Saya pernah menulis tentang peluang belajar dengan memanfaatkan teknologi digital, dan itu tetaplah sebuah pilihan yang bagus jika tujuannya adalah kepraktisan dan dalam rangka menyambut zaman. Akan tetapi, belajar secara virtual tetap tidak bisa mengalahkan integrasi pengalaman nyata dengan benda-benda nyata. Tetap ada yang luput dari pembelajaran digital dibandingkan belajar dengan benda-benda kongkret dan kegiatan kongkret, yaitu terfungsikannya alat motorik karunia Allah SWT dan terlibatnya anak-anak dalam sebuah proses nyata yang ter-inderai secara menyeluruh dan bukan semata menekan'tombol-tombol' instan.
Saya mencoba bersikap moderat dalam memilih alat belajar. Anak-anak kami di rumah tidak ditabukan dari teknologi digital tapi juga tak kami biarkan terlena dengannya. Menganggap teknologi hanya sebuah alat tentu berbeda dengan mereka yang menjadikannya tujuan. Jika penguasaan teknologi jadi tujuan atau output pendidikan maka tanpa sadar seseorang bisa dikendalikan oleh teknologi tanpa mampu bersikap kritis. Pesona teknologi memang mampu menjerat siapa saja pada penjelajahan tanpa batas, namun dengan mengenal tujuan hidup, tujuan penciptaan, manusia akan terlatih untuk 'waspada' dengan apa yang ditawarkan di depan matanya.
Meski zaman terus mengajak anak-anak untuk bergerak cepat dengan fasilitas teknologi yang kian canggih, namun saya berpendapat, pendidikan tetaplah sebuah proses panjang. Pendidikan bukan hanya tentang anak harus menguasai keterampilan A atau hafal pengetahuan C, pendidikan meliputi pemenuhan seluruh kebutuhan fisik dan ruhani anak-anak: kasih sayang, sikap mental yang positif, pengetahuan tentang dunia dan Penciptanya, sifat-sifat mulia, makanan yang sehat dan baik, dan aktivitas yang mampu membangun potensi dirinya.
Memainkan permainan bertani secara digital misalnya, meski dengan gambar-gambar yang menyerupai kenyataan, namun tetaplah permainan itu bukan sebuah kenyataan. Anak-anak melewatkan banyak fase yang di dunia nyata membutuhkan waktu dan kesabaran, dan justru itulah pelajaran berharga yang harusnya didapat anak-anak dari kegiatan bertani yang sesungguhnya.
Sepintas lalu, interaksi intensif anak-anak dengan dunia digital mungkin tak terlalu menunjukkan dampak-dampak negatif yang mengkhawatirkan, namun dalam jangka panjang saya melihatnya tidak sederhana. Jiwa yang selalu tergoda serba cepat, impulsif, emosional, kurang peduli pada sekitar, adalah ancaman yang harus diwaspadai dari interaksi berlebihan anak-anak dengan perangkat digital, mainan digital, termasuk juga aktivitas belajar digital. Dibalik kemudahan yang ditawarkannya, sekalipun untuk tujuan pendidikan,tetap saja kita harus bijak menggunakan teknologi. Dunia virtual dan dunia nyata, meski nampak punya kemiripan di antara keduanya, namun tetaplah berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar