Dr. Agus Pahrudin
BAB I
PENDAHULUAN
Dinamika pendidikan dewasa ini ditandai oleh suatu revolusi dan tranformasi pemikiran tentang hakekat pembelajaran. Titik sentral setiap peristiwa mengajar terletak pada “Suksesnya siswa mengorganisasi pengalamannya, bukan pada kebenaran siswa dalam melakukan replikasi atas apa yang dikerjakan guru”.
Kenyataan menunjukkanbahwa kondisi dan kualitas pendidikan yang diharapkan berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya mausia hingga saat ini masih memprihatinkan. Hasil penelitian sebuah lembaga konsultan Consultancy) pada tahun 2001, menemukan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 12 negara Asia yang disurvey. Korea selatan berada pada urutan pertama disusul Jepang dan singapura. Selain itu berdasarkan hasil penilaian Program Pembangunan PBB yaitu UNDP pada tahun 2000 menunjukkan bahwa kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia berada pada urutan ke 109 dari 107 negara, sedangkan singapura berada pada urutan 24, Malaysia urutan ke 61 dan Thailand urutan ke 76.
Keadaan tersebut menuntut adanya usatu sistem pendidikan yang mampu meneydiakan sumber daya manusia yang mampu bersaing secara global. Oleh karena itulah kebijakan pendidikan nasional perlu diarahkan agar mampu menyiapkan sumber daya manusia yang mampu meghadapi tantangan masa depan secara efektif dan efisien sejak usia sekolah dengan memanfaatkan teknologi informasi (Soekartawi, 2002). Dengan Demikian, kehadiran teknologi informasi perlu disambut dengan ucapan “Welcome the information”.
Tugas pendidikan hendaknya meneydiakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Sekolah, madrasah bukanlah tempat untuk sekedar mentranfer ilmu (transfer of knowledge) dari guru kepada siswa, melainkan merupakan masyarkat belajar, sehingga semua kegiatna, proses, dan komponen lingkungan menjadi sumber belajar. Para siswa harus aktif mencari dan membentuk dirinya sendiri (learning to be), bukan semata-mata disiapkan oleh orang lain. Dengan demikain pendidikan merupakan pembinaan dan pemebrdayaan sumber daya manusaio untuk menggali dan meningkatkan potensiyang dimiliki peserta didi.
Salah satu sumber belajar yang sangat potensial dan diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap sistem belajar yang berpusat pada siswa dengan menggunakan teknologi informasi berupa emdia cetak, audio, audio visual, computer dan lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Teknologi Terhadap Pola Pembelajaran
Pengaruh teknologi pembelajaran yang bersifat mendasar terletak pada pengemabgnan pola pembelajaran, pengambilan keputusan pembelajaran, serta tumbuhnya berbagai sumber belajar (learning resurces).
1. Media dan Teknologi Pembelajarn
Untuk memahami media pembelajaran, lebih baik apabila kita memahami terlebih dahulu teknologi pembelajaran merupakan bagian dari tekologi pembelajaran, kata teknologi banyak dipahami oleh awan sebagia mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan mesin. Namun sesungguhnya teknologi adalha merupakan perpaduan yang kompleks dari manusia, mesin, ide, prosedur dan pengelolaan, dan kemudian pengertian tersebut bahwa pada hakekatnya teknologi merupakan penerapa ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisasi ke dalam tugas-tugas praktis.
Teknolgo hendaknya dipahami sebagai uapaya yang mengarah pada peningkatan efektifitas dan efisiensi, dan teknologi tidak bisa dipisahkan dari masalah, karena pada hakekatnya teknologi lahir dan dikemabngkan adalah untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh umat manusia.
Teknologi pembelajarna juga bisa dipandang sebagai suatu produk maupun proses. Sebagai suatu produk, teknologi pembalaran lebih mudah difahami karena sifatnya yang konkrit, seperti televise, radio, proyektor slide, OHP dll. Sedangkan sebagai suatu proses, teknologi pembelajaran lebih abstrak sifatnya. Dalam tataran ini, teknologi pemeblajarna bisa dipahami sebagai suatu proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, emncari jalan pemecahan, melaksanakan, menilai dan mengelola epmecahan masalah yang menyangkut semua apek belajar manusia.
Teknologi pembelajaran didefinisikan suatu bidang yang berkepentingan dengan kegiatna belajar yang secara sistematis mengidentifikasikan, megnembangkan, mengorganisasikan, serta menggunakan segala macam sumber belajar termasuk pengelolaan dari proses kegiatan.
Dari paparan di atas terlihat bahwa uapaya pemecahan masalah pendidikan melalui teknologi pembelajaran adlaah dengan endayagunakan sumber-sumber belajar (learning resources0 yang dirancang, dimanfaatkan dan dikelola untuk tujuan eblajar. Adapun sumber belajar yang dimaksud meliputi pesan (messege), orang (people), bahkan (materials/sofwere), alat (devices/hardware), teknik (technique) dan lingkungan (setting).
Dengan demikain media pembelajaran tidak lagi dipandang sebagai alat Bantu guru, melainkan memiliki fungsi membawa pesan, dipilih dan dikembangkan secara sistematis dan digunakan secara integral dalam proses pembelajaran.
Dalam perannya yang demikian itu, maka media pembelajaran telah memerankan dirinya sebagai syumber eblajar, sehingga dimungkinkan terlaksananya proses belajar secara mandiri oleh sasaran didik engan banguan semiinimal mungkind ari orang lain peran tersebut akan bisa dijalanid engan baik karena media pembelajarna mempunya nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk (1) membuat konsep yang abstrak emnjadi konkrit, (2) melampaui batas indera, waktu, dan ruang dan (4) memberi kesempatan pengguna mengontrol arah maupun maupun kecepatan belajar, (5) membangkitkan keingintahuan dan motivasi belajar, dan (6) Dapat memberikan engalaman belajar yang menyeluruh dari yang abstrak hingga yang konkrit.
Dengan demikian jelaskan bahwa secara konseptual media pembelajaran serta sumber belajar belajar lainmampumemberikan kemudahan dan dukugnan kepada guru untuk melaksankana tugas dengan lebih baik, serta mempermudah peserta didik untuk belajar, masalahnya adalah bagaimana strategi pengopersiannya agar media pembelajaran itu dapat terintegrasikan dalam sistem instruksional yang ada hingga terjamin eefktifitasnya.
2. Pola-Pola Pembelajaran dan Peran Guru
Sekurang-kurangnya ada lima pola pembelajaran, (Sudjana & Rivai, 2003). Yaitu (1) Pola Pembelajaran Tradisional, (2) Pola Pembelajaran Dibangu media, (3) Pola Pembelajaran Antara Guru dan Media, (4) Pola Pembelajaran dengan media, dan (5) Kombinasi Pla sistem pembelajaran.
Pertama, pola pembelajaran tradisional. Dalam pola ini guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan metode pembelajaran, termasuk dalam menilai kemajuan belajar siswa. Jadi dalam pola pembelajaran tradisional, guru merupakan satu-satunya sumber belajar. Pola kedua, pembelajaran dibantu media. Pola pembelajaran yang memanfaatkan media pengajaran sebagai sumber disamping guru. Pola ketiga, pembelajaran antara guru dan media. Pola pembelajaran ini antara guru dan ahli media saling berinteraksi dengan siswa berdasarkan satu tanggung jawab bersama. Pola keempat, pembelajarna dengan media. Dalaam situasi belajar tertentu, yaitu apabila para siswa sudah mempunyai disiplin tinggi dalam belajar, latar belakang pengalaman belajar yang cukup, serta pola berfikir sudah matang, maka interaksi belajar mengajar bisa dilakukan langsung antara siswa dengan media pengajaran yang telah dieprsiapkan oleh para ahli emdia dan guru. Dengan demikian kehadiran guru kelas dapat digantikan oleh media yang diciptakannya. Emdia tersebut disebut guru media.
Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, maka guru tidak hanya terbatas perannya sebagia pengajar dalam arti penyampai pegnetahuan, akan tetapi plebih emmprosisikan diri sebagai “perancang epngajaran, pegnevaluasi hasil belajar dan sebagai direktur belajar” (Gagne, 1985).
Sebagai perancang pengajaran (Designer of instruction), seorang guru akan berperan mengelola seluruh proses pemeblajaran dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setuiap anak dapat belajar secara efektif dan efisien. Kegiatan belajar hendaknya dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan suasana yang mendrong siswa untuk melakukan kegiatan belajar degan kualitas yang lebih baik.
Sebagai penilai hasil belajar siswa (evaluator of student learning), guru dituntut untuk berperan secara terus-menerus mengikuti hasil-hasil belajar yang dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan merupakan umpan balik terahdap proses kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan senantiasa ditingkatkan terus menerus untuk memperoleh hasil eblajar yang optimal.
Sebagai pengarah belajar (director of learning), guru berperan untuk senantiasa menimbulkan, memelihara, dan meningkatna motivasi siswa untuk belajar. Dalam hubungna ini, guru mempunyai peranan sebagai “Motivator keseluruhan kegiatan belajar siswa. Sebagai motivator belajar, guru harus mampu untuk (1) membangkitkan dorongan siswa untuk belajar, (2) menjelaskan secara konkrit kepada sisaw apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajarn, (3) Memberikan ganjaran untuk prestasi yang dicapai dikemudian hyari, (4) Membuat regulasi (aturan prilaku siswa. Sebagai direktur eblajar, pendekatna yang digunakan dalam proses pembelajaran tidak hanya melakukan pendekatan instruksional saja, akan tetapi disertai dengan pendekatna pribadi. Melalui pendekatan pribadi ini diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam, sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya. Dengan kata lain, sebagia dierktur belajar, guru sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam PBM. Sebgai pembimbing dalam belajar, guru diharapkan mampu untuk (1) mengenal dan memahami setiap siswa, baik secara idnividual maupun kelompok, (2) Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar, (3) Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajr sesuai dengan karakteristik pribadinya, (4) Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalha-masalah pribadi yang diharapinya, (5) Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
B. Penerapan Teknologi Infomasi dalam Pembelajaran
1. Teknologi Informasi (Information Technology)
2. Pembelajarn (Instruction)
Unsur-unsur pokok yang terdapat dalam proses pemeblajaran meliputi (1) guru yang berpengetahuan, memiliki pengalaman dan terampil, (2) siswa yang sedang berkembang (3) Metode penyampaian informasi atau keterampilan penyampaian pesan, dan (4) Respon atau perubahan prilaku siswa.
Bertolak pada beberapa pandangan tersebut dia tas bahwa pembelajarna merupakan suatu proses interaksi antara peerta didik dengan guru dan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa orang, benda, media pembelajaran, mapunun suasana yang mendorong adanya perubahan pada peserta didik dalam hal pengetahuan, nilai, sikap, prilaku dan keterampilan. Perubahan tersebut bertahan lama bukan perubahan sesaat aygn mudah cepat hilang. Pembelajaran dengan demikian juga merupakan kegiatan yang ditujukan untuk membentuk manusia yang berakhlak/berwatak, berkarakter, dan berkompeten.
C. Prospek Penerapan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Teknologi informasi (TI) dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan memperhatikan sekurang-kurangnya tiga pertimbangan yaitu:
Pertama, karena alasan sekolah atau lembaga pendidikan sudah banyak yang memiliki komputer sendiri, sehingga memungkinkan dikembakgannnya paket belajar personal interaktif.
Kedua, karena Negara Indonesia terdiri dari ribuan pula yang tersebut dalam wilayuah yang sangat luas, serta dihuni oleh lebih dari 200 juta penduduk dengan distribusi secara tidak homogen.
Ketiga, karnea alasan untuk kesamaan mutu dalam memperoleh materi, dikembangkan paket belajar distribusi. Materi ajar dapat dikemas dalam bentuk webpage, ataupun program belajar inteaktif (CAI atau CBT).
Melalui pemanfaatan teknologi informasi (komputer), materi ajar dapat diakses oleh siapa saja dan akapn saja. Akses terhadap materi ajar sebenarnya dapat diatur bila dikehendaki karen atersedia fasilitas pengaman dimana hanya orang yang telah mendaftar saja yang bisa mengakses materi ajar tersebut.
Mengingat negara bertanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, amka negara perlu menyediakan materi ajar dengan mempekerjakan pakar yang mempunyai dedikasi tinggi untuk emmajukan pendidikan di Indonesia. Mahalnya biaya honor dan pembuatan materi ajar bukan masalah, karena dapat dijustifikasi, apabila materi ajar tersebut dapat dipakai oleh segenap anggota masyarkaat di Indonesia.
Ada dua materi ajar aygn dapat dikembangkan, Pertama, materi aygn dapat dikembangkan adalah materi untuk tutor (pendamping warga belajar) paket A dan paket B, sehingga mereka dapat megnembangkan pengetahuannya seiring dengn perkembangan zaman. Kedua, materi ajar yang akan dikonsumsi oleh warga belajar (masyarkaat luas). Materi ajar ini adalah materi ajar yang dapat memebrdayakan masyarkat, seperti keterampilan praktis yang segera dapat diterapkan secara nyata.
D. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Komunikasi elektronik telah menjadi salah satu strategi terbaru untuk mendukung proses pembelajaran (Davis, 1997: 167-180). Aspek paling penting dalam proes pembelajaran adalah kemampuan peserta didik dan pengajar untuk melakukan komunikasi tanpa batas waktu. Proses pemeblajaran secara konvensional menggunakan aktivitas yang ada di kelas begitu kegiatannya selesai, maka interaksi juga usai. Oleh karena itu, komunikasi di kelas konvensional bersifat statis.
Bachari (2001) menyatakan, bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam konteks pemeblajarn pada dasarnya dapat berupa (1) Media proses belajar mengajar jarak jauh, (2) Media pembelajaran mandiri, (3), alat uji kemahiran, (4) media promosi lemabga penyelengara pendidikan, (5) media penyedia bahan ajar, dan (6) sarana komunikasi profesional bagi par apengjaar (guru).
Selanjutnya Bachari (2001) mengemukakan bahwa pembuagan jaringan komunikasi tidaklah terlalu sulit sebab saat ini sangat banyak sofwere yang memberikan kemudahan bagi kita untuk mendesai sebauh web.
Mendesain web semacam ini tidaklah berbeda dengan rancangan yang diperugnkan oleh situs-situs surat kabar, hibutan, bisnis, dan perbankn. Sofwere-sofwere yang sering dipergunakan untuk mendesai sebuah web secara umum adalah MS Publisher, MS Front Page, dan Net Scope Composer, setiap sofwere tersebut memiliki fasilitas yang berbeda.
1. MS Publiser, menyediakan falitas yang sangat praktis dalam menggunakan sofwere ini, kita cukup mengisi materi aywng akan ditampilkan dalam web, karena sofwere ini telah menyediakan format web beserta htmlnya.
2. MS Front Page, tugas kita hanya membuat gambar dan mengetik naskah untuk membangun sebuah web. Dapat pula kita sertakan video live dalam situs yang kita bangun dengan menggunakan sofwere ini. Karakteristik sofwere itu harus kita pahami dan pemanfaatanya harus kita sesuaikan dengan kebutuhan web yang akan kita rancang
Hal yang penting dan prinsip dalam proses pembelajaran baik dalam konteks langsung tatap muka atau melalui sarana komunikasi melalui jaringan internet adalah komunikasi konvergen (Lihat, Rogers, 1986: 44; Abdulhak, 2001: 12) yang memiliki ciri utama bahwa komunikasi itu pada adsarnya menjalin hubungan (komunikasi) saling pengertian yang dibangun melalui tahapan pemahaman, interprestasi, pengertian dan kegiatan diantara peserta didik untuk kemudian dicapai saling kesepahaman.
Adapun pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dikelompokkan ke dalam tiga fungsi, yaitu (1) media pembelajaran mandiri/klasikal, (2) alat bantu (alat belajar) dalam proses pembelajaran, dan (3) sumber belajar/sumber data.
1. Media Pembelajaran mandiri/klasikal, antara lain pemutaran film dan CD interaktif, pertama, pemutaran film, guru dapat memilah jenis film yang ada yaitu film yang bersifat given artinya suatu paket judul film yang telah tersedia dan relevan dengan pembelajaran pendidikan Agama Islam. Kedua, penggunaan CD interaktif lebih”Maju” dari pemutaran film, karena siswa dapat melakuakn”interaksi” atau perlakuan terahdap program yang ditawarkan pada CD, misalnya CD interaktif soal-jawab Pendidikan Agama Islam dikemas dalam bentuk permainan seperti dalam ”Who want to Be Millionare”. Madrasah/sekolah dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki koleksi film atau CD interaktif yang terkait dengan materi Pendidikan Agama Islam interaktif yang terkait dengan materi Pendidikan Agama Islam sesuai kurikulum yang berlaku.
2. Teknologi Informasi yang dimanfaatkan untuk alat bantu pembelajaran yaitu, pemanfaatan softwere (komputer) untuk pemeblajarn Pendidikan Agama Islam. Beberapa contoh software pendidikan yang dikelan diantaranya; Computer Assisted Instruction (CAI) yang umumnya software ini sangat baik untuk keperluan remidial. Intelligent computer assited learning (ICAL), dapat digunakan untuk material atau konsep. Computer Assisted Training (CAT), Computer Assisted Design (CAD), Computer Assisted Media (CAM) dan sebagainya.
3. Teknologi Informasi yang terkait sebagai sumber belajar (learning resurces) dalam bentuk internet dengan segala komponennya. Materi yang ditampilkan dalam sebauh eb yang terkait denagn pendidian Agama Islam dapat dilacak terlebih dahulu oleh guru dan dipraktekkan langsung oleh murid. Maksud pelacakan oleh guru agar materi atau informasinya relevan dengan tujua kurikuler PAI.
BAB III
PENUTUP
Pad aakhirnya dapat disimpulkan bahwa, pemeblajaran dengan teknologi informasi memerlukan alat Bantu elektronika. Bisa berupa technology based learning seperti audio dan video atau web-based learning (dengan bantuan perangkat computer dan internet). Teknologi bantuan perangkat computer dan internet0. teknologi informasi bisa dipergunakan untuk pendidikan Agama Islam baik tatap muak di kelas maupun pendidikan jarak jauh tergantugn kepentingannya.
Sejalan dengan perubahan kurikulum dan otonomi pendidikan, bukan lagi masannaya bagi guru termasuk Guru Pendidikan Agama Islam untuk selalu menunggu petunjuk. Guru adalah tenaga professional, bukan tukang. Oleh karena itu, sikap yang tepat untuk guru adalah cepat menyesuaikan diri. Jadi, Guru perlu segera meresposisi perannya.
Pada saat ini guru tidak algi harus menjadi orang yang paling thau di kelas. Namun ia harus mampu berperan sebagai designer of instrukcion, evaluator of student learning dan director of learning. Karena banyak sumber belajar )learning resources) yang tersedia dilingkungan kita, apakah sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) untuk kepentingan pemeblajaran yang akan dilaksanakan dan sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization) dalam pengertian sumber belajar yang tersedia mempunyai keterkaitan dengan bahan belajar yang akan dipelajari peerta didik. Tentu saja teknis pemanfaatan sumber belajar ini disesuaikan dengan factor tujuan pembelajaran, bahan belajar, karakteristik peserta belajar serta kemudahan dalam menggunakan bahan belajar.
Peluang diterapkannya pembelajarna Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan menggunakan Teknologi Informasi, antara lain: Pertama, mayoritas sekolah di masrasah di Indonesia telah memiliki perangkat computer. Kedua, dengan dengan perangkat computer pesan-pesan/materi Pelajaran pAI dapat dipelajari, dipahami, didiskusikan olehguru, kelompok guru dan siswa secara mandiri dalam waktu dan tempat yang tidak terbatas. Ketiga, bahan ajar aygn telah dikemas pada software tertentu akan mudah didistribusikan keseluruh peserta belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Pahrudin, Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di Madrasah. Fakta Pres, Bandar Lampung, 2006
Mata Kuliah: Strategi Belajar Mengajar (SBM)
Semester V
Sumber : Abdul Rohman data file Co.Cc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar