Utama lampost : Jum'at, 29 April 2011
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Aktivis Negara Islam Indonesia (NII) gencar merekrut kader di tiga perguruan tinggi di Lampung. Mahasiswa yang terjaring diminta membayar biaya jihad hingga jutaan rupiah.
Hal itu diungkapkan David Satria Jaya, mahasiswa Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung (Unila) angkatan 2004. "Saya ingin berbagi pengalaman tentang rekrutmen NII di kampus," kata David, Kamis (28-4).
David mengungkapkan selain di Unila, aktivis NII juga bergerak di kampus DCC dan Universitas Malahayati. Rekrutmen kader NII di kampus-kampus berawal dari hubungan pertemanan. Jika mahasiswa target tertarik menjadi kader, sejumlah aktivis NII lainnya segera masuk dan menghubungi mahasiswa tersebut. Ujung dari kaderisasi itu, si mahasiswa diminta membayar dana hingga jutaan rupiah untuk membantu perjuangan mewujudkan NII.
Kepada Lampung Post, David mengaku menjadi target rekrutmen NII sejak awal 2011. Awalnya, David berkenalan dengan ZW, mahasiswa DCC, melalui Facebook. Mereka berkenalan karena sama-sama berasal dari Way Kanan. ZW kemudian memperkenalkan David dengan Arf, yang juga mengaku lulusan DCC dan belakangan diketahui David sebagai juru rekrut NII.
David menuturkan dalam upaya merekrut dirinya dan ZW, Arf dibantu mahasiswi yang mengaku dari Universitas Malahayati. Sejak pertama kali bertemu mereka berdiskusi intens tentang agama. "Ia bercerita tentang negara yang hak dan batil. Indonesia adalah negara batil karena hukumnya buatan manusia. Jika tertarik saya diajak untuk bermigrasi ke negara yang akan menegakkan hukum Allah," ungkap aktivis PMII itu.
David menjelaskan rekrutmen NII berlangsung secara bertahap. Selain bertemu di beringin Unila, mereka juga berdiskusi di sebuah rumah makan cepat saji di Jalan Zainal Pagaralam hingga jam dua pagi. "Arf memaparkan dalil Alquran dan penafsirannya dengan konteks sekarang," ujarnya.
Pada pertemuan selanjutnya, Arf menawarkan David untuk pindah kewarganegaraan. Pindah bukan dalam arti fisik, melainkan pemikiran. Untuk itu ia akan dibawa kepada pejabat NII di Jawa bersama beberapa rekan lainnya. Namun, untuk bermigrasi setiap kader baru harus mengeluarkan biaya jihad. Besarnya tidak ditetapkan, tapi rata-rata membayar Rp2 juta kepada pejabat NII. Arf sendiri mengaku membayar Rp2,5 juta ketika ia direkrut dua tahun lalu. "Sejak awal saya tak tertarik masuk NII. Saya hanya ingin mengetahui cara rekrutmen NII," ujar David yang kos di Jalan Bumimanti II, Kampungbaru itu.
Harus Waspada
Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Lampung Tauhidi mengimbau sekolah dan perguruan tinggi mewaspadai jaringan NII. Ia mengaku belum menerima laporan tentang pelajar dan mahasiswa di Lampung yang menjadi korban rekrutmen NII. Karena itu, ia menilai pusat penanggulangan krisis (crisis center) di kampus belum diperlukan. "Tetapi harus tetap waspada," kata dia.
Rektor Universitas Muhammadiyah Lampung (UML) Agus Pahrudin tidak menepis kemungkinan aktivis NII menelusup di kalangan pelajar dan mahasiswa. Terlebih dalam situasi sekarang krisis karakter kebangsaan makin mengemuka. Menurut dia, pelajar dan mahasiswa yang berada pada usia muda biasanya sedang mencari jati diri dan eksistensi. "Mereka rentan godaan seperti NII," kata dia.
Sementara itu, mantan petinggi NII Lampung kemarin dipanggil ke Polda Lampung. Kepada petugas, ia membeberkan beberapa nama anggota NII di Lampung yang masih aktif, di antaranya Mrz (petinggi NII versi Komandeman Wilayah IX) Lampung. Juga SR, pengurus masjid Ryd Jn, Kedaton, yang juga pengusaha warnet di Bandar Lampung. "Saya dipanggil di ruangan Kasubdit sekitar satu jam," ujarnya.
Dia menjelaskan Mrz sering memberikan ceramah di berbagai tempat. Sedangkan SR kerap memberikan ceramah di stasiun televisi lokal di Lampung, "Kalau enggak salah setiap menjelang magrib," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar