Jumat, 08 April 2011

Karakter Bentuk Jati Diri Bangsa

Pendidikan Lampost : Senin, 4 April 2011


BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pembangunan sebuah bangsa harus didasari dengan pendidikan berkarakter. Tanpa pendidikan berkarakter, jati diri bangsa takkan terbentuk.

Hal itu mengemuka dalam Stadium General dengan tema Sinergisasi dan optimalisasi pemuda dalam mewujudkan pendidikan nasional yang digelar BEM Universitas Lampung di Auditorium Perpustakaan Unila akhir pekan lalu.

Pemateri kegiatan ini ialah Dekan FKIP Universitas Lampung Bujang Rahman, Sekretaris Dinas Pendidikan Metro Masnuni, dan anggota Komisi X DPR Abdul Zulfakar.

Bujang mengatakan pendidikan berkarakter merupakan pendidikan yang tidak hanya berorientasi materi, tetapi juga pada kompetensi. Pendidikan juga harus dilihat dari strateginya. Dengan strategi yang baik, akan menghasilkan sistem pendidikan yang baik.

"Untuk fokus pada pendidikan berkarakter, penyelenggara pendidikan harus memperhatikan bagaimana output yang dihasilkan dari proses karakterisasi yang baik karena ini menyangkut seperti apa karakter bangsa ke depan," ujar dia.

Ia mengatakan sukses dalam dunia pendidikan dapat digolongkan menjadi dua, yakni sukses penyelenggaraan dan sukses hasil. Sukses penyelenggaraan ukurannya ialah prosedur operasional sistem. Sedangkan sukses hasil dapat dibuktikan dengan terukirnya prestasi sekolah tersebut.

Abdul Zulfakar mengatakan sejarah peradaban hingga saat ini tidak pernah lepas dari peran pemuda. Mahasiswa merupakan subjek dari dalam. Menyangkut minat pemuda saat ini dalam bidang pendidikan perlu ditekankan adanya sistem yang berorientasi pada profesionalitas.

Kemah Karakter

Sementara itu, siswa kelas VII SMP BPK Penabur dan kelas X SMA BPK Penabur mengikuti kemah karakter yang digelar di sekolah setempat, 1—2 April, di Jalan Perintis Kemerdekaan, Bandar Lampung.

Dewi Andoko, guru karakter sekaligus penanggung jawab kegiatan, mengatakan kegiatan ini digelar untuk siswa kelas VII agar mereka siap memasuki masa transisi dari anak-anak menjadi remaja.

"Biasanya, setelah masuk SMP anak-anak sudah merasa besar dan tidak perlu lagi dengan orang tuanya. Padahal, mereka sangat butuh bantuan dan dorongan orang tua untuk bisa sukses," kata dia di sela-sela kegiatan akhir pekan lalu.

Sementara anak-anak yang akan masuk bangku SMA sangat membutuhkan pendampingan agar mereka tidak salah bergaul. "Untu anak-anak SMA kelas X kami sengaja mengambil tema love, sex, and dating," kata dia didampingi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Retno Susilowati.

Kegiatan ini menghadirkan Yeni Krismawati, seorang ahli tumbuh kembang dari Jakarta.

"Kita ingin anak-anak di BPK Penabur khususnya menjadi anak yang berkarakter dan mampu menjadi teladan yang baik bagi lingkungan sekitar," kata dia.

Menurut Dewi, masa remaja merupakan masa yang sangat rentan. Oleh sebab itu, anak harus benar-benar mendapatkan masukan yang baik dari orang yang benar agar mereka tidak masuk dalam pergaulan yang salah. Selain itu, masa remaja merupakan masa emas sebagai jembatan meraih masa depan. "Jika mereka mendapat pengaruh yang buruk, akibatnya bisa fatal. Oleh sebab itu, kami sengaja membekali mereka agar kuat menghadapi lingkungan maupun pengaruh negatif," kata dia. UNI/MG14/S-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar