Pendidikan Lampost : Sabtu, 29 Januari 2011
BANDAR LAMPUNG—Matahari baru naik di ufuk timur, jarum jam menunjukkan angka 06.30. Namun, Nusyirwan Zakki sudah duduk manis di ruang kerjanya. "Disiplin harus dimulai dari diri sendiri. Saya berusaha memberikan contoh dengan sikap kepada guru maupun kepada siswa," kata Nusyirwan yang sudah mengabdikan dirinya di dunia pendidikan selama 30 tahun.
Sebagai guru kelas yang mengajar di berbagai sekolah, dia harus menguasai semua mata pelajaran mulai dari Matematika hingga Pendidikan Kewarganegaraan. "Tantangan menjadi guru SD memang berat, sebab kita harus menguasai semua mata pelajaran dan siap menggantikan guru mata pelajaran lain jika ada yang berhalangan hadir," kata Nusyirwan yang kini menjadi kepala RSDBI SDN 2 Rawalaut.
Sebelum mengajar, Nusyirwan selalu mempersiapkan diri dengan membaca berbagai literatur dan menyiapkan beberapa alat peraga untuk menunjang dan merangsang siswa agar lebih tekun belajar. "Dari awal saya selalu tekankan kepada anak agar mereka memahami konsep dari setiap topik yang saya ajarkan sehingga saat mereka mengerjakan soal jenis apa pun, mereka mampu menyelesaikan," ujarnya.
Nusyirwan mencontohkan saat belajar penjumlahan, anak akan lebih mudah memahami konsep jika diajak mengerjakan soal cerita. Untuk penjumlahan yang hasilnya sudah pasti seperti 1 ditambah 3 sama dengan 4, jika guru kreatif, dari soal ini akan bisa dikembangkan berbagai soal agar siswa memahami konsep penjumlahan, perkalian, hingga pembagian.
Dia mencontohkan, "Seorang ibu membeli telur pada hari pertama 1 buah, pada hari ketiga 3 buah, pertanyaan pertama, berapa jumlah telur yang dibeli ibu?" kata dia. Soal tersebut bisa dikembangkan lagi menjadi soal perkalian, "Jika satu butir telur harganya Rp500, harga yang harus dibayar ibu untuk tiga butir telur berapa? Dari sini anak belajar perkalian. Soal ini juga bisa terus dikembangkan," kata dia.
Sayangnya, menurut Nusyirwan, saat ini sedikit sekali guru yang mampu menanamkan pemahaman konsep kepada siswa. Hal ini karena umumnya guru malas belajar dan membaca. Padahal, seharusnya seorang guru harus terus belajar karena ilmu pengetahuan terus berkembang.
"Saya sering bertanya kepada guru, selama bulan ini buku apa yang bapak ibu baca? Atau apakah mereka membaca koran. Ternyata sedikit sekali guru yang mau membaca," kata dia.
Parahnya lagi, guru juga tidak mau belajar dari sesama rekan yang mampu mengajar dengan baik sehingga sampai kini di Bandar Lampung masih minim guru profesional. (UNI/S-1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar