Rabu, 06 April 2011

Kompetensi Alumni Fakultas Ushuluddin

Opini Lampost : Rabu, 6 April 2011


Fachruddin
A
lumnus Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan, pensiunan PNS



Semakin minimnya minat para calon mahasiswa dan lapangan kerja yang tersedia bagi lulusan Fakultas Ushuluddin menjadi tantangan berat yang harus dijawab para alumni dan pejabat di lingkungan IAIN Raden Intan. Hal tersebut mengemuka dalam temu alumni Fakultas Ushuluddin (FU) IAIN Raden Intan (Lampung Post, 28 Maret 2011). Menurut saya, hal ini terjadi karena kelalaian pengelolaan Fakultas Ushuluddin, dan tentu saja kerugian bagi kita semua.

Mengingat keberhasilan yang pernah dicapai oleh Fakultas Ushuluddin era 80-an untuk mempersiapkan alumninya yang mampu mengemban amanah untuk menjadi ujung tombak dalam menyosialisasikan Program Nasional Keluarga Berencana. Amanah ini berhasil dilaksanakan oleh para alumni Ushuluddin. Dengan menggunakan bahasa agama, banyak masyarakat yang semula masih menolak, akhirnya mereka berkenan menerima dan bahkan menjadi akseptor Program Keluarga Berencana. Pada saat itu Fakultas Ushuluddin sangat diminati para calon mahasiswa.

Sayang kepercayaan pemerintah dan keberhasilan alumni dalam berkomunikasi dengan masyarakat ini tidak segera dikembangkan melalui pengembangan kurikulum dan berbagai kerja sama dengan pemerintah ataupun swasta. Pengelola Fakultas Ushuluddin dan pejabat pembina yang berkompeten tidak mengantisipasi berbagai persoalan yang bakal dihadapi bangsa ini, serta memperluas lapangan kerja bagi para alumninya.

Seyogianya kita belajar dari sejarah munculnya ilmu ushuluddin itu sendiri. Bukankah ilmu ini justru muncul sarat dilatarbelakangi gejolak masyarakat serta perbedaan pemikiran politik yang demikian meruncing. Kemunculan ilmu ushuluddin justru diakibatkan berbagai persoalan kontemporer pada saat itu. Ilmu ushuluddin bukan membicarakan sejarah masa lampau, melainkan sangat diwarnai oleh persoalan kekinian. Kalau alumni Ushuluddin kini kurang mendapat tempat, berarti salah satu penyebabnya karena ilmu ini sedang meninggalkan jati dirinya. Yaitu kebersediaan mengakomodasi permasalahan kontemporer.

Kajian ilmu ushuluddin sejatinya adalah kajian kekinian. Seyogianya kurikulum dan silabus di Fakultas Ushuluddin mengkaji persoalan persoalan krusial yang kini sedang dihadapi bangsa ini. Setidaknya ada tiga masalah yang sedang dihadapi bangsa ini, dan dapat melibatkan alumni ushuluddin dalam penyelesaiannya, yaitu pemecahan masalah kemiskinan, anarkisme masyarakat, dan masalah terorisme di Indonesia. Tiga masalah ini kini semakin kompleks adanya, dan harus diantisipasi mulai dari akar rumput. Adalah menjadi pertanyaan kita semua, mengapa kemiskinan, kekerasan atau anarkisme dan terorisme itu tumbuh subur justru di kalangan komunitas penganut agama Islam?

Prodi yang ada di Fakultas ushuluddin dituntut kemampuannya untuk menjawab pertanyaan tersebut, dan para alumni ushuluddin dituntut memiliki kompetensi dalam penyelesaiannya. Karena ini semua merupakan bahan kajian dan studi di Fakultas Ushuluddin. Prodi yang dikembangkan di Fakultas Ushuluddin antara lain Akidah dan Filsafat, Tafsir Hadits, dan Politik Islam, serta Perbandingan Agama. Prodi yang ada dituntut untuk memiliki bahasan yang lebih mendalam terhadap ketiga masalah yang sedang dihadapi bangsa ini.

Masalah kemiskinan ternyata bukan hanya masalah keterampilan bekerja belaka, melainkan justru ada masalah kultural yang menjerat masyarakat sehingga tetap miskin, kemiskinan ini hanya akan dapat dituntaskan setelah masyarakat merubah cara mereka berpikir. Cara bermasyarakat, cara memandang kehidupan ini, dan juga mengubah cara mereka memahami dan menganut agama. Membuat kita semua menjadi terkesima, ternyata kekerasan yang anarki terhadap berbagai masalah sekarang telah membawa lambang-lambang agama, walaupun agama tidak mengajarkan anarki dan kekerasan dalam bentuk apa pun. Apalagi gerakan terorisme di Indonesia, menunjukkan bukti yang cukup dipercaya bahwa ada komunitas Islam yang sangat rentan untuk dimanfaatkan oleh aktor intelektual gerakan ini. Ini semua membutuhkan pembahasan yang serius dan mendalam.

Semua masalah ini dapat dikupas melalui berbagai mata kuliah di Fakultas Ushuluddin. Mata kuliah tertentu sangat berpeluang membicarakan masalah ini, karena merupakan bagian dari materi kuliah yang harus disampaikan. Sedag mata kuliah yang lain dapat membahasnya secara terintegrasi. Itu semua dapat dilaksanakan dengan kerja keras para guru besar dan dosen pengampu.

Para guru besar dan dosen pengampu diharapkan siap mengakomodasikan permasalah kontemporer dimaksud. Fakultas Ushuluddin memiliki kemampuan akademis dan metodologis untuk membekali mahasiswa untuk memiliki wawasan dan keterampilan atau power untuk memengaruhi masyarakat terkait dengan permasalahan besar yang dihadapi bangsa ini. Sehingga tugas-tugas kepolisian dan Kementerian Agama akan terselesaikan.

Kalau saja kompetensi alumni Ushuluddin ini tersosialisasikan dengan baik, dan dilakukan terobosan kerja sama, mulai dari penyusunan kurikulum hingga pemanfatan tenaga alumni, tidak tertutup kemungkinan betapa banyaknya alumni Ushuluddin yang dimanfaatkan kepolisian Indonesia untuk memperkuat aparat kepolisian dalam melakukan bimbingan masyarakat sehingga kejahatan, kekerasan, anrki, bahkan gerakan terorisme akan terantisipasi melalui pembinaan masyarakat secara rutin.

Kerja sama juga dapat dilakukan dengan Kementerian Agama untuk mempersiapkan tenaga penyuluham lapangan yang ditempatkan di desa desa di seluruh wilayah Indonesia. Untuk membangun kembali karakter bangsa yang kini terancam ambruk dan bahkan telah berubah menjadi penyebab utama kemiskinan masyarakat dan disintegrasi bangsa.

Alumni Ushuluddin pernah menunjukkan prestasinya untuk menjadi vocal poin dalam menjelaskan Program Nasional Kelaurga Berencana, itu merupakan pengalaman dan modal yang sangat berharga untuk meyakinkan berbagai pihak akan kompetensi yang dimiliki untuk mencari penyelesaian berbagai masalah krusial yang kini dihadapi bangsa Indonesia. Wallahualam bissawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar