Minggu, 16 Oktober 2011

Indahnya Kebersamaan



Disela-sela ancaman alih fungsi jabatan sesuai semangat penataan ketenagaan daerah, masih ada harapan bahwa pendirian IPABI itu hendaknya di dasari oleh keinginan untuk bersama-sama menampakkan eksistensi pamong belajar dan lembaganya serta adanya kesepakatan untuk merasa senasib sepenanggungan. Untuk memulainya, tidaklah harus menggelar kegiatan yang bersekala besar, spektakuler dan bombastis. Kecil saja yang penting bisa berjalan, itu sudah baik, “small is beautiful”.

Ya, ternyata ungkapan “bersama kita bisa” itu benar-benar dapat dilakukan ketika komitmen bersama telah disepakati. Sebuah gagasan sederhana tentang upaya menjalin tali silaturahim dengan penuh kesadaran dan pengorbanan, beberapa SKB di wilayah jawa timur secara mandiri membuat kegiatan “Cangkruk’an”. IPABI Blok’M yang terdiri dari SKB Situbindo, SKB Bondowoso, SKB Probolinggo, SKB Sumenep, SKB Kota Malang dan SKB Kabupaten Malang mengadakan kegiatan keakraban di Kali sari, Kota Malang. Sedangkan kawan-kawan SKB Blok Mentaraman yang terdiri dari SKB Mojokerto, SKB Kabupaten Kediri, SKB Nganjuk, SKB Trenggalek, dan SKB Magetan juga punya acara kebersamaan bareng dengan penilik. Itu artinya, prakarsa yang tumbuh dari bawah, jika di kelola dengan baik akan menghasilkan sebuah kiprah nyata. Coba, kalau semua pihak hanya bersikap menunggu instruksi dari pengurus organisasi yang resmi, dapat dipastikan acara yang beraroma kebersamaan itu tidak akan pernah ada.

Kedua kelompok itu punya agenda sendiri- sendiri sesuai dengan kesepakatan. Namun ada kesamaan pada keduanya, yaitu sebagai upaya merajut jalinan silaturahim diantara karyawan SKB, membangun ukhuwah kebersamaan diantara karyawan yang keberadaannya diantara UPTD/SKPD kurang diperhatian oleh penguasa setempat dan rawan ‘likuidasi’

Disamping itu, juga dimanfaatkan sebagai media tukar informasi dan berbagi pengalaman dalam mensikapi perkembangan kebijakan terkait dengan program-program pendidikan nonformal serta aturan main yang tertuang dalam Permenpan dan RB nomor 15 tahun 2010, tentang jabatan fungsional pamong belajar dan angka kreditnya. Dalam kesempatan itu, Fauzi sebagai presiden IPABI Pusat, saat bersemuka dengan anggota IPABI Blok’M, bercerita banyak tentang upaya yang telah dilakukan untuk menampakkan kiprah IPABI, salah satunya adalah mengajukan surat ke “Jakarta” berkenaan dengan nasib pamong belajar, mulai dari perjuangan mendesakkan wacana tunjangan fungsional, tunjangan profesi, uji kompetensi dan masalah ikutan lainnya, termasuk upaya ‘diplomasi surat-suratan’ yang bernada gugatan dan ancaman, dimana, jika sampai batas waktu yang telah ditentukan tidak ada tanggapan yang ‘menyejukkan’ maka di rencanakan akan melakukan gerakan ‘pamungkas’ dengan menghimbau seluruh pamong belajar di Indonesia (wabil khusus IPABI Blok’M) untuk berbondong-bondong nglurug “Jakarta” dengan menggandeng serta elemen lain yang seideologi.

Orasi pria asli kota Sleman, Yogyakarta ini mampu memukau pendengarnya, gaya penyampaiannya yang khas logat ngayojokartoan, ternyata cocok dengan ‘telinga pedalungan’ sehingga mudah dipahami. Ini membuat pertemuan semakin gayeng, apalagi panitianya semanak menghidangkan kudapan tradisional yang menemani seluruh acara. Yah,…seandainya acara bisa digelar dalam sekala besar yang diikuti oleh seluruh pamong belajar se SKB wilayah BPPNFI Regional IV dalam satu ruang dan waktu yang sama, pastilah gaung semangatnya akan lain. Sayang semuanya masih sebatasa mimpi.

Yang jelas, acara “Kumpul SKB” ini telah menorehkan kesan mendalam bagi yang berkesempatan ikut, masing-masing individu akrab berbagi cerita tentang kantornya, tentang keluarganya dan tentang aktivitas kesehariannya, sehingga tali silaturahim pun semakin kokoh membelit, merajut ikatan rasa senasib sepenanggungan demi kemajuan program-program pendidikan nonformal yang diikuti oleh peningkatan kesejahteraan yang signifikan.

Sekarang tinggal bagaimana mengisi ruh kegiatan ‘kumpul bareng’ ini agar bisa menumbuhkan kesadaran kritis akan pentingnya menyuarakan eksistensi SKB beserta program-programnya. Salah satunya adalah memanfaatkan keberadaan jejaring sosial untuk berinteraksi dan berdiskusi antar sesama penggiat pendidikan nonformal . Belajar melempar wacana, issue, ide, gagasan serta komentar yang sedikit nakal sekaligus belajar menerima pendapat orang lain dengan cerdas sebagai ciri manusia pembelajar, agar tidak tertinggal. Sehinga gairah ‘Cangkruk’an” ini benar-benar membawa manfaat yang bermakna. Wallahu a’lam bish showab. [eBas/bppnfi_online]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar