Sabtu, 10 September 2011

Belajar di Kampus IAIN Raden Intan



TEMAN-TEMAN sudah pernah dengar IAIN Raden Intan kan? Siapa yang sudah pernah ke sana? Kampusnya luas sekali, lo. Kami M. Sauqi Al Ghifarie, Nur Tasya Febriyanti, Tarisa Ulviana, dan Destiyani (SDN 2 Talang, Bandar Lampung) berkunjung ke IAIN, Kamis (8-8). Kami bertanya banyak hal kepada Rektor IAIN Raden Intan Lampung Mohammad Mukri. Mulai dari sejarah berdirinya IAIN, sampai dengan tugas-tugasnya sebagai rektor. Teman-teman ingin tahu lebih banyak tentang IAIN kan? Baca hasil wawancara kami ini sampai selesai, ya.

Pak, IAIN itu apa kepanjangannya apa?

Ya, IAIN itu kepanjangannya Institut Agama Islam Negeri.


Kenapa IAIN ini dinamakan IAIN Raden Intan?

Karena para pendiri IAIN ini ingin mengabadikan tokoh yang punya jasa besar terhadap Provinsi Lampung, makanya diberi nama Raden Intan. Karena Raden Intan adalah pahlawan Lampung yang juga pahlawan nasional. Nama Raden Intan diabadikan menjadi nama perguruan tinggi ini.


Sejak kapan IAIN didirikan, Pak?

Sejak 27 Oktober 1964. Jadi IAIN ini sudah berdiri sejak 47 tahun lalu.

Kenapa IAIN didirikan di Lampung?
IAIN ini kan institut agama Islam, jadi ilmu pengetahuan dan disiplin-disiplin ilmunya berkaitan dengan agama Islam. Nah, kenapa IAIN didirikan di Lampung? Lampung ini mayoritas masyarakatnya muslim, IAIN ini didirikan untuk menampung putra-putri orang Islam untuk kuliah di perguruan tinggi negeri. IAIN ini tidak hanya di Lampung lo, hampir di seluruh provinsi di Indonesia ada IAIN, termasuk di Papua sana. Ke depan, Bapak juga ingin IAIN ini menjadi pusat kajian Islam. Jadi, membahas semua persoalan, baik di bidang politik, ekonomi, pedagangan, pendidikan, dan lain sebagainya dari sudut pandang Islam.

Mahasiswanya berasal dari mana saja, Pak?


Dari seluruh pelosok Lampung. Dari setiap kabupaten/kota di Lampung ini ada yang mejadi mahasiswa di IAIN. Mahasiswanya ada juga yang dari Bengkulu, Sumatera Selatan, Banten, Jawa, Ternate, Singapura, dan Thailand. Jadi yang kuliah di sini tidak hanya dari dalam negeri, juga ada yang dari luar negeri. Yang pasti sekarang dari Thailand dan Malaysia.


Wah, IAIN hebat juga ya, Pak. Bahkan mahasiswanya ada yang dari Malaysia dan Thailand. Kalau jumlah mahasiswa keseluruhan berapa, Pak?

Sekitar 8.000 orang. Di sini ada program sarjana (S-1) dan ada juga program master (S-2). Insya Allah mulai 2012 mulai membuka program S-3 atau program doktor.


Fakultasnya apa saja?

Ada empat fakultas, yaitu Tarbiyah, Syariah, Dakwan, dan Ushuluddin.

Pak, saya bercita-cita ingin menjadi gubernur. Kalau ingin menjadi gubernur itu, bisa kuliah di sini enggak, Pak?
Oh boleh sekali, siapa namanya? Sauqi ya. Sauqi, nanti saya kasih beasiswa untuk kuliah di sini. Di sini banyak mahasiswa yang mendapat beasiswa dari Kementerian Agama Islam. Ada sekitar 800 mahasiswa. Juga ada beasiswa dari Bank Indonesia, beasiswa Supersemar, Gudang Garam, dan dalam waktu dekat ini juga ada bebasiswa dari Bank Syariah Mandiri. Selain itu, di IAIN ini juga ada program bidik misi. Program bidik misi itu adalah program beasiswa yang dibiayai mulai dari masuk sampai selesai kuliah. Tahun pertama kemarin ada 60 mahasiswa yang mendapatkan beasiswa bidik misi ini, tahun kedua ini juga ada 60 mahasiswa. Beberapa mahasiswa yang mendapat beasiswa kita tempatkan di rumah susun mahasiswa (rusunawa) yang terdapat di dalam lingkungan kampus. Termasuk 17 mahasiswa asal Malaysia dan Thailand yang kuliah di IAIN, mereka tinggal di rusunawa. Ada sekitar 200 mahasiswa yang tinggal di rusunawa. Dialognya setiap hari menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Jadi, kalau adik-adik mau belajar bahasa Arab, main aja ke rusunawa IAIN, hehehe.

Nah, kalau saya cita-citanya ingin menjadi dokter, Pak. Saya bisa kuliah di sini enggak, Pak?

Kalau dokter di sini belum ada fakultasnya. Insya Allah nanti IAIN akan berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN), seperti UIN Jakarta. Kalau sudah menjadi UIN, kita baru bisa punya Fakultas Kedokteran. Siapa namanya? Tarisa, ya? Insya Allah nanti saat Tarisa lulus SMA, sudah ada Fakultas Kedokteran di IAIN ini.

Oh iya, Pak, mahasiswa IAIN masih melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) enggak?

Masih ada. IAIN masih ada KKN. Kemarin 810 mahasiswa kita melaksanakan KKN di Way Kanan. Untuk tahun ini KKN-nya mengambil KKN tematik. Jadi mahasiswa IAIN itu datang ke Way Kanan dan tinggal di sana sekitar 45 hari. Kegiatannya mengajarkan masyarakat di sana, baik anak-anak maupun orang dewasa tentang baca tulis Alquran. Kami ingin memberantas buta huruf aksara Alquran di daerah itu. Dalam mengajarkan baca tulis Alquran ini, mahasiswa IAIN menggunakan metode tartil, sangat cepat. Orang dewasa yang tidak bisa baca tulis Alquran, dalam 20 hari bisa membaca Alquran. Alhamdulillah, anak-anak yang awalnya tidak bisa baca tulis Alquran, dalam waktu satu bulan bisa baca tulis Alquran.

Kenapa sih Pak mahasiswa harus melaksanakan KKN?

Sebab, selama di kampus mahasiswa belajar tentang teori-teori. Nah, sebelum mereka selesai kuliah dan kembali ke masyarakat, mereka praktek dulu di masyarakat. Makanya namanya kuliah kerja nyara. Bukan teori lagi, tapi bagaimana mereka mempraktekkan ilmu-ilmu yang selama ini mereka dapatkan di bangku kuliah. Mulai dari ceramah, kepemimpinan, memberi pidato, mengaji, dan mendorong masyarakat untuk membangun. Sebab itulah, KKN sangat diperlukan di perguruan tinggi.

Bapak, sekarang kami ingin tahu nih, Pak, apa saja tugas-tugas Bapak sebagai rektor IAIN?

Banyak sekali, hahaha. Mulai dari perencanaan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan di kampus ini, seperti penerimaan mahasiswa, penerimaan pegawai, gaji pegawai. Lalu, bagaimana kampus ini selalu asri, nyaman, sehingga dosen dan mahasiswanya betah belajar di kampus ini. Bapak masuk mulai pukul 07.30, sampai sore di kampus ini, mengurusi kampus ini agar maju, maju, dan maju.


Ada suka dukanya enggak Pak menjadi rektor?

Tentu saja ada. Suka dukanya banyaklah. Sederhananya begini, kalau ada 10 orang yang masuk ke ruang rektor, dipastikan kesepuluhnya itu membawa masalah, mulai dari masalah dosen, mahasiswa, macam-macamlah masalahnya. Senangnya kalau ada mahssiswa berprestasi dan menjadi orang baik. Bapak juga senang kalau program-program di kampus ini berhasil semua.



Apa pesan-pesan Bapak untuk pelajar Lampung?

Saya pesan kepada kalian, karena sekarang ini eranya sudah maju, tidak ada pilihan selain harus belajar, belajar, dan belajar. Baca, baca, dan baca. Tentu juga harus taat kepada orang tua. Beribadah kepada Allah. Jadi, taat kepada Allah dan kedua orang tua.

Terima kasih ya, Pak. Nasihat Bapak akan kami laksanakan. Semoga hasil wawancara ini bermanfaat ya, Pak.

Iya, sama-sama, bapak juga sangat senang diwawancarai kalian. (M-1)




Mahasiswa Malaysia dan Thailand Belajar di IAIN


KAMI tidak hanya mewawancarai Rektor IAIN Raden Intan Lampung Mohammad Mukri, tetapi kami juga menggali pengalaman kakak-kakak mahasiswa asal Malaysia dan Thailand. Ketika kami mewawancarai Pak Mukri, dia memberitahu bahwa di IAIN ini ada 17 mahasiswa yang berasal dari Malaysia dan Thailand. Wah, kami surprise juga teman-teman. Ternyata, ada orang luar negeri yang tertarik belajar di kampus ini. Berarti, IAIN Raden Intan ini sudah menjadi salah satu perguruan tinggi pilihan. Tidak hanya diminati oleh orang-orang dalam negeri, tetapi juga orang-orang di luar negeri, contohnya kakak-kakak dari Malaysia dan Thailand ini.

Tentunya teman-teman penasaran kan mendengar pengalaman kami mewawancarai mahasiswa asal Malaysia dan Thailand ini. Kamis siang (8-8), kami menemui mereka di rumah susun mahasiswa, yaitu Kakak Muhammad Asrul, Siti Rahayu, Azizah (Malaysia) dan Rusmina (Thailand).

Awalnya kami grogi mau bertanya apa sama mereka. Soalnya kami enggak bisa bahasanya Upin dan Ipin alias bahasa Malaysia. Hihihi, mau nanya apa, ya? “Hayo, mau tanya apa, Adik-adik,” kata Kak Asrul. Hmmm, kok tidak seperti bahasanya Upin dan Ipin itu ya. Walaupun ada sedikit logat Melayu, tapi Kak Asrul sudah sangat pintar berbahasa Indonesia. “Kak Asrul sudah berapa lama belajar di sini,” tanya kami. “Ini sudah masuk semester ketiga kakak di sini. Makanya ini bahasa Indonesia Kak Asrul sudah sangat fasih (mahir, red),” kata Kak Asrul. Oh, pantas aja tidak mirip bahasanya Upin dan Ipin lagi, hihihi.

Bersama mahasiswa dari Canada.



Menurut Kak Asrul, dia bersama Kak Siti Rahayu, Aziza, Rusmina dan 13 mahasiswa lainnya berasal dari perguruan tinggi yang sama di Kelantan, Malaysia. Tapi, di sana mereka hanya sampai lulusan D-3. “Rektor di perguruan tinggi di Kelantan bekerja sama dengan IAIN Raden Intan ini. Kami ditawarkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan sarjana (S-1) di sini. Saya langsung mengajukan syarat-syarat yang diminta, dan Alhamdulillah saya diterima,” kata Kak Asrul. Wah, kak Asrul pasti orangnya pintar, karena untuk mendapatkan beasiswa dari Kementerian Agama Indonesia harus mahasiswa yang pintar dan cerdas. Menurut Kak Asrul, selama di Lampung, dia sudah pernah kerja lapangan di Radio Republik Indonesia (RRI) wilayah Lampung. Sedangkan Kak Siti Rahayu, Aziza, dan Rusmina sudah melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Way Kanan.

Sekarang kami bertanya kepada Kak Azizah nih. “Betah enggak sih Kak tinggal di Indonesia,” tanya kami. “Oh betah sekali,” kata Kak Azizah. Menurut Kak Azizah, mahasiswa di IAIN sangat ramah. Sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam berteman. Selain itu, makanan pokok Indonesia dengan makanan pokok Malaysia tidak terlalu berbeda, yaitu nasi, lauk, dan sayuran. Di waktu-waktu luang, mereka memanfaatkan waktu jalan-jalan ke toko buku, mal, dan pasar-pasar di Tanjungkarang. Iya dong, Kak. Jalan-jalan keliling Lampung. Banyak tempat wisata dan lokasi-lokasi yang asyik lo di Lampung ini. Nanti, kalau Kakak sudah pulang ke Malaysia, kan bisa cerita ke teman-teman dan orang tua tentang keindahan Lampung.

Oh iya, kemarin kan kita baru saja merayakan Idulfitri. Bagaimana ya dengan kakak-kakak ini, mereka pulang kampung ke Malaysia enggak, ya? Menurut Kak Siti Rahayu, karena jarak Lampung dengan Malaysia cukup jauh, mereka terpaksa Lebaran di Lampung. “Ya, dananya cukup besar untuk balik ke Malaysia, jadi Lebaran di sini saja,” kata Kak Siti dan Kak Asrul. Tuh teman-teman, kakak-kakak ini patut kita acungi jempol. Mereka benar-benar berniat belajar dan menyelesaikan kuliah di sini. Jadi, harus kuat berpisah jauh dari orang tua, dan rela merayakan Idulfitri di negeri kita. Semoga sukses ya Kak! Amin. (M-1)

Sumber : Lampost Minggu 11 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar