Pendidikan Lampost : Rabu, 2 Maret 2011
KENDARI (Lampost): Sekolah Perikanan Internasional (SPI), yang merupakan sekolah bertaraf internasional (SBI) pertama di Indonesia, didirikan di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Di sekolah ini, penerimaan mahasiswa baru dimulai pada Agustus mendatang.
Kepastian SPI mulai beroperasi pada Agustus 2011 tersebut disampaikan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sjarief Widjaja melalui telepon dari Wakatobi, Senin (28-2). "Kementerian Kelautan dan Perikanan merencanakan pengoperasian SPI Wakatobi mulai Agustus mendatang," kata dia.
Menurut Sjarief yang baru meninjau lokasi, pembangunan gedung SPI Wakatobi, gedung perkuliahan sekolah bertaraf internasional pertama di Indonesia itu, baru akan dimulai Mei 2011. Diperkirakan pada Agustus nanti sudah bisa selesai satu gedung perkuliahan.
"Sebagian mahasiswa yang diterima di Sekolah Perikanan KKP di Jakarta akan dipindahkan di Wakatobi," ujarnya. Pembangunan SPI di Wakatobi yang akan menelan dana Rp100 miliar bantuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui UNDP itu dibangun secara bertahap.
Direncanakan seluruh gedung kuliah termasuk asrama mahasiswa akan rampung dalam tiga tahun anggaran. "SPI Wakatobi akan menjadi pusat penelitian terumbu karang dan biota laut terbesar di kawasan Asia, bahkan dunia," kata dia.
Dari Solo, Universitas Sebelas Maret (UNS) meluncurkan Institut Javanologi. Kehadiran pusat kajian itu dalam rangka mewadahi pemikiran-pemikiran kritis terkait bentuk, arah, dan eksistensi budaya Jawa sebagai salah satu penopang budaya Indonesia di masa depan.
"Ini bukti kepedulian UNS sekaligus bentuk peran serta aktif dalam melahirkan kembali dan memberi ruang gerak yang lebih luas kepada kebudayaan Jawa sebagai sebuah kearifan lokal," kata Kepala Institut Javanologi Sahid Teguh Widodo, Selasa (1/3).
Institut yang berada di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) itu akan diluncurkan pada 6 Maret mendatang. Diramaikan gelar seni kolosal reog Ponorogo yang akan menampilkan 30 dadak merak. Javanologi sebetulnya bukan barang baru bagi UNS. Perguruan tinggi negeri terkemuka di wilayah eks Kerisidenan Surakarta itu pernah memilikinya.
Waktu itu berada di bawah naungan Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Tetapi kajiannya hanya terbatas pada sastra, bahasa, dan filsafat. "Javanologi yang baru ini jauh lebih luas. Bisa dikatakan seluruh logos (ilmu pengetahuan) orang Jawa akan dijadikan bahan kajian di sini. Mulai dari bahasa, sastra, filsafat, arsitektur, seni, sejarah, pertanian, pendidikan, hukum, kedokteran, bahkan ekonomi," kata Sahid. (U-1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar