Senin, 10 Januari 2011
Performance Task Sebagai Penilaian Autentik
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan nasional Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, tertulis beberapa teknik penilaian, diantaranya adalah tes kinerja dan tes praktik. Bagi penulis, disebutnya kedua teknik tersebut, selain tes tertulis dan tes lisan sangatlah menggembirakan karena penilaian yang disarankan sudah mengacu kepada ‘penilaian berimbang’ atau balanced assessment.
Apa yang dimaksud dengan penilaian berimbang? Apakah memang ada yang termasuk penilaian yang tidak berimbang? Ya, kalau sekolah hanya menggunakan tes tertulis atau tes lisan saja, berarti sekolah hanya mengedepankan penguasaan pengetahuan siswa saja karena memang pada dasarnya tes hanya mengukur pengetahuan atau knowledge.
Lantas, apa yang dimaksud dengan penilaian berimbang? Nach, agar pembaca bisa lebih jelas mengetahuinya, silahkan melanjutkan kegiatan membaca anda dengan membuka tulisan ini lebih lanjut.
Bagaimana dengan penilaian berimbang? Sudah pasti sekolah harus menggunakan berbagai teknik dan jenis penilaiannya, misalnya penilaian yang mengukur :
* pengetahuan, dilakukan dengan tes lisan ,tertulis, quiz. Jenis penilaian ini disebut juga sebagai penilaian tradisional atau traditional assessment.
* keterampilan, dilakukan dengan menggunakan tes kinerja atau tes praktik
* sikap, dilakukan dengan menggunakan tes kinerja atau tes praktik.
Tujuan dari belajar adalah mengembangkan kompetensi. Nach, apakah kompetensi bisa diraih apabila siswa hanya diukur lewat tes tulis atau lisan saja? Tentunya tidak. Karena kompetensi menunjukkan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Saat ini banyak sekolah yang sudah beralih dalam penggunaan penilaian siswanya dari hanya sekedar tes tertulis dan lisan ke tes kinerja atau praktik. Hal ini tentunya berkaitan dengan dampak yang ditimbulkannya. Menurut Rothman, penilaian autentik, dalam hal ini performance task memberikan siswa tantangan dalam mengerjakan tugasnya dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menerapkan pengetahuannya. Sedangkan menurut Marzano, ahli pendidikan lainnya, mengatakan bahwa lebih dari dua pertiga guru menyatakan bahwa performance task memberikan informasi tentang belajar siswa lebih baik dibandingkan dengan teknik penilaian tradisional seperti tes tertulis dan kuis.
Performance Task, atau kami menerjemahkannya dengan Tugas Kinerja, memberikan alternatif yang sangat baik bagi siswa untuk menunjukkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Bagaimana sekolah menerapkan performance task di kelas? Berikut adalah beberapa ciri performance task yang baik:
1. Tugas yang diberikan kontekstual, artinya sesuai dengan dunia nyata.
2. Tugas yang diberikan menuntut siswa untuk berfikir tingkat tinggi.
3. Menggunakan rubrik untuk menilai tugas. Rubrik adalah skala yang berisi uraian tentang karakteristik kinerja berkaitan dengan kriteria atau topik tertentu.
4. Rubrik disosialisasikan terlebih dahulu kepada seluruh siswa sehingga mereka tahu apa yang menjadi target dan bagaimana mempersiapkan diri untuk mencapainya.
Kapan performance task diberikan? Tentunya setelah semua pengetahuan, keterampilan diberikan, misalnya setelah satu unit selesai. Bisa juga performance task diberikan sebagai tugas akhir, misalnya pada saat di akhir semester. Apakah teknik ini merugikan siswa dari sisi perolehan angka? Perlu diingat bahwa tujuan akhir dari penilaian adalah diperolehnya informasi yang detail dari hasil belajar, bukan semata-mata berapa nilai anak. Karena setelah dilakukan penilaian, yang perlu dilakukan oleh guru adalah tindak lanjut. Rubrik memberikan informasi detail mengenai hal-hal apa saja yang perlu ditingkatkan oleh siswanya.
Performance Task memberikan bukti autentik dalam belajar siswa. Guru, orang tua dan siswa dapat mengetahui dengan jelas sudah sampai dimana perjalanan belajar yang sedang dilalui anak dan apa yang perlu diperbaiki agar menjadi lebih baik dalam perjalanan belajarnya tersebut.
from → Teaching and Learning
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar