Pendidikan Lampost : Selasa, 19 April 2011
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Kehadiran aparat kepolisian berseragam lengkap di lingkungan sekolah pada pelaksanaan ujian nasional (UN) dinilai dapat menimbulkan ketegangan siswa.
Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Lampung Sutopo Ghani Nugroho menyayangkan hadirnya aparat keamanan tersebut karena akan semakin mencekam siswa.
"Pendapat para psikolog menyatakan keberhasilan anak dalam ujian juga dipengaruhi kondisi psikologis mereka yang mengikuti ujian. Maka suasana UN harus diciptakan senyaman mungkin dan bukan dibikin mencekam," kata Sutopo Ghani Nugroho, di Bandar Lampung, Senin (12-4).
Menurut Topo, sapaan akrab Sutopo, polisi yang bertugas mengawal naskah soal ujian ke lingkungan sekolah cukuplah berpakaian preman, seperti melakukan penyamaran dan tak perlu berseragam lengkap karena UN kegiatan rutin tahunan yang tujuan utamanya evaluasi pendidikan.
"Memang benar jika tugas mereka adalah mengamankan naskah soal ujian yang merupakan dokumen rahasia negara. Tapi cukup dikawal sampai pagar sekolah dan tak perlu menunggu hingga ke dalam sekolah," kata dia.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Pendidikan Menengah (Kabid Dikmen) Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandar Lampung Riuzen Praja Tuala telah mengimbau aparat kepolisian yang ikut terlibat pengamanan naskah soal tidak mengintervensi terlalu jauh. “Cukup amankan soal selama perjalanan saja.”
”Saya pernah mengimbau hal tersebut dalam rapat koordinasi UN. Namun sifatnya hanya imbauan dan bukan permintaan tertulis,” kata Riuzen.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Tauhidi yang termasuk orang paling sibuk terkait pelaksanaan UN tingkat SMA/sederajat, sejak kemarin sore terus berkoordinasi dengan berbagai pihak menyiapkan UN berjalan lancar.
"Mengenai kekurangan soal, kemarin sore langsung dikirim melalui pesawat terakhir sehingga tidak ada lagi kekurangan soal saat pelaksanaan UN," kata Tauhidi usai mendampingi Gubernur meninjau pelaksanaan UN di beberapa sekolah.
Bahkan, Senin pagi, dia bersama Asisten III Provinsi Reliyani dalam perjalanan menuju Pringsewu, tetapi ketika sampai di Gedongtataan terpaksa berputar balik ke Bandar Lampung karena Gubernur tidak memiliki banyak waktu untuk meninjau pelaksanaan UN. "Gubernur hanya punya waktu tiga jam sebelum dinas luar sehingga diputuskan untuk meninjau sekolah di Bandar Lampung," ujarnya.
Setelah peninjauan, dia mendapat laporan adanya kunci jawaban yang beredar di kalangan siswa dan langsung berkoordinasi dengan tim independen Unila. "Alhamdulillah kunci yang beredar palsu, ini sekaligus membuktikan tidak ada kebocoran di Lampung. Namun, saya khawatir juga ada anak-anak yang terkecoh," kata dia. (MG14/UNI/S-1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar