Sabtu, 30 April 2011

Melemahnya Karakter Picu Radikalisme

Pendidikan Lampost : Jum'at, 29 April 2011


BANDAR LAMPUNG (Lampost): Lemahnya pemahaman keagamaan dan konsep kebangsaan menjadi penyebab radikalisme tumbuh subur di kalangan pelajar dan mahasiswa.

“Persoalan Negara Islam Indonesia (NII) yang mengemuka beberapa waktu ini di kalangan pelajar maupun mahasiwa bukan semata persoalan politis, melainkan lebih kepada kian lemahnya karakter bangsa,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Lampung (UML) Agus Pahrudin usai menghadiri peringatan 24 tahun UML, di kompleks kampus setempat, Kamis (28-4).

Lemahnya penanaman karakter bangsa, menurut Agus, menunjukkan belum optimalnya fungsi pendidikan, baik secara formal di sekolah, informal di keluarga, maupun nonformal di masyarakat, yang semuanya merupakan satu kesatuan utuh.

"Dengan melihat persoalan ini kita tidak bisa menyalahkan sekolah, karena tanggung jawab pendidikan itu menyeluruh, baik formal, informal, maupun nonformal," kata Pahrudin.

Yang perlu diluruskan dalam pendidikan karakter ini, kata dia, pemahaman dari pendidikan karakter, yang tidak bisa diselesaikan dengan perubahan kurikulum.

"Persoalan karakter itu bukan persoalan konten dari kurikulum ataupun materi pembelajaran. Karakter itu bukan sesuatu yang diajarkan, melainkan sesuatu yang ditanamkan," kata dia.

Secara terpisah, Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan Kementerian Pendidikan Nasional akan melakukan revitalisasi pelajaran Agama. Pelajaran Agama tak akan ditekankan pada hafalan semata, tetapi juga diterjemahkan dalam perilaku.

Pernyataan Mendiknas ini merespons maraknya gerakan radikal Negara Islam Indonesia yang menjalar pada pelajar dan mahasiswa di sekolah dan universitas di Tanah Air.

Hal-hal yang sifatnya pemikiran, terutama yang radikal itu, tidak bisa dilawan atau dicegah dengan hal yang bukan pemikiran. Jadi, pemikiran itu harus dilawan dengan pemikiran," kata Nuh, di sela-sela pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional 2011, di Gedung Bidakara, Jakarta, Kamis (28-4).

Nuh juga mengatakan sudah saatnya kampus-kampus membuka ruang untuk diskusi, utamanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat radikal. Dialog, kata Nuh, memungkinkan terjadinya pertukaran ide sehingga dapat melahirkan pemikiran yang lebih segar. Nuh mangatakan saat ini ruang dialog di kampus-kampus masih kurang.

Pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei mendatang, Nuh dalam pidatonya juga akan menekankan pentingnya bagi sekolah untuk memberikan ruang bagi aktivitas positif. Nuh mengimbau agar pihak sekolah menggunakan lahan-lahan kosong yang ada di sekitar sekolah untuk hal-hal positif, seperti pramuka, dan sebagainya. (MG14/S-1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar