Selasa, 14 Juni 2011

Peremajaan Guru RSBI, Terlambat Tetapi lebih Baik Daripada Tidak Sama Sekali


Lampost Edisi Selasa 14 Juni 2011 memberitakan bahwa Dinas pendidikan Kota Bandar lampung berniat meremajakan Guru RSBI, guru yang sepuh dan kurang produktif akan dipindahtugaskan dan akan digantikan guru yang lebih muda tentunya. Langkah ini sebenarnya sudah sangat terlambat, namun demikian akan lebih baik dibanding tidak sama sekali. mengapa ?
Seyogyanya ini dilakukan sejak tahun pertama sekolah yang bersangkutan ditunjuk sebagai sekolah penyelenggara Rintisan Sekolah berbasis Internasional (RSBI. Apalagi waktu yang diberikan kepada sekolah sangat singkat, yaitu 5 tahun bagi sekolah untuk menata ketercapaian Tujuh Standar Pendidikan Nasional yang dipersaratkan bagi sekolah penyelenggara RSBI.

Semestinya masalah kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan itu sudah tuntas di tahun ketiga dari lima tahun yang disediakan. Karena tahun keempat RSBI harus sudah melaksanakan pembelajaran berbasis IT, dan tahun kelima sudah memperkuat keunggulan lokal dan membina hubungan dengan sekolah di negara negara yang tergabung dalam Organization Economics Corporation Development, seperti dikehendaki definisi SBI yang berbunyi : SBI adalah sekolah yang telah mencapai standar pendidikan nasional plus mengacu kepada sekolah sekolah yang tergabung dalam OECD. Tahun kelima dilaksanakan evaluasi akhir kelayakan apakah RSBI dapat ditingkatkan menjadi SBI.

Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan merupakan kunci pelaksanaan pembelajaran berbasis IT. Apalagi dalam pembelajaran berbasis IT itu bukan henye ketersediaan peralatan elektronik yang harus dioperasionalkan para guru semata, tetapi yang paling sulit adalah penyediaan program pembelajaran. Selama ini yang sudah siap nampaknya baru bahan pembelajaran bahasa Inggris, karena bahannya dapat menjiplak program dari luar. Tetapi bahan bahan yang lain harus dipersiapkan. Bagaimana mungkin Guru yang Gatek (gagap teknologi) akan mampu menyediakan itu semua.

Dengan peralatan IT dalam pembelajaran, siswa dapat mengajukan berbagai pertanyaan kapan saja dan dapat terlayani pada saat itu juga. Artinya kita harus memiliki "pustaka maya" sehingga siswa dapat melakukan e-learning, kapan saja dan dalam masalah apa saja. Sebenarnya SMK sudah lama online, dan SMA sudah memiliki "Pusat Sumber Belajar" (PSB), dan sekolah sekolah pada umumnya telah memiliki web resmi, tetapi pengelolaannya jauh dari maksimal. Dan menyedihkan sekali jika ternyata ruang PSB justeru digunakan untuk kegiatan lain, seperti ruang rapat, sekretariat kepanitiaan dan lain sebagainya.

Semestinya para guru diarahkan untuk mengelola blog, blog dibuat ling ke web Sekolah. melalui blog itu para guru dapat melayani kebutuhan siswa dalam belajar, siswa dapat mengunjungi blog guru mata pelajaran setiap saat, dan dapat berkomunikasi melalui blog itu. Komunikasi ini juga dapat dilakukan melalui facebook atau twitter, dan sekaligus ini juga sebagai alat kontrol, sehingga dalam berfacebook dan Twitter para siswa dapat terarah.

Dinas Pendidikan Provinsi Lampung sebenarnya memiliki BPPTP yang memberikan layanan pendidikan secara elektronik. Tetapi bagaimana agar para siswa dapat memanfaatkan layanan ini, serta bagaimana pihak BPPTP memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan para siswa, sebenarnya kuncinya terletak pada para guru sekalian. Guru dapat meminta laynanan tertentu kepada pihak BPPTP Dinas Pendidikan Provinsi lampung. Kebutuhan sekolah dan siswa dalam mata pelajaran sebenarnya mampu dicarikan oleh pihak BPPTP. Tetapi tampa ada komunikasi dari para guru baik dengan pihak BPPTP maupun dengan para siswa atau sesama guru, maka sajian BPPTP tak akan dirasakan kemanfaatannya oleh siswa pada khususnya dan pendidikan pada umumnya.

Tim evaluasi hendaknya bukan hanya mengevaluasi kompetensi para guru semata. Tetapi juga harus mengevaluasi tingkat ketercapaian standar pendidikan nasional meliputi standar isi, proses, kelulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan, pengelolaan dan standar evaluasi. karena masih banyak persoalan yang dihadapi oleh sekolah RSBI. Harus terdeteksi secara akurat telah berapa persen ketercapainnya, karena sarat untuk SBI ketercapaian minimal adalah 90%.

Bila tuingkat ketercapaian masih rendah, maka tidak mungkin sekolah akan memiliki keunggulan lokal, dan tampa keunggulan lokal mustahil rasanya sekolah bersangkutan akan memiliki kemampuan untuk bekerjasama atau mengacu sekolah sekolah yang pada negara yang tergabung dalam OECD atau negara negara maju lainnya, karena kerjasama itu dilaksakan justeru dalam rangka mengembangkan keunggulan yang telah dimiliki.

Kepada Tim saya ucapkan selamat bekerja. (Fachruddin)

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Selasa, 14 Juni 2011

EVALUASI KINERJA: Disdik Remajakan Semua Guru RSBI

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Dinas Pendidikan (Disdik) Bandar Lampung meremajakan guru rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). Mereka yang kinerjanya baik dipertahankan, sebaliknya yang biasa-biasa saja dialihkan ke sekolah biasa juga.

"Saat ini kami sudah membentuk tim evaluasi khusus untuk guru-guru RSBI. Dalam waktu dekat mereka bekerja dan kemudian melaporkan hasilnya," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung Sukarma Wijaya di ruang kerjanya, Senin (13-6).

"Data hasil evaluasi ini akan kami komparasikan dengan data guru-guru dengan kinerja baik di sekolah non-RSBI yang ada," ujar Sukarma.

Menurut dia, evaluasi ini dilakukan sesuai dengan prosedur kinerja pegawai negeri sipil. Hasilnya diserahkan ke Wali Kota Bandar Lampung Herman H.N. untuk ditindaklanjuti.

Peremajaan juga ditujukan untuk guru RSBI yang telah berada di usia tidak produktif. Mereka digantikan dengan yang masih produktif. Mengenai kendala guru RSBI yang melanjutkan studi ke luar Lampung, Sukarma mengatakan belum bisa memutuskan karena kebijakan tersebut membutuhkan kajian mendalam.

Untuk menugasbelajarkan guru RSBI keluar daerah, hingga saat ini masih terkendala pendanaan karena dalam tugas belajar segala biaya hidup dan kebutuhan akademiknya harus dibiayai pemerintah daerah.

Untuk itu, Sukarma menegaskan pihaknya lebih memilih mengoptimalkan potensi guru yang ada untuk mendukung suksesnya program RSBI menjadi SBI. (MG1/S-1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar