BANDAR LAMPUNG (Lampost): Wacana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadikan ujian nasional (UN) sebagai standar masuk perguruan tinggi negeri (PTN) menuai pro dan kontra. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Universitas Lampung Bujang Rahman berpendapat kredibilitas UN harus diuji sebelum menjadi standar masuk PTN.
"Masih banyak pelaksanaan UN yang harus diperbaiki. Perlu ada uji kredibilitas UN," kata Bujang ketika berdialog di Lampung Post, Rabu (4-1).
Hasil UN 2012, kata Bujang, belum bisa menjadi syarat masuk PTN karena peruntukkannya berbeda. UN untuk evaluasi hasil belajar siswa, sedangkan masuk PTN lewat seleksi nasional masuk PTN (SNMPTN). Materi ujiannya berbeda.
Jika rencana ini diwujudkan, dia khawatir tidak semua siswa dapat kesempatan adil masuk PTN. Dari kondisi yang ada, UN tidak mewakili kemampuan dan prestasi siswa yang sebenarnya.
Ada siswa yang dapat nilai hampir sempurna saat UN. Padahal, selama kegiatan belajar siswa tersebut tergolong biasa saja, bahkan sering bolos. Di sisi lain, ada siswa pintar, tapi nilai UN-nya rendah. "Jika UN dipakai sebagai dasar masuk PTN, siswa pintar justru berpeluang tidak masuk PTN," kata dia.
Mengenai hal ini, Ketua Forum Martabat Guru Indonesia (FMGI) Provinsi Lampung Aswandi mengatakan pihaknya menolak UN karena penuh kecurangan. Guru mendapat tekanan untuk dapat meluluskan seluruh siswa sehingga terpancing membocorkan kunci jawaban. "Anak-anak diajari maling sejak di sekolah," kata Aswandi.
Sebagai guru, dia mengatakan banyak rekannya ingin mengungkapkan fakta kecurangan UN, tapi tidak berani. Aswandi berpendapat jika pemerintah ingin menjadikan hasil UN sebagai syarat masuk PTN, penyelenggaraan UN harus jujur dan bersih. Secara pribadi dia menilai rencana pemerintah ini sebenarnya kurang pas karena kajian UN dan SNMPTN berbeda. (MG4/U-1)
-----------------kalo kurang-------------
Ketua FMGI Lampung Selatan Ishanurhamid mengatakan banyak praktek ketidakjujuran dalam UN. "Hanya terdapat tiga provinsi yang tergolong bersih, salah satunya Yogyakarta," kata dia.
Hasil UN masih harus dipertanyakan. Pada UN 2011, misalnya, ada beberapa kecamatan di Lampung Selatan dan kabupaten lain yang mendapatkan nilai IPA hampir sempurna. "Apakah ini masuk akal?" kata guru SMAN 2 Kalianda ini.
Dia membahas mengenai mutu mahasiswa PTN kini yang tidak sesuai harapan. Menurut dia, hal ini karena mahasiswa yang berasal dari jalur undangan menggunakan nilai rapor sebagai jalan utamanya. Nilai rapor saat ini banyak dimanipulasi. "Begitu banyak ketidakjujuran," ujar dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar