Dengan terbatabata AB. Haryanto Ketua MGMP Bahasa Inggris SMP Bandar Lampung memohon kepada Pemerintah untuk merubah sistem rekrutmen Guru BahasaInggris agar sang guru dapat bekerja lebih profesional (Lampost Sabtu 25 Juni 20110. Dari sana saja kita mafhum berarti di mata AB. Haryanto kurang profesional. AB. haryanto membandingkan antara guru bahasa Inggris di sekolah formal dengan guru Bahasa Inggris di kursus kursus bahasa Inggris yang diselenggarakan swasta. Guru pada kursus Bahasa Inggris jauh lebih profesiona.
Kepada Bpk. AB. haryanto Selaku Ketua MGMP yang kita yakin sebetulnya telah banyak berbuat untuk meningkatkan kompetensi para guru Bahasa Inggris, tetapi kita tetap berharap agar selaku Ketua MGMP tidak memiliki rasa lelah apalagi putus asa untuk meningkatkan kualitas kawan kawannya yang telah mempercayainya selaku komandan sesama mereka sendiri.
Ditinjau dari sudut tertentu maka tidak ada alasan untuk tidak menemukan cara
atau sesuatu yang sangat mungkin dilakukan oleh MGMP dalam mendongkrak berbagai ketertinggalan sehingga mampu menyamai dan bahkan melebihi profesionalisme yang kini telah dicapai oleh guru pada lembaga kursus Bahasa Inggris dan Bahasa asing lainnya, hal ini dapat kita pastikan mengingat telah diketemukannya berbagai teknologi pendidikan pembelajaran bahasa asing yang ditawarkan oleh banyak pihak, ditambah lagi dengan sarana prasarana pembelajaran dalam proses menuju pembelajaran berbasis IT.
Diantara sekian banyak mata pelajaran, maka pelajaran bahasa Inggris adalah yang paling siap, karena materi dan bahan ajar serta didukung oleh pustakamaya yang semakin memadai. Dan kelengkapan ini belum diketemukan selengkap itu pada mata pelajaran lain. Mata pelajaran bahasa Inggris dapat dijadikan contoh dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis IT. Artinya mata pelajaran bahasa Inggris sangat berpeluang untuk menjadi contoh pelajaran yang paling berhasil.
namun tentu saja keluhan AB. Haryanto selaku ketua MGMP patut kita renungkan bersama, karena tentu saja dibelakangnya ada sejumlah guru yang mengamininya. Yeyapi ijinkanlah saya sedikit bercerita, barangkali ada manfaatnya bagi kita semua.
Pada sebuah kabupaten di Jawa, yang Bupatinya demikian memperhatikan pendidikan. Serta merta Beliau memanggil Kepala Dinas Pendidikan setelah Ia membaca bahwa banyak siswa di Kabupaten itu yang tidak lulus UN. Dari Kepala Dinas Iya mndengar keterangan bahwa siswa banyak gagal dalam mata pelajaran bahasa Inggris.
Lalu Bupati memerintahkan agar Kepala Dinas Menonaktifkan guru bahasa Inggris di sekolah sekolah yang siswanya mengalamai gagal UN Bahasa Inggris. Guru diharuskan duduk bersama siswa, sedangkan posisi guru pendidik digantikan oleh Guru kurusus Bahasa Inggris. Program ini rencananya akan dilaksanakan selama satu tahun.
Untung saja para guru bahasa Inggris menerima program Bupati ini dengan lapang dada, mereka tidak merasa tersiksa untuk duduk bersama siswanya untuk mengikuti proses belajar yang diampu oleh guru kursus itu. Alhasil baru tiga bulan berjalan, para guru bahasa Inggris menghadap kepala Dinas dan melaporkan bahwa mereka telah menemukan kelemahan kelemahan yang mereka lakukan selama ini.
Artinya, kita harus meyakini bahwa apa yang disampaikan oleh Bapak AB. Haryanto selaku ketua MGMP Bahasa Inggris SMP Bandar lampung itu tentu saja adalah benar adanya, tetapi untuk meningkatkan kompetensi para guru bahasa Inggris yang sudah ada tentu masih banyak jalan untuk memperbaikinya, dan tentu saja itu semua sejatinya mampu dilaksanakan sendiri oleh MGMP, asalkan MGMP difasilitasi oleh pemerintah untuk melaksanakan program programnya. Barangkali saja selama ini kawan kawan kita di MGMP Bahasa Inggris SMP Bandar Lampung kurang terfasilitasi secara maksimal. Semoga (fachruddin)
=============================================
Sabtu, 25 Juni 2011
PENDIDIKAN
Rekrut Guru lewat Jalur Khusus
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pemerintah diminta merekrut tenaga pendidik melalui jalur khusus. Tujuannya, agar tenaga pendidik berkualitas dan kompeten.
Demikian dikatakan Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris Tingkat SMP Bandar Lampung A.B. Harianto kepada Lampung Post di sela-sela MGMP awal pekan ini.
"Harus diakui, kualitas guru Bahasa Inggris di sekolah dengan kualitas guru Bahasa Inggris di lembaga kursus lebih baik, mengapa? Salah satu penyebabnya karena mereka direkrut dengan cara yang lebih baik," kata Harianto.
Dia beralasan untuk menjadi guru Bahasa Inggris di lembaga kursus harus melewati tahapan seleksi yang sangat panjang sehingga hasilnya benar-benar teruji. Hal ini berbeda sekali dengan guru PNS.
"Mereka harus mengikuti rangkaian tes tertulis, psikotes, tes wawancara hingga tes praktek mengajar berbahasa Inggris. Sementara dalam tes calon pegawai negeri sipil tidaklah demikian," kata dia.
Ia mengatakan dalam perekrutan guru PNS selama ini, calon guru hanya dites dengan soal yang sama dengan calon PNS lainnya sehingga wajar jika calon tenaga pendidik yang diterima berkemampuan pas-pasan.
Sementara itu, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung Bujang Rahman memiliki pandangan sedikit berbeda. Menurut dia, kualitas guru harus dipersiapkan sejak masa pendidikan.
"Tantangan FKIP Unila saat ini adalah bagaimana menjaring calon mahasiswa yang benar-benar memiliki panggilan jiwa untuk menjadi pendidikan profesional," kata dia.
Bujang mengatakan FKIP saat ini menjadi salah satu fakultas primadona. Penyebabnya, penghasilan guru saat ini cukup menggiurkan.
"Oleh karena itu, ke depan perlu dipertimbangkan tes khusus untuk calon mahasiswa FKIP yang dapat mendeteksi secara dini minat, bakat dan motivasi memilih FKIP. Bukan hanya karena uang tapi juga karena kecintaan," kata dia.
Untuk itulah kata Bujang, ke depan kuota mahasiswa FKIP Unila akan dibatasi karena kesempatan guru terbatas dan tidak serta-merta lulusan FKIP dapat menjadi guru setelah diterapkannya pendidikan profesi guru (PPG).
Dia mengatakan tantangan kedua dunia birokrasi kita yang tidak sejalan dengan filosofi pendidikan itu sendiri, seperti terlalu berorientasi pada output tanpa menghiraukan kualitas proses (sebut saja UN selalu dituntut tingkat kelulusan tinggi).
Untuk mencapai hal tersebut, guru sering diintervensi
melakukan hal-hal yang tidak terpuji. Di samping itu, pembinaan guru yang tidak profesional karena SDM pembinanya sendiri kurang memahami fisolofi pendidikan lantaran tidak memiliki pengalaman di bidang itu. MG1/S-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar