian orang.
"Jadi wajar saja jika metode mengajar guru SD kita masih konvensional, buku yang diajar itu-itu saja. Minim alat peraga dan bahan ajar yang menyegarkan. Apa lagi mengharapkan mereka terus up to date melalui internet. Hal ini masih sangat sulit," kata Topo. Menurut Topo, peran pemerintah daerah dan perguruan tinggi sangat besar dalam upaya mengatrol pendidikan dasar kita. Paradigma harus di balik, peningkatan mutu pendidikan dasar harus diutamakan.
Universitas Lampung hingga Universitas Terbuka harus berperan aktif dalam menyegarkan kembali kualitas guru SD. Dari metode mengajar hingga ke penguasaan internet. (UNI/MG14/S-1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar